Cara Tenang Sikapi Penurunan Reksadana Saat Pasar Berguncang
IHSG yang jadi acuan pasar modal sudah turun 8,55 persen setahun terakhir
IHSG yang jadi acuan pasar modal sudah turun 8,55 persen setahun terakhir
Bareksa.com - Dalam berinvestasi, kita sebagai investor pasti selalu memikirkan berapa besar imbal hasil dan nilai uang kita. Saat pasar bergejolak, ada kalanya nilai investasi yang kita miliki turun, termasuk di reksadana.
Reksadana berisikan berbagai aset di dalam portofolionya, seperti saham, obligasi dan pasar uang. Dalam hal ini, jenis reksadana yang memiliki bobot besar di aset berfluktuasi (naik-turun cepat) seperti saham, tentu punya risiko tinggi untuk berkurang nilainya saat kondisi pasar sedang turun.
Dalam setahun terakhir ini, pasar modal Tanah Air sedang mengalami tekanan yang terlihat dalam Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). IHSG yang jadi acuan pasar modal ini sudah turun 8,55 persen setahun terakhir (per 5 Februari 2020). Hal ini tentu berdampak pada reksadana yang memiliki aset saham.
Promo Terbaru di Bareksa
Menurut data Bareksa per 5 Februari 2020, mayoritas reksadana jenis saham dan campuran anjlok setahun terakhir sementara reksadana pendapatan tetap dan pasar uang masih bertahan. Hal ini tercermin dalam Indeks Reksadana Saham yang anjlok 23,56 persen dan Indeks Reksadana Campuran yang turun 5,16 persen setahun terakhir.
Pada saat yang sama, Indeks Reksadana Pendapatan Tetap masih juara dengan kinerja positif 8,8 persen dan Indeks Reksadana Pasar Uang stabil naik 4,25 persen dalam setahun (per 5 Februari 2020).
Grafik Perbandingan Return Indeks Reksa Dana Saham, Pendapatan Tetap dan Pasar Uang Setahun
Sumber: Bareksa.com
Melihat hal ini, banyak investor yang memegang produk reksadana saham dalam portofolionya langsung khawatir karena nilai uangnya ikut berkurang dan menyesali keputusan investasi yang telah dibuat. Biasanya, mereka yang mudah panik dan khawatir ini perlu strategi untuk menghadapi tekanan pasar dan mengambil kesempatan dalam kondisi ini.
Namun, investor dengan tipe agresif atau berprofil tinggi biasanya masih bisa tenang menghadapi fluktuasi pasar sementara. Mereka sadar, kalau portofolio yang turun tersebut hanya sementara dan mereka tidak sendirian karena menyadari risiko pasar pasti ada.
Tips Menghadapi Portofolio Reksadana Minus
1. Ingat Kembali Tujuan Investasi
Kita sudah tahu bahwa reksadana saham disarankan untuk jangka panjang, di atas lima tahun. Tujuan keuangan jangka panjang nilainya juga seringkali besar, misalnya, untuk pendidikan anak atau menyiapkan masa pensiun.
Kalau kita menghadapi penurunan hanya dalam sebulan terakhir ini saja, tentu hal itu tidak sebanding dengan potensi keuntungan yang kita harapkan bila menyimpannya dalam lima tahun.
2. Jangan Langsung Mencairkan Dana
Mengingat tujuan investasi kita adalah jangka panjang, tentu kita belum membutuhkan dana dalam portofolio reksadana kita. Oleh karena itu, kita tidak perlu mencairkan (redeem) investasi kita sekarang.
Nilai yang tertera dalam portofolio itu masih dalam bentuk unrealized loss atau kerugian yang belum terealisasi karena masih ada potensi naik kalau kita menahannya. Justru, kalau kita mencairkan di saat posisinya sedang minus, kerugian kita bisa terealisasi. Artinya, uang kita benar-benar berkurang (realized loss).
3. Kesempatan Menambah (Top Up) Dana
Melihat pasar yang turun, nilai aktiva bersih per unit penyertaan (NAB/UP) yang mencerminkan harga reksadana juga turun. Artinya, ini adalah kesempatan untuk membeli atau menambah (top up) reksadana di harga murah.
Ibaratkan di pusat perbelanjaan sedang ada diskon besar-besaran, tentu kita bisa mendapatkan banyak barang dengan harga yang murah. Begitu juga dengan membeli reksadana saat pasar turun, dengan harapan nilainya akan naik kembali di masa depan.
4. Alihkan Sebagian
Bila uang yang kita simpan di reksadana saham akan kita gunakan dalam waktu dekat, ada baiknya kita mengalihkannya ke produk yang lebih stabil, seperti reksadana pasar uang.
Meski nilai investasi berkurang, kita harus merelakannya (cut loss) agar nilai investasi kita tidak turun lebih dalam.
Itulah tips investasi saat portofolio minus akibat tekanan pasar. Baca juga tips investasi reksadana untuk milenial di sini.
***
Ingin berinvestasi aman di reksadana yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Pilih reksadana, klik tautan ini
- Belajar reksadana, klik untuk gabung di Komunitas Bareksa Fund Academy. GRATIS
DISCLAIMER
Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksadana.
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.384,88 | 0,21% | 4,05% | 7,72% | 8,08% | 19,46% | 38,34% |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.095,38 | 0,14% | 4,09% | 7,18% | 7,47% | 3,23% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.084,98 | 0,55% | 4,00% | 7,61% | 7,79% | - | - |
Capital Fixed Income Fund autodebet | 1.853,59 | 0,53% | 3,86% | 7,19% | 7,36% | 17,82% | 41,07% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.287,69 | 0,82% | 4,11% | 7,35% | 7,53% | 19,98% | 35,83% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.