Bareksa.com - Nilai tukar (kurs) Rupiah terus merosot terhadap Dolar Amerika Serikat (AS). Mata Uang Garuda merana bahkan menyentuh di atas Rp15.900 per Dolar AS, level terlemah dalam 4 tahun terakhir, kemarin. Pagi ini, Rabu (3/4/2024), Rupiah di pasar spot Rp15.915 per dolar AS pada pukul 11.15 WIB. Bahkan, kurs Jisdor di level Rp15.934 per 2 April.
Menurut Tim Analis Bareksa, pelemahan Rupiah akibat pelaku pasar kini mulai ragu dengan peluang Bank Sentral Amerika Serikat memangkas suku bunga acuannya pada Juni 2024. Prediksi pemangkasan pun menyusut, dari sebelumnya 3 kali menjadi hanya 2 kali pemangkasan tahun ini. Hal ini menyusul positifnya rilis data-data ekonomi Negara Paman Sam baru-baru ini. Kondisi ini mengerek Dolar AS dan menekan Rupiah.
S&P Global melaporkan ISM Manufacturing AS melesat ke 50,3 pada Maret, naik dari Februari 47,8. Ini mengindikasikan industri manufaktur AS untuk pertama kalinya masuk ke zona ekspansif dalam 16 bulan terakhir. Kemudian inflasi pengeluaran pribadi (PCE) warga AS pada Februari 2024 naik lebih kencang menjadi 2,5%, dari Januari yang naik 2,4%. Biro Statistik Tenaga Kerja AS (BLS) juga melaporkan jumlah lowongan pekerjaan pada hari kerja terakhir Februari mencapai 8,75 juta, di atas ekspektasi pasar 8,74 juta.
Pasar menilai positifnya data-data ekonomi Negara Adidaya bisa membuat inflasi AS kian membandel sehingga sulit untuk turun menuju target 2%. Hal ini bisa memaksa The Fed menunda penurunan suku bunga acuannya. Menurut perangkat CME FedWatch, investor kini melihat peluang The Fed memangkas suku bunga pada Juni hanya 56,3%, turun dari ekspektasi pekan lalu di 63%. Hal ini mengakibatkan dana asing pulang kampung alias mudik dari pasar negara berkembang termasuk Indonesia.
Tercatat net sell asing dari IHSG pada Selasa (2/4) mencapai Rp1,17 triliun, setelah pada Senin (1/4) asing net sell Rp1,5 triliun. Sepekan terakhir hingga Selasa, asing net sell saham RI Rp4,96 triliun. Kondisi itu mengakibatkan catatan net buy asing di pasar saham sepanjang 2024 hingga Selasa, tergerus tinggal Rp22,99 triliun, dari per 27 Maret yang masih net buy Rp28,9 triliun. Adapun di pasar Surat Berharga Negara (SBN), sepanjang 2024 hingga 27 Maret, investor non residen (asing) jual neto Rp33,31 triliun.
Tim Analis Bareksa menilai saham-saham yang bisa dicermati investor di antaranya PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) dan PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG). Sebab kedua saham ini tidak hanya berpotensi diuntungkan dari melemahnya Rupiah tetapi juga diuntungkan dari kenaikan harga minyak yang sudah menembus level tertinggi di 2024 yakni $85 per barel pada Selasa (2/4).
MEDC menjadi salah satu saham yang direkomendasi beli oleh PT Ciptadana Sekuritas dengan target harga (TP) 2024 di Rp2.100. Pada Rabu sesi I (3/4), saham MEDC di level Rp1.560. Dengan begitu, saham MEDC masih punya potensi kenaikan 34,6%.
Adapun ENRG tidak termasuk dalam daftar saham yang diliput oleh Ciptadana Sekuritas.
(Christian Halim/AM)
***
Ingin berinvestasi aman di saham dan reksadana secara online yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli saham klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Beli emas, klik tautan ini
- Download aplikasi Bareksa di App Store
- Download aplikasi Bareksa di Google Playstore
- Belajar investasi, klik untuk gabung Komunitas Bareksa di Facebook. GRATIS
DISCLAIMER
Investasi saham mengandung risiko dan seluruhnya menjadi tanggung jawab pribadi. Bareksa membuat informasi ini dari materi dan sumber-sumber terpercaya, serta tidak dipengaruhi pihak manapun. Informasi ini bukan merupakan ajakan, ataupun paksaan untuk melakukan transaksi dan Bareksa tidak memberikan jaminan atas transaksi yang dilakukan.