Bareksa.com - Instrumen yang bisa dijadikan pertimbangan diversifikasi investasi yang aman, yakni Surat Berharga Negara (SBN) Ritel jenis Savings Bonds Ritel seri SBR011 mulai ditawarkan oleh pemerintah pada hari ini, 25 Mei 2022 hingga 16 Juni 2022.
SBR011 memiliki fitur floating with floor atau nilai kupon mengambang dengan batas minimal. Artinya, kupon bisa naik jika suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) naik, tetapi jika suku bunga BI turun, kupon SBR011 tidak akan turun jadi lebih rendah dari batas minimal saat ini 5,5 persen. Melihat kupon yang lebih tinggi dibandingkan SBR seri sebelumnya yakni SBR010, analisis Bareksa memprediksi minat investor terhadap SBR011 akan lebih tinggi,
Apalagi kupon minimal SBR011 jauh lebih tinggi dibandingkan bunga deposito bank-bank besar saat ini yang rata-rata di level 2,5 - 3 persen per tahun. Pajak kupon SBR011 juga lebih rendah yakni hanya 10 persen dibandingkan pajak bunga deposito yang mencapai 20 persen. Dengan begitu, SBR011 berpotensi kebanjiran pesanan investor.
Analisis Bareksa menilai, tingginya kupon SBR011 sebagai bentuk antisipasi atas peluang kenaikan suku bunga acuan BI pada tahun ini. Dengan fitur kupon mengambang dengan batas minimal, maka ada potensi kenaikan kupon SBR011 yang bisa semakin menjadi daya tarik buat investor, selain karena instrumen ini memang aman karena dijamin pemerintah.
Sementara itu, rilis tingkat suku bunga acuan BI kemarin (24/05) sesuai dengan ekspektasi pasar, ditahan di level 3,5 persen karena angka inflasi masih terkendali saat ini.
Analisis Bareksa memproyeksikan suku bunga acuan BI akan mulai naik pada semester II 2022 dengan target akhir tahun hingga 4 persen. Putusan BI menahan bunga acuan direspons positif oleh pasar, sehingga turut mendorong mayoritas reksadana saham dan reksadana indeks mengalami penguatan. Sementara pasar obligasi dan reksadana pendapatan tetap cenderung bergerak mendatar.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada 24 Mei 2022 naik 1,07 persen ke level 6.914,14. Berdasarkan data id.investing.com (diakses 24/05/2022 pukul 17.00 WIB) benchmark obligasi pemerintah tercatat tetap di level 7,2 persen pada 24 Mei 2022.
Baca : Kerahkan Sinergi Ekosistem, Grab-OVO Ikut Mendukung Perluasan Distribusi SBN Melalui Bareksa
Analisis Bareksa melihat setelah mengalami penguatan kemarin, reksadana saham dan reksadana indeks diproyeksikan bergerak terbatas hari ini karena minimnya sentimen dari dalam negeri dan luar negeri.
Reksadana pendapatan tetap juga berpotensi bergerak terbatas pada hari ini mengingat imbal hasil (yield) obligasi Indonesia sudah menguat dalam beberapa hari terakhir dan kemarin ditutup melemah tipis ke level 7,22 persen.
Yield obligasi Amerika Serikat Serikat (AS) naik cukup signifikan dari 2,86 persen ke 2,76 persen pada perdagangan kemarin. Investor dapat wait and see terhadap reksadana pendapatan tetap berbasis Surat Berharga Negara (SBN) hingga kenaikan suku bunga acuan Bank Sentral AS (The Fed) berikutnya.
Baca : Kerahkan Sinergi Ekosistem, Grab-OVO Ikut Mendukung Perluasan Distribusi SBN Melalui Bareksa
Beberapa produk reksadana indeks, reksadana saham dan reksadana pendapatan tetap berkinerja ciamik yang bisa dipertimbangkan oleh investor dengan profil risiko agresif dan moderat adalah sebagai berikut :
Imbal Hasil 1 Tahun (per 24 Mei 2022)
Avrist IDX30 : 20,18 persen
Principal Index IDX30 Kelas O : 19,95 persen
Eastspring Investments Value Discovery Kelas A : 18,49 persen
Manulife Saham Andalan : 17,51 persen
Imbal Hasil 3 Tahun (per 24 Mei 2022)
TRAM Strategic Plus : 21,24 persen
BNP Paribas Prima II Kelas RK1 : 19,96 persen
Baca : Kolaborasi PT Pegadaian - Bareksa, Hadirkan Tabungan Emas Online untuk Investasi Terintegrasi
(Sigma Kinasih/Ariyanto Dipo Sucahyo/AM)
***
Ingin berinvestasi aman di emas dan reksadana secara online yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Beli emas, klik tautan ini
- Download aplikasi reksadana Bareksa di App Store
- Download aplikasi reksadana Bareksa di Google Playstore
- Belajar reksadana, klik untuk gabung Komunitas Bareksa di Facebook. GRATIS
DISCLAIMER
Kinerja masa lalu tidak mencerminkan kinerja di masa mendatang. Investasi reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.