Bareksa.com - Pasar saham nasional yang tercermin dari kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan kemarin berhasil mencatatkan kenaikan di tengah melemahnya bursa saham global. Pelemahan pasar saham global akibat lonjakan inflasi Amerika Serikat yang berpotensi menyebabkan pelemahan ekonomi dunia.
Menurut analisis Bareksa, kenaikan IHSG di tengah pelemahan bursa saham global tersebut bersifat teknikal, setelah sehari sebelumnya indeks saham Tanah Air turun signifikan. Kenaikan pasar saham nasional mendorong kinerja reksadana berbasis saham terbang.
Untuk hari ini, analisis Bareksa memperkirakan investor akan mencermati data pertumbuhan ekonomi China, serta rilis neraca dagang Indonesia yang diperkirakan surplus sekitar US$3 miliar hingga US$4 miliar. Jika sejumlah data tersebut lebih baik dari perkiraan, maka akan jadi sentimen positif buat pasar keuangan Indonesia.
Baca juga : Bareksa Insight : Inflasi AS Juni Melesat 9,1 Persen, Apa yang Harus Dilakukan Investor?
Sementara itu, pasar obligasi bergerak melemah karena ekspektasi kenaikan suku bunga acuan Bank Sentral AS Federal Reserve (The Fed) atau Fed Rate semakin tinggi dan turut mempengaruhi kenaikan imbal hasil (yield) Surat Berharga Negara (SBN) acuan Indonesia.
Menurut analisis Bareksa, saat ini, investor masih menanti (wait and see) hingga rapat The Fed berikutnya dan mayoritas reksadana pendapatan tetap cenderung bergerak terbatas, seiring imbal hasil SBN acuan yang bergerak di kisaran yield 7,25 - 7,35 persen. Investor masih mewaspadai sejumlah sentimen global, yang saat ini masih berpotensi membuat pasar keuangan lesu.
IHSG pada 14 Juli 2022 naik 0,74 persen ke level 6.690,09. Berdasarkan data id.investing.com (diakses 14/07/2022 pukul 17.00 WIB) benchmark obligasi pemerintah tercatat di level 7,3 persen pada 14 Juli 2022.
Lihat juga : Bareksa Insight : Pasar Belum Kondusif, Investor Bisa Terapkan Dua Srategi Ini
Mempertimbangkan beberapa sentimen tersebut, beberapa strategi investasi yang bisa dipertimbangkan investor agar investasinya membukukan kinerja cuan cemerlang adalah sebagai berikut :
1. Investor disarankan dapat mulai mempertimbangkan akumulasi investasi bertahap di reksadana saham dan reksadana indeks. Untuk saat ini, level support IHSG berada di kisaran 6.500 - 6.300.
2. Selain itu, investor masih dapat mencermati reksadana pendapatan tetap berbasis obligasi korporasi untuk saat ini.
Simak juga : Bareksa Insight: Tahan Banting, Reksadana Ini Cuan 31 Persen di Tengah Isu Global
Beberapa produk reksadana pendapatan tetap, reksadana indeks dan reksadana saham yang bisa dipertimbangkan oleh investor dengan profil risiko moderat dan agresif di antaranya :
Imbal Hasil 1 Tahun (per 14 Juli 2022)
Allianz SRI KEHATI Index Fund : 20,25 persen
Syailendra MSCI Indonesia Value Index Fund Kelas A : 15,13 persen
Avrist Ada Saham Blue Safir : 17,44 persen
Batavia Dana Saham Syariah : 10,29 persen
Imbal Hasil Sepanjang Tahun Berjalan (YtD per 14 Juli 2022)
Sucorinvest Sharia Sukuk Fund : 3,8 persen
Syailendra Pendapatan Tetap Premium : 4,69 persen
Baca juga : Bareksa Insight : Sentimen Pasar Beragam, Ini Jurus Ampuh Agar Investasi Terus Cuan
(Sigma Kinasih/Ariyanto Dipo Sucahyo/AM)
***
Ingin berinvestasi aman di emas dan reksadana secara online yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Beli emas, klik tautan ini
- Download aplikasi reksadana Bareksa di App Store
- Download aplikasi reksadana Bareksa di Google Playstore
- Belajar reksadana, klik untuk gabung Komunitas Bareksa di Facebook. GRATIS
DISCLAIMER
Kinerja masa lalu tidak mencerminkan kinerja di masa mendatang. Investasi reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.