Bareksa.com - Bank Indonesia pada hari ini (13/10) akan mengumumkan hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG). Berdasarkan konsensus Bloomberg, sebagian besar ekonom memperkirakan Bank Indonesia akan mempertahankan BI 7-Day Reverse Repo Rate atau BI7DRRR di level 4 persen.
Menurut analisis Bareksa, BI memang masih memiliki ruang untuk menurunkan suku bunga acuan menjadi 3,75 persen namun untuk tahun depan. Sebab penurunan suku bunga tersebut mempunyai ruang cukup terbatas di tahun ini, sehingga BI7DRRR tetap diprediksi akan bertahan pada RDG bulan oktober.
Mengapa Suku Bungan Diperkirakan Tetap di 4 persen?
Menurut analisis Bareksa, terdapat beberapa hal yang menjadi pertimbangan bahwa suku bunga masih akan tetap, antara lain :
1. Industri perbankan masih kelebihan likuiditas (over liquidity)
Salah satu yang akan menjadi pertimbangan BI untuk menahan suku bunga dikarenakan likuiditas yang cukup berlebih di pasar. Longgarnya likuiditas telah menekan suku bunga deposito di perbankan tanpa didahului oleh perubahan pada suku bunga acuan.
2. Kurs rupiah berpotensi melemah
Jika terjadi penurunan suku bunga acuan, kebijakan itu berpeluang akan berisiko menekan rupiah ketika kondisi pasar finansial global masih menghadapi ketidakpastian akibat wabah Covid-19 dan gejolak pasar finansial Amerika Serikat menjelang pemilihan presiden di bulan November 2020.
3. AS beri sinyal tahan suku bunga acuan hingga 2023
Pada rapat Bank Sentral AS (The Fed) bulan lalu, mereka berjanji akan menjaga tingkat suku bunga hampir nol hingga inflasi bisa menembus target bank sentral lebih dari 2 persen. Proyeksi ekonomi baru menunjukkan bahwa sebagian besar pejabat The Fed memperkirakan suku bunga akan tetap di posisi sekarang hingga setidaknya tahun 2023.
Bank Sentral AS menetapkan target inflasi lebih dari 2 persen untuk menutup inflasi sebelumnya yang kurang dari target awal 2 persen. The Fed menggeser kebijakan moneter dari kebijakan krisis menjadi kebijakan untuk menahan pasar tetap bertahan sepanjang pandemi lewat pemulihan dalam beberapa tahun.
Jika BI Rate Tetap 4 persen, ORI018 akan Semakin Menarik
Sebagai informasi, saat ini ada jenis Surat Berharga Negara (SBN) Ritel yang sedang ditawarkan oleh pemerintah yaitu ORI018 selama masa penawaran hingga 21 Oktober 2020. Imbal hasil (kupon) yang ditawarkan oleh ORI018 sebesar 5,7 persen per tahun dengan jangka waktu 3 tahun.
Berdasarkan Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI) per 12 oktober 2020, yield obligasi pemerintah dengan jangka waktu 3 tahun berada di level 5,17 persen. Sehingga, dengan perbedaan 0,53 persen terhadap kupon ORI018, maka sangat menarik apabila suku bunga di AS maupun di Indonesia belum diproyeksikan naik dalalm waktu dekat, mengingat harga obligasi di pasar sekunder berpotensi melanjutkan penguatannya, sebab ORI018 bersifat tradable alias bisa diperdagangkan di pasar sekunder.
ORI018 berhasil terjual Rp2,07 triliun hingga Jumat siang (9/10/2020) atau hari ke-9 masa penawaran. Penjualan ORI018 tersebut telah merepresentasi 41,51 persen dari target awal yang dicanangkan Kementerian Keuangan yakni senilai Rp5 triliun. Dengan begitu kuota pemesanan masih tersisa Rp2,93 trilun hingga masa penawaran ditutup 12 hari lagi pada 21 Oktober 2020.
(KA02/AM)
***
Ingin berinvestasi sekaligus bantu negara?
ORI018 hanya bisa dipesan selama masa penawaran pada 1-21 Oktober 2020. Belum memiliki akun Bareksa tetapi ingin berinvestasi di SBN? Segera daftar melalui aplikasi Bareksa sekarang, gratis hanya dengan menyiapkan KTP dan NPWP (opsional).
Bagi yang sudah punya akun Bareksa untuk reksadana, lengkapi data berupa rekening bank untuk mulai membeli SBN di Bareksa. Bagi yang sudah pernah membeli SBR, ORI atau Sukuk di Bareksa sebelumnya, Anda bisa menggunakan akun di Bareksa untuk memesan ORI018.
PT Bareksa Portal Investasi atau bareksa.com adalah mitra distribusi resmi Kementerian Keuangan untuk penjualan Surat Berharga Negara (SBN) ritel secara online. Selain proses registrasi dan transaksi sangat cepat dan mudah, Anda juga dapat memantau investasi Anda dari mana saja dan kapan saja.