Bareksa.com - Efek stimulus China dan ketegangan di Timur Tengah yang semakin memanas membuat sejumlah harga komoditas melesat. Harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) naik 2% jadi US$76 per barel dan Brent hampir kembali ke level US$80 per barel. Harga emas dunia juga bertahan di area US$2.670 per ounce, serta harga batu bara mendekati level resisten US$150 per ton.
Alhasil, beberapa saham produsen komoditas juga ikut melesat. Saham perusahaan batu bara seperti PT Bukit AsamTbk (PTBA), PT Indika Energy Tbk (INDY) dan PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) masing-masing naik 3,7%, 3,2% dan 2,1%. Senada, saham produsen emas PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) juga melesat 6% pada Senin (07/10).
Lonjakan saham komoditas berhasil menopang kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), sehingga berhasil naik tipis 0,11% atau bertambah 8,04 poin menjadi 7.504,14 pada Senin (7/10), namun indeks LQ45 turun 0,25%. Salah satu saham unicorn, PT Bukalapak.com Tbk (BUKA) yang meroket 25% kemarin juga turut menopang indeks saham Tanah Air, seiring rumor akan diakuisisi oleh salah satu e-commerce terbesar asal China, Temu.
IHSG kemarin berhasil bertahan setelah sepanjang pekan lalu merosot 2,6% dan berakhir di bawah level psikologis 7.500. Ini akibat tekanan jual di saham big banks yang belum mereda. Mayoritas saham perbankan melemah, seperti saham PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) turun paling dalam 2,4%, disusul PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) melemah 1,7% pada Senin (7/10).
Menurut Tim Analis Bareksa, tekanan pasar juga akibat rilis data ketenagakerjaan Amerika Serikat (AS) akhir pekan lalu yang hasilnya lebih bagus dari harapan. Yakni, terdapat penambahan tenaga kerja 254.000 orang dan angka pengangguran turun jadi 4,1%.
Hal ini mendorong penguatan dolar dan saham AS, namun mengerek imbal hasil (yield) Surat Utang Negara Paman Sam (US Treasury) jadi 3.9%. Sebab kini pasar mulai berspekulasi suku bunga dolar hanya akan turun 0,25% pada November, atau bahkan ada potensi tidak turun sama sekali.
Beberapa sentimen itu juga turut menekan rupiah melemah jadi Rp15.700 per dolar AS dan yield acuan Surat Berharga Negara (SBN) 10 tahun naik jadi 6,75%. Tim Analis Bareksa menilai pelemahan ini biasanya menyeret pasar saham ikut melemah.
Karena itu, Tim Analis Bareksa menyarankan agar investor bisa wait and see dulu untuk kembali masuk di saham big banks hingga tekanan jual mereda dan IHSG mengindikasikan pembalikan arah (rebound). Sementara investor jangka pendek (trader) bisa mencermati saham sektor energi untuk melakukan trading buy dan memanfaatkan momentum kenaikan harga komoditas.
Beberapa saham energi yang bisa dicermati investor seperti PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC), PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG), PT Elnusa Tbk (ELSA) dan PT AKR Corporindo Tbk (AKRA). Sedangkan beberapa saham batu bara yang bisa dicermati seperti ADRO, PTBA dan PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG).
Super app investasi, Bareksa telah meluncurkan fitur Bareksa Saham bekerja sama dengan PT Ciptadana Sekuritas Asia pada Kamis (9/11/2023), di Jakarta. Fitur investasi saham ini melengkapi pilihan produk investasi di Bareksa sebelumnya, yakni reksadana, Surat Berhaga Negara hingga emas. Peluncuran fitur saham seiring target Bareksa mewujudkan misi menjadi satu aplikasi untuk semua investasi.
Dengan begitu, nasabah atau investor Bareksa bisa berinvestasi di beragam instrumen investasi dalam satu genggaman tangan di layar ponsel melalui aplikasi Bareksa. Pengguna bisa berinvestasi sesuai kebutuhan dan profil risikonya guna mencapai target keuangan atau kemerdekaan finansialnya.
(Sigma Kinasih/Christian Halim/AM)
***
Ingin berinvestasi aman di saham dan reksadana secara online yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli saham klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Beli emas, klik tautan ini
- Download aplikasi Bareksa di App Store
- Download aplikasi Bareksa di Google Playstore
- Belajar investasi, klik untuk gabung Komunitas Bareksa di Facebook. GRATIS
DISCLAIMER
Investasi saham mengandung risiko dan seluruhnya menjadi tanggung jawab pribadi. Bareksa membuat informasi ini dari materi dan sumber-sumber terpercaya, serta tidak dipengaruhi pihak manapun. Informasi ini bukan merupakan ajakan, ataupun paksaan untuk melakukan transaksi dan Bareksa tidak memberikan jaminan atas transaksi yang dilakukan.