Bareksa.com - Pasar saham Tanah Air yang tercermin dari Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun signifikan dari level tertinggi tahun ini di 7.454 pada Maret, hingga ke level terendahnya di 6.698 atau turun 10% pada bulan Juni.
Fluktuasi IHSG itu akibat suku bunga acuan Amerika Serikat (AS) yang masih berada di level tinggi, sehingga membuat aliran dana asing keluar dari pasar saham negara berkembang termasuk Indonesia. Dari awal tahun sampai bulan Juni 2024, investor asing mencatat net sell dari IHSG hingga Rp18 triliun.
Meski begitu, posisi IHSG saat ini sudah terdiskon cukup besar. Hal ini bisa jadi peluang menarik untuk mulai berinvestasi di saham-saham berkapitalisasi besar (big caps), terutama bank besar serta reksadana indeks yang memiliki portofolio saham-saham tersebut.
Menurut penelusuran Tim Analis Bareksa, terlihat jelas penggerak utama IHSG dalam beberapa bulan terakhir ditopang oleh 7 saham di luar bank besar, yakni BREN, BRPT, TPIA, CUAN, AMMN, PANI dan DSSA. Jika mengecualikan 7 saham ini, terdapat selisih kinerja sekitar 19,5% terhadap IHSG.
Sumber : Bareksa
Fenomena itu juga tercermin dalam perbedaan kinerja antara IHSG dengan IDX30 sejak kuartal IV 2023 yang menghasilkan selisih imbal hasil sekitar 20%. Kedua grafik tersebut mengindikasikan valuasi saham bank besar (big banks) dan blue chip lainnya saat ini sedang diskon besar, sehingga berpotensi menghasilkan imbal hasil besar di masa depan.
Sumber: Tim Analis Bareksa & konsensus pasar
Selain itu, secara historis dalam 5 tahun terakhir, IHSG tercatat selalu naik di bulan Juli dan Agustus, seperti tampak dalam tabel berikut:
Sumber: Tim Analis Bareksa
Pada periode 2019 hingga 2023, IHSG memiliki probabilitas 100% berkinerja positif di bulan Juli dengan rata-rata imbal hasil (return) 2,3%. Lalu pada bulan Agustus, probabilitasnya 80% IHSG positif dengan kenaikan 1,1%. Artinya, dalam 2 bulan mendatang investor berpotensi meraih cuan hingga 3,5%.
Saat ini, bobot terbesar di IHSG masih berasal dari saham sektor perbankan. Oleh karena itu, investor dengan profil risiko agresif dan punya tujuan investasi jangka panjang, bisa langsung berinvestasi di saham perbankan seperti BBRI, BMRI, BBNI hingga BBCA, atau reksadana yang memiliki portofolio saham perbankan cukup besar, seperti di reksadana indeks berikut:
No | Reksadana Indeks | Return 1 Bln | Return 3 Tahun |
1 | Trimegah FTSE Indonesia Low Volatility Factor Index | 0,75% | 30% |
2 | Insight Sri Kehati Likuid - I Sri Likuid | 0,71% | 27% |
3 | BNP Paribas Sri Kehati | 0,67% | 25% |
4 | UOBAM Indeks Bisnis-27 | 0,78% | 23% |
5 | Syailendra MSCI Indonesia Value Index Fund Kelas A | -1,79% | 13% |
Sumber: Tim Analis Bareksa, data per 27 Juni 2024
Investasi Trimegah FTSE Indonesia Low di Sini
Investasi Syailendra MSCI Indonesia Value di Sini
Investasi Insight Sri Kehati Likuid di Sini
Investasi BNP Paribas Sri Kehati di Sini
(Sigma Kinasih/Christian Halim/Ariyanto Dipo Sucahyo/AM)
***
Ingin berinvestasi aman di saham dan reksadana secara online yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli saham klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Beli emas, klik tautan ini
- Download aplikasi Bareksa di App Store
- Download aplikasi Bareksa di Google Playstore
- Belajar investasi, klik untuk gabung Komunitas Bareksa di Facebook. GRATIS
DISCLAIMER
Investasi saham mengandung risiko dan seluruhnya menjadi tanggung jawab pribadi. Bareksa membuat informasi ini dari materi dan sumber-sumber terpercaya, serta tidak dipengaruhi pihak manapun. Informasi ini bukan merupakan ajakan, ataupun paksaan untuk melakukan transaksi dan Bareksa tidak memberikan jaminan atas transaksi yang dilakukan.