ELTY Reverse Stock dari Rp50 Jadi Rp500, Sesuaikah dengan Keuangannya?
Emiten properti afiliasi Grup Bakrie ini mendapat perlawanan investor ritel terkait rencana reverse stock
Emiten properti afiliasi Grup Bakrie ini mendapat perlawanan investor ritel terkait rencana reverse stock
Bareksa.com - PT Bakrieland Development Tbk (ELTY) masih mengupayakan rencana untuk penggabungan nilai nominal saham (reverse stock), meski terus mendapat perlawanan dari investor ritel.
Rencana aksi korporasi tersebut, bila benar terwujud, bisa menaikkan harga saham emiten properti ini hingga 10 kali lipat di pasar reguler Bursa Efek Indonesia, terlepas dari bagaimana kondisi keuangannya.
Sebagai informasi, Manajemen Bakrieland sudah mengumumkan rapat umum pemegang saham luar biasa tanggal 25 Mei 2018 tidak kuorum sehingga pembahasan rencana reverse stock split harus mundur untuk yang kedua kalinya. Hanya 17,93 persen saham yang terwakili oleh investornya hadir dalam rapat tersebut padahal menurut aturan OJK, RUPSLB harus memenuhi 60 persen kuorum agar bisa sah dan dapat dilangsungkan.
Promo Terbaru di Bareksa
Tidak kuorumnya RUPS ini disebabkan sejumlah investor ritel menolak rencana reverse stock split ELTY, yang disuarakan melalui petisi. Bahkan, para pemodal ritel yang telah mencapai 10 persen dari 43 miliar saham ELTY yang beredar ini membentuk Forum Investor Penolak Reverse Stock Saham ELTY (Forty) untuk menjalankan aspirasi mereka.
Salah seorang investor ritel yang diwawancarai Bareksa, mengaku sudah menjadi investor ELTY selama 1,5 tahun. Dia mengaku kesal lantaran rencana aksi reverse stock ELTY bisa mengganggu rencananya untuk menikah.
“Sebagian tabungan nikah ada di saham ELTY dengan harapan utang perseroan bisa kelar dan sahamnya kembali bergerak dan bisa saya jual. Ternyata blangsak,” tuturnya kepada Bareksa, Selasa, 5 Juni 2018.
Dia menyampaikan, pilihannya menjadi investor ELTY tidak lepas dari rencana anak perusahaan Grup Bakrie itu untuk melakukan restrukturisasi utang-utangnya. Namun setelah utang ELTY dibayar dengan saham PT Graha Andrasentra Propertindo Tbk (JGLE), sayangnya manajemen justru memunculkan rencana reverse stock split.
Sebelumnya, Corporate Secretary Bakrieland Yudi Rizard Hakim dalam keterangan resmi 11 Mei 2018 menjelaskan tujuan rencana reverse stock split perseroan.
"Pada prinsipnya, reverse stock split yang akan dilakukan adalah untuk mendukung restrukturisasi utang perseroan di mana kreditor perseroan menginginkan harga yang wajar, dalam hal restrukturisasi tersebut akan dilakukan melalui konversi utang menjadi saham perseroan, maka saham perseroan dapat berada pada optimum margin trading sehingga dapat memperoleh harga yang wajar guna pelunasan utang tersebut. Dengan demikian reverse stock split yang akan dilakukan perseroan sebagaimana kami jelaskan sebelumnya adalah merupakan hal penting yang harus dilakukan perseroan guna kelangsungan usahanya (going concern)."
Saham ELTY kini mentok di Rp50, level terendah perdagangan di pasar reguler, selama setahun terakhir. Saham ini pertama kali mentok di level gocap pada Juni 2013, sempat berfluktuasi naik di awal 2017 dan kembali mentok di dasar bawah.
Lantas, bagaimana kondisi keuangan emiten properti afiliasi Grup Bakrie ini?
Berdasarkan data laporan keuangan yang diolah Bareksa, Bakrieland menunjukkan tren penurunan pendapatan dalam empat tahun terakhir ini.
Pada 2014, pendapatan perseroan masih mencapai Rp1,58 triliun tetapi angka ini terus turun hingga tinggal Rp1,24 triliun pada 2017.
Seiring dengan penurunan pendapatan itu, laba kotor Bakrieland juga semakin menyusut menjadi Rp566,07 miliar pada 2017, dibandingkan dengan Rp772 miliar pada 2014.
Akibatnya, pada tahun lalu perusahaan masih membukukan rugi bersih, meski sudah menyusut dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Dalam empat tahun terakhir, Bakrieland hanya sekali membukukan laba yakni pada 2014.
Secara lebih rinci, pada tahun 2017, rugi bersih Bakrieland berkurang menjadi Rp269,8 miliar, dibandingkan dengan Rp547,26 miliar pada 2016.
Dari sisi neraca keuangan, Bakrieland masih membukukan aset Rp14,08 triliun per akhir 2017 dibandingkan Rp14,18 triliun pada setahun sebelumnya.
Selain itu, ekuitas perusahaan masih positif di Rp6,16 triliun dengan liabilitas Rp7,92 triliun pada akhir 2017.
Pendapatan dan Laba (Rugi) Bakrieland 2014-2017
Sumber: Laporan Keuangan, diolah Bareksa.com
Membedah laporan keuangan tahun lalu, ada sejumlah pos yang membuat kerugian tahun lalu menyusut dari sebelumnya. Bakrieland pada tahun lalu mendapatkan laba atas divetasi saham entitas anak senilai Rp3,6 miliar, yang tidak ada pada tahun sebelumnya.
Selain itu, perusahaan juga mendapat laba tahun berjalan dari operasi yang dihentikan Rp50,04 miliar pada 2017 dibandingkan Rp15,71 miliar pada 2016.
Dalam penjelasan di laporan keuangan, divestasi tersebut didapatkan dari penjualan seluruh saham milik entitas induk dalam PT Bakrie Graha Investama sebanyak 4.999 saham atau sebesar 99,98 persen kepemilikan dari seluruh saham yang telah dikeluarkan BGI kepada PT Bakrie Nirwana Semesta dengan nilai nominal Rp1 juta atau Rp4,99 miliar.
Transaksi tersebut dicatat sesuai dengan PSAK No. 38, “Kombinasi Bisnis Entitas Sepengendali”. Karena itu, selisih antara harga akuisisi saham dengan nilai buku bersih entitas anak yang diakuisisi sebesar Rp2,78 miliar diakui sebagai “Selisih Nilai Transaksi Restrukturisasi Entitas Sepengendali” dan disajikan sebagai bagian dari “Tambahan Modal Disetor” dalam laporan posisi keuangan konsolidasian yang telah dieliminasi pada laporan keuangan konsolidasian.
Seperti diberitakan sebelumnya, Bakrieland memang dalam tahap restrukturisasi utang dan salah satu caranya adalah dengan menjual kepemilikan di anak usahanya yakni PT Graha Andrasentra Propertindo Tbk (JGLE), operator taman rekreasi Jungleland di Bogor.
Bakrieland memiliki utang berupa obligasi mencapai US$155 juta, dengan bunga 8,62 persen per tahun. Surat utang ini diterbitkan melalui entitas anak usahanya, BLD Investment Pte Ltd, pada 23 Maret 2010.
Namun, Bakrieland mengalami gagal bayar (default) sejak tanggal jatuh tempo obligasi itu di 23 Maret 2015. Sehingga, outstanding obligasi tersebut kini mencapai US$289,9 juta, atau setara Rp3,92 triliun termasuk bunga dan denda.
Pemegang saham ELTY akan melepas sebagian kepemilikan saham emiten pemilik Taman Rekreasi Jungle Land ini sebagai bagian dari restrukturisasi utang. Hal tersebut disepakati pemegang saham dalam rapat umum pemegang saham (RUPS) luar biasa.
Adapun penyerahterimaan saham JGLE sebanyak 85,6 juta lot saham atau setara 37,9 persen kepemilikan saham yang dikuasai perseroan melalui anak usaha PT Surya Global Nusantara dan PT Prima Bisnis Utama.
Sesuaikah peningkatan harga saham melalui reverse stock ini bila dilihat dari kondisi keuangannya?
Bila memang perusahaan berencana untuk menggabungkan nilai nominal saham, tentunya harga saham di pasar reguler pun akan naik. Namun, dengan harga yang sekarang mentok di Rp50 belum tentu sesuai dengan kinerjanya.
Untuk menilai valuasi saham, biasanya kita menggunakan metode harga saham dibandingkan dengan laba per saham atau price to earning ratio (PER). Akan tetapi, dengan kondisi perusahaan yang masih merugi, kita pasti akan mendapatkan PER negatif yang tidak tepat untuk menilai harganya.
Kemudian, kita bisa menggunakan metode nilai buku. Caranya adalah dengan membagi harga saham dengan nilai buku per saham. Nilai buku (total ekuitas dibagi jumlah saham beredar) perseroan adalah Rp141, sedangkan harga saham di pasar reguler saat ini adalah Rp50.
Maka, rasio harga terhadap nilai buku (price to book value/ PBV) adalah sebesar 0,35 kali, atau kurang dari 1.
Sebagai informasi, angka PBV sama dengan 1 menunjukkan harga saham yang sesuai dengan nilai buku sedangkan angka di bawah itu menandakan harga saham yang murah.
Akan tetapi, perlu diperhatikan bahwa keberlangsungan usaha dan kinerja operasional harus menjadi pertimbangan bagi investor dalam membeli saham, tidak hanya dilihat dari valuasi murah atau mahalnya saja. (AM)
DISCLAIMER
Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui saham mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami kinerja keuangan saham tersebut.
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.384,88 | 0,21% | 4,05% | 7,72% | 8,08% | 19,46% | 38,34% |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.095,38 | 0,14% | 4,09% | 7,18% | 7,47% | 3,23% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.084,98 | 0,55% | 4,00% | 7,61% | 7,79% | - | - |
Capital Fixed Income Fund autodebet | 1.853,59 | 0,53% | 3,86% | 7,19% | 7,36% | 17,82% | 41,07% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.287,69 | 0,82% | 4,11% | 7,35% | 7,53% | 19,98% | 35,83% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.