Bareksa Insight : Prospek Saham DSNG, BBTN, CTRA dan ACES Mencorong di Semester II 2024

Abdul Malik • 05 Aug 2024

an image
Ilustrasi outlook kinerja pasar saham di semester II 2024. (Shutterstock)

Beberapa sektor emiten yang kinerjanya paling bersinar di kuartal II adalah perkebunan, infrastruktur dan kesehatan

Bareksa.com - Tim Analis Bareksa menilai beberapa sektor saham berpotensi diuntungkan dari peluang pemangkasan suku bunga acuan di semester II 2024. Beberapa sektor itu di antaranya perkebunan, keuangan, properti hingga ritel. Sebab, seiring bunga yang rendah, maka bisa mendongkrak kinerja perusahaan-perusahaan di sektor tersebut.

Beberapa saham yang berpeluang mencorong di paruh kedua tahun ini di antaranya emiten pengolahan kayu dan produsen minyak sawit mentah (CPO) PT Dharma Satya Nusantara Tbk (DSNG), BUMN perbankan PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BBTN), emiten properti Grup Ciputra yakni PT Ciputra Development Tbk (CTRA) serta emiten peritel perkakas rumah tangga dan gaya hidup PT Aspirasi Hidup Indonesia Tbk (ACES).

Menurut Tim Analis Bareksa, saham DSNG prospektif karena masih cukup stabilnya outlook harga CPO di semester II, seiring perkiraan cuaca yang kondusif dengan curah hujan yang cukup. Kondisi itu dinilai positif bagi DSNG, sehingga produksi tandan buah segar secara industri yang dihasilkan perseroan bisa tetap stabil.

Beli Saham di Sini

Kemudian untuk saham BBTN, Tim Analis Bareksa menilai bank yang berfokus di pembiayaan perumahan itu juga mencorong ditopang dari potensi penurunan suku bunga kredit, biaya dana (cost of fund) dan biaya kredit (cost of credit) dalam setahun mendatang. Tim Analis Bareksa melihat penyaluran kredit BBTN masih akan bertumbuh menyentuh level double digit, apabila pemangkasan suku bunga bisa lebih tinggi dari 1% dalam 12 bulan mendatang.

Selanjutnya saham CTRA yang merupakan pengembang rumah komersial dan bersubsidi prospeknya positif karena didorong oleh penurunan suku bunga kredit secara umum, baik untuk kepemilikan rumah tapak ataupun apartemen. Tim Analis Bareksa menilai, seiring potensi kredit modal kerja yang akan lebih murah, maka bisa mendorong pertumbuhan penjualan properti segmen komersial akan semakin bergairah dalam setahun ke depan.

Terakhir saham ACES juga berpotensi cuan, menurut Tim Analis Bareksa, karena ditopang pertumbuhan penjualan rumah di Indonesia yang akan mulai banyak melakukan serah terima pada tahun ini dan tahun depan. Selain itu produk baru yang diluncurkan ACES juga dinilai sesuai dengan tren permintaan masyarakat, sehingga penjualan perseroan bisa naik signifikan.

Beli Saham di Sini

Rekomendasi Saham di Semester II 2024

Saham

Target Harga

Harga Saat Ini

Pergerakan YTD

Potential Upside

DSNG

Rp780

Rp710

30,28%

9,85%

BBTN

Rp1.825

Rp1.320

4,35%

38,25%

CTRA

Rp1.815

Rp1.265

8,58%

43,47%

ACES

Rp1.100

Rp760

6,29%

44,74%

Sumber : Tim Analis Bareksa, last price per 2/8/2024​

Tim Analis Bareksa merekomendasikan beli saham DSNG, BBTN, CTRA hingga ACES dengan target harga di 2024 masing-masing Rp780, Rp1.1825, Rp1.815 dan Rp1.100. Dibandingkan harga penutupan Jumat (2/8), maka saham DSNG masih berpotensi naik 9,85%, saham BBTN punya potential upside 38,25%, saham CTRA berpeluang meningkat 43,47%, serta saham ACES bisa melesat 44,74%.

Untuk diketahui, sinyal pemangkasan suku bunga acuan Bank Sentral Amerika Serikat (AS) mulai september semakin menguat. Hal ini terungkap dari hasil rapat The Federal Reserve (FOMC) pada akhir Juli lalu. Sinyal yang semakin kuat itu lantaran The Fed yakin jika inflasi Negara Paman Sam sudah mengarah menuju sasaran 2%. Kebijakan bank sentral terkuat di dunia tentu akan diikuti oleh bank-bank sentral di dunia, sehingga bisa mendorong tren suku bunga rendah. 

Beli Saham di Sini

Sektor yang Moncer di Kuartal II 2024

Perlu dicatat, sebagian besar emiten yang tercatat di Bursa Efek Indonesia sudah menyampaikan kinerja keuangannya di kuartal II 2024 atau di semester I. Menurut Tim Analis Bareksa, sektor yang kinerjanya paling bersinar di kuartal II 2024 adalah perkebunan, infrastruktur dan kesehatan. Sektor perkebunan mencatat kinerja fantastis berkat kenaikan harga minyak sawit mentah (CPO) mencapai 3.900-4.000 ringgit Malaysia. Sebaliknya sektor yang terpukul di triwulan ini adalah konstruksi dan pertambangan. 

Untuk pertambangan, sesuai ekspektasi mayoritas membukukan penurunan laba karena penurunan harga komoditas industrial, kecuali emas yang harga jualnya melesat hingga 20% sepanjang tahun ini. Kemudian kinerja sektor lainnya tercatat beragam, ada yang terus bertumbuh namun juga ada kontraksi seperti  keuangan, otomotif, barang konsumsi dan ritel. 

Penurunan kinerja umumnya disebabkan oleh daya beli masyarakat yang lemah hingga persaingan yang ketat. Meski begitu, dari sisi infrastruktur, Tim Analis Bareksa lebih menyukai sektor telekomunikasi seiring profitatablitasnya berpeluang semakin membaik, karena sudah meredanya perang tarif antar provider dan meningkatnya pendapatan rata-rata per pelanggan (average revenue per user/ARPU). Selain itu aksi korporasi yang dilakukan juga meningkatkan pendapatan perusahaan lebih baik lagi kedepannya. 

Di sektor keuangan, menurut Tim Analis Bareksa, masih tertekan akibat kenaikan rasio kredit bermasalah (NPL) karena penghentian kebijakan restrukturisasi Covid-19. Meski begitu, adanya wacana perpanjangan restrukturisasi untuk program kredit usaha rakyat (KUR) jadi angin segar bagi sektor ini. Khusus untuk bank-bank yang banyak menyalurkan kredit ke segmen UMKM mengalami tekanan pasca program restrukturisasi kredit akibat pandemi Covid-19 berakhir pada kuartal I 2024.

Beli Saham di Sini

Sektor barang konsumsi masih tertekan di kuartal II 2024 akibat kenaikan biaya bahan baku yang mayoritas impor seiring kenaikan nilai tukar dolar Amerika Serikat, sehingga menekan margin laba perusahaan. Selain itu melemahnya uang beredar di masyarakat setahun terakhir turut berkontribusi terhadap melemahnya penjualan semester I tahun ini. 

Di sektor ritel, emitem yang paling terkena dampak ialah PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAPI) dan PT MAP Aktif Adiperkasa Tbk (MAPA), karena mereka memegang lisensi brand yang terimbas aksi boikot akibat perang Israel - Hamas, sehingga menekan kinerja keuangan di semester I 2024. 

Kinerja Emiten di Kuartal II 2024

Keuangan

Emiten

Laba Q2 YOY

BBCA

11%

BBRI

-1%

BBTN

-5%

BFIN

-4%

BMRI

9%

Otomotif

ASII

-4%

AUTO

46%

DRMA

-20%

GJTL

155%

SMSM

11%

Konstruksi

ADHI

-45%

PTPP

-16%

INTP

-40%

SMGR

-90%

Properti

CTRA

49%

PWON

2%

Teknologi

MTDL

2%

Infrastuktur

ISAT

47%

JSMR

170%

MTEL

4%

TLKM

-10%

TBIG

7%

Barang Konsumsi

CLEO

64%

CMRY

28%

GGRM

-75%

HMSP

-33%

ICBP

-33%

INDF

-18%

MYOR

23%

SIDO

47%

ULTJ

37%

UNVR

-25%

Ritel

ACES

12%

ERAA

20%

MAPA

-22%

MAPI

-24%

Kesehatan

KLBF

26%

MIKA

40%

SILO

18%

Perkebunan

AALI

89%

DSNG

88%

LSIP

503%

TAPG

240%

Pertambangan

AKRA

-4%

ANTM

479%

BRMS

74%

BUMI

-2%

HRUM

-39%

INCO

-13%

MEDC

56%

PTBA

-23%

UNTR

-15%

Peternakan

CPIN

-7%

JPFA

145%

Transportasi

ASSA

223%

BIRD

8%

SMDR

-43%

Sumber : BEI, diolah Tim Analis Bareksa

Mempertimbangkan catatan kinerja emiten di kuartal II 2024 dan beberapa saham yang prospektif di semester II, kamu jangan sampai terlambat memanfaatkan momentum ya. Segera borong saham idamanmu sesuai target keuangan dan profil risiko, melalui fitur Bareksa Saham di super app investasi Bareksa.

Beli Saham di Sini

(Christian Halim/Ariyanto Dipo Sucahyo/AM)

***

Ingin berinvestasi aman di saham dan reksadana secara online yang diawasi OJK?

- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli saham klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Beli emas, klik tautan ini
- Download aplikasi Bareksa di App Store​
- Download aplikasi Bareksa di Google Playstore
- Belajar investasi, klik untuk gabung Komunitas Bareksa di Facebook. GRATIS

DISCLAIMER​​​​​

Investasi saham mengandung risiko dan seluruhnya menjadi tanggung jawab pribadi. Bareksa membuat informasi ini dari materi dan sumber-sumber terpercaya, serta tidak dipengaruhi pihak manapun. Informasi ini bukan merupakan ajakan, ataupun paksaan untuk melakukan transaksi dan Bareksa tidak memberikan jaminan atas transaksi yang dilakukan.