Berita / SBN / Artikel

OJK Prediksi IHSG Bisa Tembus 6.000, Ini Dua Sentimen Positifnya

Abdul Malik • 11 Nov 2020

an image
Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan, Wimboh Santoso. (Antara Foto)

Berbagai kebijakan dikeluarkan otoritas untuk menghadapi dampak pandemi Covid-19 diproyeksikan bisa meningkatkan kepercayaan investor

Bareksa.com - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan kemarin ditutup menguat 1,99 persen di level 5,462.73 pada Selasa (10/11). Pergerakan didorong oleh sektor finance yang naik 3,94 persen dan sektor industri dasar melesat 2,42 persen.

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyatakan berbagai kebijakan dikeluarkan otoritas untuk menghadapi dampak pandemi Covid-19 diproyeksikan bisa meningkatkan kepercayaan investor. OJK pun optimistis pasar bisa kembali pulih dari efek pandemi ini. Saat ini posisi IHSG telah kembali ke kisaran 5.400-an, setelah sempat menyentuh titik terendahnya sekitar 3.900-an di awal pandemi, Maret-April lalu.

"Sekarang saham sudah kembali di atas 5.000, kami yakin bisa normal kembali 6.000 dalam waktu tidak terlalu lama," kata Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso, dalam Forum Diskusi Sektor Finansial yang mengambil tema "Kondisi Sektor Keuangan Terkini Serta Meneropong Ekonomi 2021" yang digelar CNBC Indonesia, Selasa (10/11/2020).

Wimboh mengatakan berbagai kebijakan extraordinary yang telah dikeluarkan OJK untuk menghadapi dampak Covid-19 di luar kebiasaan pasar modal. Dia menyebutkan kebijakan extraordinary termasuk pembelian saham emiten tanpa RUPS, batasan autorejection dan beberapa kebijakan lain agar penurunan tidak terlalu dalam.

Faktor yang Menjadi Katalis Positif IHSG

Menurut analisis Bareksa, terdapat beberapa faktor yang menjadi sentimen positif bagi IHSG menjelang akhir tahun ini, antara lain :

1. Vaksin Covid-19

Kabar gembira kembali muncul terkait pengembangan vaksin Covid-19. Adalah vaksin milik Pfizer asal Amerika Serikat yang berkolaborasi dengan BioNTech (Jerman). Kabar terakhir mengatakan vaksin tersebut efektif menangkal virus Covid-19 hingga lebih dari 90 persen tanpa adanya efek samping berbahaya. Demikian data yang dipublikasikan oleh kedua raksasa farmasi tersebut terkait uji klinis tahap akhir seperti dilansir dari CNBC International, Senin (9/11/2020).

Efektivitas vaksin hingga 90 persen tentu jadi kabar baik karena sejumlah ahli memperkirakan efektivitas vaksin hanya 75 persen. Sebelumnya Penasihat kesehatan Gedung Putih Anthony Fauci mengungkapkan vaksin dengan efektivitas minimal 50-60 persen yang bisa diterima manusia. Kabar ini muncul di saat sejumlah produsen obat-obatan dan pusat penelitian dunia berlomba untuk membuat vaksin yang aman dan efektif karena virus ini telah merenggut lebih dari 1,25 juta nyawa.

2. Rupiah Berpotensi Menguat ke level Rp13.827 per dolar AS

Mengutip CNBC Indonesia, Ekonom Bank Mandiri Andry Asmoro dalam risetnya mengatakan pekan ini beberapa rilis data ekonomi yang dapat dicermati oleh pelaku pasar meliputi inflasi AS yang diprediksi 1,3 persen (YoY) dan produksi industri Uni Eropa yang diperkirakan masih terkontraksi 5,8 persen (YoY) pada Oktober 2020.

"Pergerakan rupiah didorong respon positif dari hasil Pemilu AS dan rilis data-data ekonomi domestik yang tetap terjaga sehingga mendorong berlanjutnya capital inflow," jelas Andry lebih jauh. "Dengan sentimen positif yang masih mewarnai pasar, maka secara teknikal, USD/IDR diprediksi menguat bergerak ke kisaran Rp13.827 hingga Rp14.234 per dolar AS minggu ini," ungkapnya.

(KA02/AM)

***

Ingin berinvestasi aman di reksadana yang diawasi OJK?

- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Pilih reksadana, klik tautan ini
- Belajar reksadana, klik untuk gabung di Komunitas Bareksa. GRATIS

DISCLAIMER

Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksadana.