Berita / SBN / Artikel

Pemerintah Targetkan Penerbitan SBN Neto Semester II Rp742,7 Triliun

Bareksa • 14 Jul 2020

an image
Ilustrasi obligasi surat utang negara surat berharga negara yang digambarkan dengan kertas sertifikat obligasi dengan kacamata dan pulpen.

Penerbitan SBN ritel akan dilakukan secara oportunistis dalam rangka perluasan basis investor

Bareksa.com - Kementerian Keuangan memproyeksikan, penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) neto pada semester II 2020 senilai Rp742,7 triliun atau 63,3 persen dari target sesuai Perpres Nomor 72 Tahun 2020 senilai Rp1.173,1 triliun. Porsi penerbitan SBN di semester II lebih tinggi daripada realisasi pada semester I yang sebesar Rp430,4 triliun. Kebijakan ini dimaksudkan untuk mendorong pengembangan pasar SBN domestik, mengelola risiko akibat perubahan nilai tukar rupiah, serta mengurangi kepemilikan investor asing pada surat utang pemerintah.

"Di dalam penerbitan SBN, pemerintah mengutamakan penerbitan SBN dalam mata uang rupiah baik melalui lelang reguler, private placement, maupun penerbitan SBN ritel," demikian dikutip dalam Laporan realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Semester I 2020, Senin (13/7) dilansir Kontan.

Selanjutnya, pemerintah akan melakukan optimalisasi private placement, terutama dari investor potensial yang bersumber dari institusi yang memiliki keterbatasan untuk melakukan pembelian SBN melalui lelang. Penerbitan Surat Perbendaharaan Negara (SPN) atau Surat Perbendaharaan Negara Syariah (SPNS), akan dikendalikan sesuai dengan permintaan dan kebutuhan kas untuk memitigasi risiko refinancing pada 2021.

Kemudian, penerbitan SBN ritel akan dilakukan secara oportunistis dalam rangka perluasan basis investor dan untuk memitigasi tingginya kepemilikan investor asing pada utang pemerintah. Untuk mengantisipasi tingginya kebutuhan pembiayaan SBN domestik, maka pemerintah akan berkoordinasi dengan Bank Indonesia (BI). Koordinasi ini diimplementasikan melalui Surat Keputusan Bersama (SKB) antara Menteri Keuangan dan Gubernur BI.

Di dalam SKB ini, BI dapat membeli SBN jangka panjang di pasar perdana. Selain itu, BI juga akan berfungsi sebagai last resort apabila penerbitan SBN tidak mencapai target dan/atau terjadi kenaikan yield SBN yang terlalu tinggi. Adapun untuk menghindari crowding out effect penerbitan SBN di pasar domestik, maka pemerintah juga masih berencana menerbitkan SBN valuta asing (valas).

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati sebelumnya menyatakan akan menaikkan target mingguan penerbitan Surat Berharga Negara (SBN). Tujuannya, untuk membiayai belanja manfaat non-publik dalam program pemulihan ekonomi nasional (PEN). "Peningkatan target mingguan penerbitan SBN ini untuk mengantisipasi pembiayaan sampai akhir tahun," kata Sri Mulyani dalam konferensi video, pekan lalu.

Perinciannya, target penerbitan Surat Utang Negara (SUN) akan ditingkatkan dari Rp30 triliun menjadi Rp40 triliun. Sedangkan target penerbitan Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) akan diperbesar dari Rp10 triliun menjadi Rp15 triliun. Menkeu menjelaskan, jika pasar tidak bisa menyerap penerbitan SBN sesuai target, bank sentral akan menyerap kekurangan target tersebut. Artinya, BI akan menjadi pembeli siaga atau stand by buyer bagi SBN yang akan diterbitkan untuk belanja manfaat non-publik.

SBN Ritel

Kementerian Keuangan masih memiliki rencana penerbitan SBN ritel lainnya hingga akhir tahun, setelah pekan lalu sukses menerbitkan Obligasi Negara Ritel (ORI) seri ORI017. Masa penawaran instrumen SBN ritel jenis Obligasi Negara Ritel (ORI) seri ORI017 resmi ditutup Kamis (9/7/2020) pukul 10:00 WIB. Kemenkeu menetapkan hasil penjualan ORI017 sebesar Rp18,33 triliun (atau tepatnya Rp18.336.042.000.000).

Direktur Strategi dan Portofolio Pembiayaan Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Riko Amir, sebelumnya menyatakan penerbitan SBN ritel di semester II ditargetkan antara Rp35 triliun hingga Rp40 triliun.

Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Surat Utang Negara (SUN) DJPPR Kemenkeu Deni Ridwan mengungkapkan masih ada rencana penerbitan empat SBN ritel hingga akhir tahun termasuk ORI017. Instrumen itu terdiri atas dua Surat Utang Negara (SUN) ritel konvensional dan dua Sukuk Negara Ritel.

Dia menyatakan hasil penjualan ORI017 akan dipergunakan untuk memenuhi sebagian kebutuhan pembiayaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2020, termasuk untuk program penanggulangan dan pemulihan dampak pandemi Covid-19. Walaupun ORI017 ditawarkan di tengah kondisi pandemi yang penuh ketidakpastian, animo masyarakat untuk berinvestasi di ORI017 sangat tinggi.

"Hal itu terbukti dari ORI017 yang memecahkan rekor penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) Ritel tertinggi sejak dijual secara online pada 2018, baik secara nominal, jumlah total investor maupun jumlah investor baru," ujar Deni.

***

Ingin berinvestasi sekaligus bantu negara?

Masa pemesanan Obligasi Negara Ritel seri ORI017 sudah ditutup 9 Juli 2020 pukul 10.00 WIB. Tunggu penerbitan SBN ritel berikutnya di Bareksa. Belum memiliki akun Bareksa tetapi ingin berinvestasi SBN? Segera daftar di sbn.bareksa.com sekarang, gratis hanya dengan menyiapkan KTP dan NPWP. Baca panduannya di sini.

Bagi yang sudah pernah membeli SBR, ORI atau Sukuk di Bareksa sebelumnya, Anda bisa menggunakan akun di sbn.bareksa.com untuk memesan SBN.

Bila sudah memiliki akun Bareksa untuk reksadana sebelumnya, segera lengkapi data Anda berupa NPWP dan rekening bank yang dimiliki.

Kalau belum punya NPWP, tapi mau beli SBN? Kita juga bisa meminjam NPWP punya orang tua atau suami.

PT Bareksa Portal Investasi atau bareksa.com adalah mitra distribusi resmi Kementerian Keuangan untuk penjualan Surat Berharga Negara (SBN) ritel secara online. Selain proses registrasi dan transaksi sangat cepat dan mudah, Anda juga dapat memantau investasi Anda dari mana saja dan kapan saja.