Bareksa.com - Konflik Rusia-Ukraina mendongkrak kenaikan harga komoditas dalam beberapa pekan terakhir, dan dikhawatirkan menyebabkan krisis global.
Bagaimana sebaiknya strategi smart investor mengamankan aset investasi reksadana, atau bahkan mencari keuntungan dalam kondisi ini? Berikut ulasan dari Tim Riset Bareksa yang dirangkum dalam Bareksa Insight pekan ini.
Peningkatan harga komoditas turut mendorong sektor energi, seperti batu bara dan minyak. Selain itu, Indonesia sebagai salah satu penghasil komoditas terbesar untuk sawit, dan beberapa bahan tambang seperti nikel, bisa diuntungkan karena nilai ekspor yang lebih tinggi dan berpotensi meningkatkan surplus neraca perdagangan dan menopang nilai tukar rupiah.
Baca juga Harga Nikel Dorong ANTM dan INCO, Reksadana Ini Punya Sahamnya
Dengan meningkatnya aktivitas di sektor komoditas, diharapkan terjadi multiplier effect yang bisa mendorong laju ekonomi, dan menjadi sentimen positif pasar saham. Tidak hanya reksadana saham yang diuntungkan, tetapi juga reksadana pendapatan tetap karena ekonomi yang membaik bisa meningkatkan peringkat utang Indonesia dan menopang kinerja pasar obligasi.
Terlepas dari kondisi global, kondisi ekonomi dalam negeri masih cukup stabil, ditandai dengan stabilnya angka inflasi, indeks keyakinan konsumen dan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dalam beberapa bulan terakhir.
Saat ini, investor terus memantau perkembangan geopolitik global terutama konflik Rusia-Ukraina, serta rencana kenaikan tingkat suku bunga The Fed.
Berkaitan dengan suku bunga The Fed, pengaruh kenaikan suku bunga ini diperkirakan lebih rendah, yakni hanya sekitar 25 basis poin (bps), dibandingkan proyeksi sebelumnya sekitar 50 bps.
Artinya, kenaikan bertahap ini akan lebih memberikan kesempatan bagi investor untuk mengatur ulang (realokasi) aset investasinya, dan tidak menyebabkan guncangan atau fluktuasi tinggi di pasar obligasi.
Lihat juga Top 10 Reksadana Cuan Tertinggi Pekan I Maret di Tengah Sentimen Konflik Rusia - Ukraina
Mempertimbangkan sejumlah sentimen yang telah disebutkan di atas, berikut beberapa strategi yang bisa diterapkan investor reksadana.
1. Investor dengan profil risiko agresif dapat menunggu (wait and see) hingga fluktuasi pasar saham atau IHSG mereda, lalu dapat mempertimbangkan akumulasi reksadana saham yang memiliki porsi saham energi.
2. Investor dengan profil risiko moderat dapat tetap melakukan akumulasi secara bertahap di reksadana pendapatan tetap.
3. Investor konservatif dapat melakukan investasi reksadana dengan alokasi lebih besar di reksadana pasar uang dan porsi yang lebih kecil di reksadana pendapatan tetap.
Berikut daftar sejumlah produk reksadana di marketplace reksadana Bareksa yang bisa dipertimbangkan. Reksadana saham yang tertera memiliki korelasi yang cukup tinggi terhadap kenaikan di sektor saham energi dalam IHSG.
Tabel Rekomendasi Reksadana Bareksa
Daftar Reksa Dana | Imbal Hasil (Return) | |
Reksa Dana Pendapatan Tetap | 1 Tahun | 3 Tahun |
TRIM Dana Tetap 2 | 6.53% | 21.43% |
Syailendra Pendapatan Tetap Premium | 5.61% | 31.92% |
Sucorinvest Bond Fund | 7.14% | 38.02% |
Reksa Dana Pasar Uang | 1 Tahun | 3 Tahun |
TRIM Kas 2 | 3.97% | 14.62% |
Syailendra Dana Kas | 3.95% | 16.71% |
Sucorinvest Sharia Money Market Fund | 4.53% | 19.61% |
Reksa Dana Saham | 1 Tahun | 5 Tahun |
TRIM Kapital | 16.11% | 32.41% |
Eastspring Investments Value Discovery Kelas A | 9.38% | 27.78% |
Sucorinvest Equity Fund | 10.79% | 55.97% |
Sumber: Bareksa Research Team, return per 2 Maret 2022
Perlu diingat kembali, investasi reksadana mengandung risiko, sehingga investor juga perlu membekali diri mengenai peluang keuntungan maupun risiko yang ada di pasar keuangan.
(Ariyanto Dipo Sucahyo/Sigma Kinasih/hm)
***
Ingin berinvestasi aman di reksadana online yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Beli emas, klik tautan ini
- Download aplikasi reksadana Bareksa di App Store
- Download aplikasi reksadana Bareksa di Google Playstore
- Belajar reksadana, klik untuk gabung Komunitas Bareksa di Facebook. GRATIS
DISCLAIMER
Investasi reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.