Bareksa.com - Obligasi rupiah pemerintah pantas dianggap sebagai instrumen investasi aman (safe haven instrument) sepanjang tahun ini, karena telah membukukan total keuntungan yang cukup menggiurkan.
Hal tersebut tercermin dari pergerakan indeks INDOBEX Government Total Return yang dikeluarkan PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI/IBPA) per tanggal 11 Oktober 2019 yang sudah naik 11,17 persen tahun ini dari sisi laba transaksi (capital gain) dan kupon (total return).
Berdasarkan analisis Bareksa, total keuntungan tersebut masih bisa bertambah lebih dari 1 persen jika suku bunga acuan Amerika Serikat (AS) dan domestik turun sekali lagi di sisi tahun 2019.
Jadi seharusnya investor tinggal masuk ke pasar obligasi jika ingin untung hingga akhir tahun, dengan catatan bahwa kondisi di luar negeri tidak ada peristiwa yang terlalu ekstrim dan berimplikasi negatif terhadap pasar keuangan global.
Saat ini investor asing sudah masuk ke pasar Surat Utang Negara (SUN) cukup banyak yang tercermin dari porsi investasi asing di pasar obligasi rupiah pemerintah yang naik sepekan terakhir. Derasnya dana investor asing ke instrumen obligasi tidak hanya terjadi di pasar tetapi juga dalam lelang yang menawarkan seri-seri acuan baru untuk tahun depan.
Mengutip data Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu (DJPPR),per 10 Oktober investor asing terlihat menggenggam Rp1.033,82 triliun SBN, atau setara 38,46 persen dari total beredar Rp2.687,95 triliun.
Nilai kepemilikan tersebut kembali memecahkan rekor tertinggi sepanjang masa dan menyalip rekor nilai kepemilikan asing sebelumnya yaitu pada 9 Oktober yang senilai Rp1031,25 triliun.
Kemudian jka dibandingkan dengan posisi pada awal tahun ini yang senilai Rp893,48 triliun, maka sejauh ini kepemilikan investor asing atas SBN sudah melonjak Rp140,35 triliun atau naik 15,71 persen.
Adapun pasar obligasi menjadi buruan investor tahun ini karena momentum global yang relatif negatif sepanjang tahun ini serta adanya tren penurunan suku bunga yang menguntungkan bagi instrumen efek utang.
Akhir pekan lalu, pasar SUN terlihat mulai kembali bergerak positif yang terlihat dari adanya harapan damai dagang antara Amerika Serikat (AS) dengan China.
Perundingan kedua negara akhirnya membuahkan hasil pada Jumat waktu AS. Presiden Trump, bersama Wakil Perdana Menteri China, Lie He, Jumat waktu Washington mengumumkan jika perundingan kedua negara memberikan hasil "kesepakatan fase satu yang sangat substansial", sebagaimana dilansir CNBC International.
Porsi pertama dalam kesepakatan dagang kali ini akan dibuat dalam tiga pekan ke depan, termasuk di dalamnya properti intelektual, jasa keuangan, serta rencana pembelian produk pertanian AS oleh China senilai US$40 miliar hingga US$50 miliar, kata Trump.
Dengan kesepakatan kali ini, artinya bea masuk yang rencananya dikenakan ke China pada 15 Oktober nanti resmi ditunda, untuk sementara tidak ada lagi kenaikan bea importasi dari kedua negara dengan ekonomi terbesar di planet bumi tersebut.
Kesepakatan kedua negara menjadi kabar bagus bagi para pelaku pasar global. Di kala kedua raksasa ekonomi dunia tersebut sudah "berdamai" perekonomian global diharapkan bisa bangkit kembali, termasuk perekonomian Indonesia.
Sekadar informasi, pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder, sehingga ketika harga naik maka akan menekan yield turun, begitupun sebaliknya. Yield yang menjadi acuan hasil investasi juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
Untuk diketahui, Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan (Kemenkeu) resmi meluncurkan Obligasi Ritel Indonesia (ORI) seri 16 (ORI16) di Jakarta, Rabu, 2 Oktober 2019 dengan masa penawaran berakhir 24 Oktober 2019.
Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan Luky Alfirman menyatakan pemerintah menargetkan penghimpunan dana sekitar Rp9 triliun dari penerbitan ORI016. "Rp9 triliun untuk penerbitannya, memang ini berbeda dengan sebelumnya, SBR itu non tradable. Ini kan tradable, lebih likuid, jadi targetnya lebih besar," ujarnya.
ORI016 dinilai menjadi alternatif investasi di tengah penurunan suku bunga dan gejolak politik di Tanah Air serta belum stabilnya ekonomi global. ORI016 juga semakin menarik dengan kupon sebesar 6,8 persen per tahun. Kupon ini berlaku tetap hingga jatuh tempo tiga tahun lagi.
Obligasi Negara Ritel (ORI) adalah bagian dari Surat Berharga Negara yang diterbitkan oleh Pemerintah Republik Indonesia khusus untuk investor individual atau ritel. Selain untuk membiayai anggaran negara, tujuan diterbitkannya ORI adalah untuk memberi kesempatan kepada investor individual warga negara Indonesia untuk secara langsung memiliki dan memperdagangkan secara aktif dalam perdagangan Obligasi Negara.
Ingin berinvestasi sekaligus bantu negara?
Belum memiliki akun Bareksa tetapi ingin berinvestasi di ORI016? Segera daftar di sbn.bareksa.com sekarang, gratis hanya dengan menyiapkan KTP dan NPWP. Baca panduannya di sini.
Bagi yang sudah pernah membeli SBR atau Sukuk di Bareksa sebelumnya, Anda bisa menggunakan akun di sbn.bareksa.com untuk memesan SBN seri berikutnya.
Bila sudah memiliki akun Bareksa untuk reksadana sebelumnya, segera lengkapi data Anda berupa NPWP dan rekening bank yang dimiliki.
Kalau belum punya NPWP, tapi mau beli SBN? Kita juga bisa meminjam NPWP punya orang tua atau suami.
PT Bareksa Portal Investasi atau bareksa.com adalah mitra distribusi resmi Kementerian Keuangan untuk penjualan Surat Berharga Negara (SBN) ritel secara online. Selain proses registrasi dan transaksi sangat cepat dan mudah, Anda juga dapat memantau investasi Anda dari mana saja dan kapan saja.
(KA01/AM)