Bareksa.com - Kekhawatiran resesi pada tahun ini kembali memudar dengan beberapa data yang cukup meyakinkan di awal tahun ini baik dari dalam dan luar negeri. Dengan potensi positif ini, Smart Investor dapat mengambil langkah untuk berinvestasi reksadana sesuai dengan profil risiko dan tujuan investasi.
Sebelumnya, mayoritas investor global meyakini bahwa tahun ini resesi bakal terjadi akibat tingginya tingkat suku bunga bank sentral di seluruh dunia. Namun, data-data ekonomi berkata lain, yang menunjukkan sedikit pemulihan.
Contohnya, penambahan tenaga kerja dari Amerika Serikat yang mengejutkan pasar dengan penambahan 517.000 tenaga kerja membuat isu resesi sedikit mereda. Namun, di sisi lain, hal tersebut menjadi salah satu faktor yang mendorong risiko terjadinya peningkatan suku bunga acuan di AS.
Selain itu, pembukaan ekonomi dari China bakal mendorong nilai ekspor komoditas unggulan Indonesia seiring dengan meningkatnya permintaan dari negara tersebut. Ini positif bagi Indonesia yang sangat bergantung dari hasil komoditas.
Penguatan terus berlanjut dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang naik 5,3% pada tahun 2022. Keyakinan konsumen juga terus meningkat pada bulan Januari yang menunjukan pencabutan PPKM oleh pemerintah direspons positif oleh masyarakat. Hal ini bakal meningkatkan konsumsi masyarakat tahun ini.
Sumber: BPS
Gubernur Bank Sentral AS mengatakan era perlambatan laju inflasi telah dimulai dan meskipun ada tanda perbaikan ekonomi bukan berarti suku bunga bakal terus naik ke depannya. Sehingga investor diharapkan untuk tetap optimis karena jalan menuju perbaikan ekonomi sudah terlihat.
Tim Analis Bareksa melihat tahun ini pertumbuhan ekonomi Indonesia akan lebih moderat pada level 4,8-5%. Sebab, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2022 sudah berada pada level yang cukup tinggi.
Bareksa juga melihat dengan melambatnya laju inflasi dan meredanya isu resesi pada awal kuartal pertama tahun ini akan membuat pasar saham kembali meningkat. Maka, Tim Analis Bareksa melihat reksadana saham berbasis sektor keuangan, industri logam dasar, ritel dan konsumer akan menarik tahun ini.
Mulai Investasi Reksadana Online di Bareksa, Klik di Sini
Smart Investor dapat mempertimbangkan melakukan strategi investasi reksadana sesuai dengan profil risiko berikut.
Investor profil risiko moderat dapat mempertimbangkan membeli reksadana pendapatan tetap berbasis obligasi negara secara bertahap, di tengah pelemahan yield obligasi Indonesia pada level 6,75-6,85%.
Investor dengan profil risiko agresif dapat terus mencermati sentimen yang ada di pasar saham. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang naik turun, bisa menjadi momentum untuk membeli. Investor dapat mempertimbangkan beli secara bertahap reksadana saham maupun reksadana indeks jika IHSG berada di rentang level 6.600-6.800.
Untuk semua jenis profil risiko dapat tetap berinvestasi di reksadana pasar uang yang umumnya lebih stabil.
Kinerja Reksadana Unggulan Bareksa
Sumber: Tim Analis Bareksa, Data Return 9 Februari 2023. *Total return NAV + dividen
Perlu diingat kembali, investasi mengandung risiko, sehingga investor juga perlu membekali diri mengenai peluang keuntungan maupun risiko yang ada di pasar keuangan.
Baca juga : Bareksa Insight Weekly: Reksadana Saham Berbasis Nikel Berpotensi Cuan Tahun Ini
Raih Financial Freedom dengan Investasi Reksadana di Sini
(Ariyanto Dipo Sucahyo/hm)
* * *
Ingin berinvestasi aman di emas dan reksadana secara online yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Beli emas,klik tautan ini
- Download aplikasi reksadana Bareksa di App Store
- Download aplikasi reksadana Bareksa di Google Playstore
- Belajar reksadana, klik untuk gabung Komunitas Bareksa di Facebook. GRATIS
DISCLAIMER
Kinerja masa lalu tidak mencerminkan kinerja di masa mendatang. Investasi reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.