Cari Cuan Reksadana? Simak Strategi Investasi Bareksa Jelang Tengah Tahun Ini

Hanum Kusuma Dewi • 30 May 2022

an image
Ilustrasi investor trader pialang fund manager pria pemuda duduk di depan laptop gadget bingung serius memikirkan keuntungan dari hasil investasi reksadana saham obligasi surat berharga negara sukuk surat utang pemerintah korporasi

Potensi investasi semakin menarik, menimbang upaya pemerintah menjaga ekonomi Indonesia

Bareksa.com - Jelang tengah tahun, smart investor perlu mengevaluasi bagaimana hasil investasi sembari mempertimbangkan strategi di reksadana yang sesuai profil risiko. Satu sentimen positif yang bisa menjadi pertimbangan investor adalah kebijakan moneter oleh bank sentral untuk menjaga ekonomi Indonesia. 

Tim Analis Bareksa memperkirakan masih ada risiko ketidakpastian hingga akhir tahun, sehingga memicu fluktuasi imbal hasil investasi reksadana. Namun, melihat upaya Pemerintah untuk menstabilkan makro ekonomi Indonesia serta pemulihan ekonomi dalam negeri yang masih terus berjalan, maka potensi investasi reksadana akan semakin menarik. 

Bank Indonesia pada pekan lalu kembali mempertahankan suku bunga acuannya (BI7DRRR) pada level 3,5%. Hal tersebut sesuai dengan ekspektasi pasar di mana BI akan mempertahankan suku bunga hingga awal semester kedua tahun ini. Rendahnya inflasi dan terjaganya fundamental ekonomi Indonesia menjadi alasan BI untuk mempertahankan suku bunganya pada bulan Mei 2022. 

Di saat bersamaan, Bank Indonesia menaikkan giro wajib minimum (GWM) sebesar 5,5% dari sebelumnya sebesar 3% untuk bank umum konvensional dan 4% dari sebelumnya sebesar 1,5% untuk bank umum syariah. Hal tersebut dinilai oleh BI tidak akan mempengaruhi tingkat likuiditas perbankan saat ini. Dengan kenaikan sebesar itu diproyeksikan likuiditas yang terserap mencapai Rp200 triliun.

Perlu diketahui, langkah BI menaikkan GWM merupakan satu kebijakan moneter, di samping penetapan suku bunga, untuk mengatur uang beredar di masyarakat, yang secara langsung berpengaruh terhadap indeks inflasi. Giro wajib minimum adalah dana atau simpanan minimum yang harus dipelihara oleh bank dalam bentuk saldo rekening giro yang ditempatkan di Bank Indonesia. 

Tim Analis Bareksa menilai langkah yang dilakukan BI cukup tepat dikarenakan apabila BI tidak menaikkan Giro Wajib Minimum maka bakal terjadi inflasi yang cukup tinggi akibat tingginya likuiditas yang ada saat ini yang disebabkan oleh besarnya surplus neraca perdagangan dan belum adanya keputusan pemerintah untuk mengurangi subsidi BBM. 

Bareksa juga masih optimis bahwa BI hanya akan menaikkan suku bunga pada tahun ini dari 3,5% menjadi 4% untuk menjaga momentum pertumbuhan ekonomi saat ini. Kenaikan suku bunga acuan BI ini dinilai tidak akan mempengaruhi kinerja perbankan nasional dan pertumbuhan ekonomi tetap terjaga. 

Berkaitan dengan kenaikan suku bunga acuan, ada sejumlah emiten di pasar saham yang biasanya mendapat dorongan positif, seperti perbankan, otomotif, dan properti karena masyarakat saat ini sudah mendapatkan pekerjaannya kembali dan aktivitas masyarakat hampir kembali seperti keadaan sebelum Covid-19. Maka dari itu, reksadana berbasis saham-saham di sektor tersebut berpotensi mendapatkan dorongan. 

Baca juga Ekonomi Indonesia Pulih, Kinerja Robo Advisor Bareksa Meroket

Apa yang harus dilakukan investor?

Mempertimbangkan analisis tersebut, investor masih dapat mempertimbangkan investasi reksadana dengan strategi berikut.

  • Investor dengan profil risiko agresif dapat pertimbangkan untuk akumulasi reksadana saham berbasis sektor energi dan reksadana indeks saham karena harga komoditas yang masih cukup tinggi.
  • Sementara itu, investor profil risiko moderat dapat mulai melakukan akumulasi secara bertahap di reksadana pendapatan tetap berbasis obligasi pemerintah jika yield kembali naik di atas 7,5%. Saat ini yield berada di level 7,2%.
  • Lalu untuk investor konservatif dapat melakukan investasi dengan alokasi yang lebih besar di reksadana pasar uang dan porsi yang lebih rendah di reksadana pendapatan tetap.

Perlu diingat kembali, investasi mengandung risiko, sehingga investor juga perlu membekali diri mengenai peluang keuntungan maupun risiko yang ada di pasar keuangan.

Kinerja Reksadana

Daftar Reksa Dana

Imbal Hasil (Return)

Reksa Dana Pasar Uang

1 Tahun

3 Tahun

Syailendra Dana Kas

3.82%

16.11%

TRIM Kas 2

3.77%

14.28%

Reksa Dana Pendapatan Tetap

1 Tahun

3 Tahun

TRIM Dana Tetap 2

3.64%

19.54%

Syailendra Pendapatan Tetap Premium

5.71%

31.26%

Reksa Dana Saham 

YtD

1 Tahun

Eastspring Investments Value Discovery Kelas A

8.51%

18.49%

Sucorinvest Equity Fund

13.48%

29.65%

Avrist IDX30

9.26%

18.37%

Sumber: Bareksa Research Team, Return per NAV 24 Mei 2022

Kinerja Reksadana Syariah

Daftar Reksa Dana

Imbal Hasil (Return)

Reksa Dana Pasar Uang

1 Tahun

3 Tahun

Sucorinvest Sharia Money Market Fund

4.50%

18.66%

Syailendra Sharia Money Market Fund

4.25%

16.70%

Trimegah Kas Syariah

3.43%

13.16%

Reksa Dana Pendapatan Tetap

1 Tahun

3 Tahun

Eastspring Syariah Fixed Income Amanah Kelas A

2.50%

23.39%

Bahana Mes Syariah Fund Kelas G

3.10%

22.35%

Mandiri Investa Dana Syariah

3.62%

15.96%

Reksa Dana Saham

YtD

1 Tahun

Batavia Dana Saham Syariah

7.33%

14.01%

TRIM Syariah Saham

3.89%

10.63%

BNP Paribas Pesona Syariah

5.00%

10.48%

Sumber: Bareksa Research Team, Return per NAV 24 Mei 2022

(Ariyanto Dipo Sucahyo/Sigma Kinasih/hm)

***

Ingin berinvestasi aman di emas dan reksadana secara online yang diawasi OJK?

- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Beli emas, klik tautan ini
- Download aplikasi reksadana Bareksa di App Store​
- Download aplikasi reksadana Bareksa di Google Playstore
- Belajar reksadana, klik untuk gabung Komunitas Bareksa di Facebook. GRATIS

DISCLAIMER

Kinerja masa lalu tidak mencerminkan kinerja di masa mendatang. Investasi reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.