Bareksa.com - Badan Pusat Statistik (BPS) pada Rabu (1/2/2023) mengumumkan inflasi pada Januari 2023 melaju 5,28% secara tahunan (YOY) dengan indeks harga konsumen (IHK) 113,98. Menurut BPS, inflasi itu didorong naiknya sebagian besar indeks kelompok pengeluaran yakni makanan, minuman dan tembakau yang naik 5,82%, pakaian dan alas kaki 1,07%, perumahan, air, listrik dan bahan bakar rumah tangga 3,62%.
Kemudian perlengkapan, peralatan dan pemeliharaan rutin rumah tangga naik 4,28%, kesehatan 3,04%, transportasi 13,91%, rekreasi, olahraga dan budaya 2,87%, pendidikan 2,8%, penyediaan makanan dan minuman/restoran 4,46%, serta perawatan pribadi dan jasa lainnya 6,15%. Adapun kelompok pengeluaran yang mengalami penurunan yakni informasi, komunikasi, dan jasa keuangan 0,22%. Secara bulanan (MTM) inflasi Januari 2023 naik 0,34%.
Inflasi adalah kecenderungan naiknya harga barang dan jasa pada umumnya yang berlangsung secara terus menerus. Jika harga barang dan jasa meningkat, maka inflasi mengalami kenaikan. Naiknya harga barang dan jasa tersebut menyebabkan turunnya nilai uang.
Sumber : BPS
Baca juga : Bareksa Insight : Musim Rilis Laporan Keuangan 2022, Prospek Reksadana Ini Mencorong
Segera Investasi di Reksadana Sekarang, Klik di Sini
Menurut Tim Analis Bareksa, laju inflasi Januari 2023 yang melandai dibandingkan Desember 2022 yang mencapai 5,51% adalah sesuai harapan pelaku pasar, bahkan lebih rendah dari estimasi. Menurut konsensus pasar, inflasi Januari 2023 diprediksi mencapai 5,4% secara tahunan dan 0,47% secara bulanan.
Tim Analis Bareksa menilai inflasi Januari yang lebih rendah dari konsensus pasar itu akan mendorong penguatan rupiah dan fundamental ekonomi Indonesia. Hal ini sejalan dengan pernyataan BI soal kenaikan suku bunga acuan saat ini dianggap sudah cukup memadai untuk menahan laju inflasi.
Tim Analis Bareksa memprediksi tren inflasi hingga kuartal III 2023 di kisaran 4-5% karena adanya low base effect (pertumbuhan dari nilai yang kondisi awalnya rendah) dari tahun lalu.
Mempertimbangkan rilis kinerja inflasi RI Januari 2023 ini, Smart Investor disarankan bisa berinvestasi di reksadana pendapatan tetap berbasis Obligasi Negara dan reksadana saham. Sebab dengan outlook rupiah yang berpotensi naik signifikan tahun ini seiring kinerja inflasi yang terjaga, maka bisa mendorong aliran dana asing masuk ke pasar modal Indonesia, baik di pasar saham dan Surat Berharga Negara (SBN).
Simak juga : Bareksa Insight : Kecemasan Resesi Global Mereda, Ini Jurus Cuan Investasi Reksadana
Segera Investasi di Reksadana Sekarang, Klik di Sini
Beberapa produk reksadana pendapatan tetap dan reksadana saham yang bisa dipertimbangkan Smart Investor dengan profil risiko moderat dan agresif ialah sebagai berikut :
Top Picks :
Kinerja Imbal Hasil 3 Tahun (per 31/1/2023)
- Manulife Obligasi Negara Indonesia II Kelas A : 16,7%
- Tram Strategic Plus : 15,71%
Kinerja Imbal Hasil 1 Tahun (per 31/1/2023)
- TRAM Infrastructure Plus : 9,44%
- Schroder 90 Plus Equity Fund : 9,32%
Untuk diketahui, reksadana adalah wadah untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang telah terkumpul tersebut nantinya akan diinvestasikan oleh manajer investasi ke dalam beberapa instrumen investasi seperti saham, obligasi, atau deposito.
Reksadana juga diartikan sebagai salah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal, khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitung risiko atas investasi mereka.
Lihat juga : Bareksa Insight : Investasi Asing di RI Meroket 44% di 2022, Ini Dampaknya ke Reksadana
Segera Investasi di Reksadana Sekarang, Klik di Sini
(Ariyanto Dipo Sucahyo/AM)
***
Ingin berinvestasi aman di emas dan reksadana secara online yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Beli emas, klik tautan ini
- Download aplikasi reksadana Bareksa di App Store
- Download aplikasi reksadana Bareksa di Google Playstore
- Belajar reksadana, klik untuk gabung Komunitas Bareksa di Facebook. GRATIS
DISCLAIMER
Kinerja masa lalu tidak mencerminkan kinerja di masa mendatang. Investasi reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.