Bareksa.com - Anak usaha PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO), yakni PT Adaro Andalan Indonesia Tbk (AADI) segera menggelar penawaran umum perdana saham (IPO). AADI menawarkan 778,68 juta saham dengan nilai nominal Rp3.125, atau 10% dari total saham perseroan. Saham IPO itu akan ditawarkan di harga Rp4.590 hingga Rp5.900, sehingga dana hasil IPO yang dibidik Rp4,59 triliun.
Penawaran saham oleh AADI ini digadang menjadi IPO bernilai jumbo tahun ini. Jadwal book building dilakukan pada 12 -18 November 2024 dengan partisipan admin dan penjamin emisi PT Trimegah Sekuritas Indonesia Tbk. Penawaran umum rencananya pada 29 November-3 Desember, dan pencatatan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 5 Desember 2024.
Dana hasil IPO, sekitar 40% akan digunakan AADI sebagai pinjaman ke anak usaha, PT Maritim Barito Perkasa (MBP), untuk kebutuhan investasi dan aksi korporasi lain. Kemudian 15% untuk pembayaran pinjaman ke PT Adaro Indonesia, serta sisanya untuk membayar pinjaman ke ADRO. Pinjaman-pinjaman itu sebelumnya digunakan untuk pengembangan bisnis, investasi dan keperluan korporasi lainnya.
Sumber : prospektus AADI
Skema pemegang sahamnya sebelum IPO, ADRO memegang 99,99% saham AADI dan 0,01% oleh PT Adaro Strategic Investments (ASI). Namun setelah IPO, kepemilikan ADRO di AADI berkurang jadi 90% dan masyarakat 10%, sedangkan ASI 0%. Adapun pemegang saham ADRO yakni 45,66% oleh ASI, konglomerat Garibaldi “Boy” Thohir 6,43% dan masyarakat 47,91%.
IPO AADI merupakan bagian dari divestasi ADRO di bisnis batu bara termal, seiring target perseroan mendukung pemerintah mengkampanyekan energi terbarukan (green energy). Selanjutnya IPO AADI akan diikuti dengan Penawaran Umum oleh Pemegang Saham (PUPS). Setelah AADI tercatat di BEI, ADRO berencana menawarkan 7.008.202.240 saham AADI yang dimilikinya ke pemegang saham.
Dengan asumsi seluruh pemegang saham ADRO membeli saham AADI yang ditawarkan dalam PUPS, maka struktur pemegang saham AADI akan jadi ADRO 0%, ASI 41,1%, Boy Thohir 5,78%, masyarakat pemegang saham ADRO 43,12% dan masyarakat 10%.
Sumber : prospektus AADI
Dari skema perubahan struktur pemegang saham tersebut, menurut Tim Analis Bareksa, artinya investor ADRO akan dihadapkan pilihan antara tetap mempertahankan saham ADRO atau AADI, atau ingin memiliki keduanya?
Berikut beberapa poin yang dapat menjadi pertimbangan investor:
1. Jika investor mempertahankan ADRO, maka berpotensi menikmati dividen jumbo mencapai Rp1.345 per saham atau dividend yield mencapai 34%. Hal ini juga tengah menunggu persetujuan rapat umum pemegang saham luar biasa pada 18 November.
2. Di sisi lain, biasanya ketika ex-date dividen, harga saham akan menyesuaikan penurunan, seperti yang terjadi pada 28 Mei 2024. Saat itu, harga saham ADRO di saat cum date 27 Mei 2024 senilai Rp2.870 dan dividend yield 7,3%. Hari berikutnya (ex-date), saham ADRO turun hingga 6,3%. Artinya, investor harus bersiap jika pada saat ex-date pembagian dividen berikutnya, saham ADRO bisa turun signifikan.
3. Dari sisi valuasi, jika ADRO melepas AADI, price to earning ratio (PER)nya berpotensi naik signifikan dan bisa jadi yang tertinggi di industri. Sebab sumber penghasilan utama ADRO yang berasal dari AADI akan dilepas. Hal ini berpotensi mendorong penurunan EPS ADRO yang diproyeksikan bisa berada di level Rp26-27 per saham dari saat ini Rp582 per saham. Artinya, harga saham akan semakin mahal.
Persentase Aset, Laba Bersih dan Pendapatan AADI Terhadap ADRO
Aset AAI terhadap aset ADRO | 52,9% |
Laba bersih AAI terhadap laba bersih ADRO | 104.8% |
Pendapatan AAI terhadap pendapatan ADRO | 89,4% |
Sumber : Keterbukaan infomasi ADRO, kinerja per Juni 2024
4. Dengan kondisi tersebut, meskipun investor mendapatkan dividen besar, namun belum dapat dipastikan apakah harga saham ADRO bisa kembali naik, karena mempertimbangkan valuasi yang cukup mahal.
5. Dalam kasus tertentu seperti saham PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) yang juga fokus di renewable energy, meskipun valuasi mahal tapi harga sahamnya masih bisa naik signifikan karena investor percaya terhadap potensi energi terbarukan.
6. Sementara, jika investor lebih menyukai pada valuasi yang lebih murah serta optimistis terhadap sumber energi fosil seperti batu bara, maka saham AADI bisa dipertimbangkan.
7. Saat ini saham AADI ditawarkan di rentang harga Rp4.590-5.900 atau sekitar 1,2-1,6x PE dibandingkan dengan sektor batu bara sekitar 5-6x PE.
8. Pembagian dividen ADRO juga kemungkinan baru akan dilaksanakan menjelang IPO AADI, jadi investor tetap harus memilih antara AADI yang berfokus pada valuasi atau ADRO yang akan membagikan dividen tinggi.
9. Perlu diperhatikan juga, dividen tinggi ini berasal dari lini bisnis batu bara dan belum dapat dipastikan pasca spin-off, apakah ADRO masih bisa membagikan dividen besar atau tidak.
AADI didirikan pada 2024, merupakan perusahaan holding di bidang tambang batu bara termal, logistik, pengelolaan aset lahan, pengelolaan air dan lainnya. Saat ini, AADI memiliki 7 aset pertambangan batu bara termal yang terletak di Kalimantan Selatan dan Sumatera Selatan. Adapun aset di Kalimantan Timur dan Kalimantan Tengah dalam tahap pengembangan. Berdasarkan estimasi, aset AADI memiliki cadangan batu bara 917,4 juta ton dan produksi saat ini 32,74 juta ton.
Total produksi batu bara AADI menyumbang 8% dari total produksi nasional, atau terbesar kedua di Indonesia. Pesaing utama AADI ialah PT Bumi Resources Tbk (BUMI) yang memproduksi 8% batu bara nasional, PT Bayan Resources Tbk (BYAN) 6%, PT Bukit Asam Tbk (PTBA) 5%, PT Indika Energy Tbk (INDY) 4%, dan PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) 2% dari total produksi nasional.
Di semester I 2024, AADI membukukan pendapatan US$2,65 miliar, turun 18% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Namun laba tahun berjalan melesat 15% menjadi US$922,7 juta. Segmen pendapatan AADI sebesar 96,12% disumbang penjualan batu bara, logistik 3,35% dan lainnya 0,45%.
Sumber : Prospektus AADI
Super app investasi, Bareksa telah meluncurkan fitur Bareksa Saham bekerja sama dengan PT Ciptadana Sekuritas Asia pada Kamis (9/11/2023), di Jakarta. Fitur investasi saham ini melengkapi pilihan produk investasi di Bareksa sebelumnya, yakni reksadana, Surat Berhaga Negara hingga emas. Peluncuran fitur saham seiring target Bareksa mewujudkan misi menjadi satu aplikasi untuk semua investasi.
Dengan begitu, nasabah atau investor Bareksa bisa berinvestasi di beragam instrumen investasi dalam satu genggaman tangan di layar ponsel melalui aplikasi Bareksa. Pengguna bisa berinvestasi sesuai kebutuhan dan profil risikonya guna mencapai target keuangan atau kemerdekaan finansialnya.
(Ariyanto Dipo Sucahyo/Sigma Kinasih/AM)
***
Ingin berinvestasi aman di saham dan reksadana secara online yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli saham klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Beli emas, klik tautan ini
- Download aplikasi Bareksa di App Store
- Download aplikasi Bareksa di Google Playstore
- Belajar investasi, klik untuk gabung Komunitas Bareksa di Facebook. GRATIS
DISCLAIMER
Investasi saham mengandung risiko dan seluruhnya menjadi tanggung jawab pribadi. Bareksa membuat informasi ini dari materi dan sumber-sumber terpercaya, serta tidak dipengaruhi pihak manapun. Informasi ini bukan merupakan ajakan, ataupun paksaan untuk melakukan transaksi dan Bareksa tidak memberikan jaminan atas transaksi yang dilakukan.