Penguatan Stabilisasi Rupiah, BI Pertahankan Bunga Acuan 6% di Awal 2024

Abdul Malik • 17 Jan 2024

an image
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengumumkan hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI dihadapan wartawan di gedung BI, Jakarta, Kamis (18/7/2019). (ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/hp)

BI memperkirakan Fed Rate mungkin akan mulai turun pada semester II 2024

Bareksa.com - Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 16-17 Januari 2024 memutuskan untuk mempertahankan BI-Rate di level 6%, suku bunga Deposit Facility 5,25% dan suku bunga Lending Facility 6,75%. Gubernur BI, Perry Warjiyo menyatakan keputusan mempertahankan BI Rate tetap konsisten dengan fokus kebijakan moneter yang pro-stability. “Yaitu untuk penguatan stabilisasi nilai tukar rupiah serta langkah pre-emptive dan forward looking untuk memastikan inflasi tetap terkendali dalam sasaran 2,5±1% pada 2024,” ujar Perry dalam pengumuman hasil RDG secara virtual di Jakrta (17/1). 

BI Rate di level 6% bertahan sejak Oktober 2023 atau dalam 4 bulan terakhir. Menurut Perry, kebijakan makroprudensial dan sistem pembayaran tetap pro-growth untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Kebijakan makroprudensial longgar terus ditempuh BI untuk mendorong kredit atau pembiayaan perbankan kepada dunia usaha dan rumah tangga. 

“Akselerasi digitalisasi sistem pembayaran, termasuk digitalisasi transaksi keuangan pemerintah pusat dan daerah juga terus didorong untuk meningkatkan volume transaksi dan memperluas inklusi ekonomi-keuangan digital,” dia menjelaskan. Perry mengungkapkan BI terus memperkuat bauran kebijakan moneter, makroprudensial, dan sistem pembayaran untuk menjaga stabilitas dan mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. 

Investasi Saham di Sini

Nilai Tukar Rupiah

Perry menyatakan stabilitas nilai tukar rupiah terjaga sejalan dengan konsistensi kebijakan moneter yang ditempuh BI. Nilai tukar rupiah hingga 16 Januari 2024 relatif stabil, hanya melemah 1,24% dari akhir Desember 2023, dengan kebijakan stabilisasi BI dan kembali masuknya aliran portofolio asing, sejalan dengan tetap menariknya imbal hasil aset keuangan domestik dan tetap positifnya prospek ekonomi Indonesia. 

“Perkembangan nilai tukar rupiah relatif lebih baik dibandingkan dengan mata uang regional lainnya, seperti ringgit Malaysia, baht Thailand, dan won Korea Selatan yang masing-masing tercatat melemah 1,95%, 2,82% dan 3,24%,” dia mengungkapkan. 

Ke depan, kata Perry, nilai tukar rupiah akan tetap stabil dengan kecenderungan menguat didukung oleh meredanya ketidakpastian global, potensi penurunan yield obligasi negara maju, dan menurunnya tekanan penguatan dolar AS. BI juga akan mengoptimalisasi instrumen SRBI, SVBI, dan SUVBI dalam rangka menarik aliran masuk portofolio asing dan pendalaman pasar uang. 

“Koordinasi erat BI dengan pemerintah, perbankan dan dunia usaha terus diperkuat untuk mendukung implementasi instrumen penempatan valas Devisa Hasil Ekspor Sumber Daya Alam (DHE SDA) sejalan dengan PP Nomor 36 Tahun 2023,” dia menjelaskan. 

Investasi Saham di Sini

Pemangkasan Fed Rate

Menurut Perry, keputusan untuk tetap mempertahankan BI Rate saat ini juga didukung semakin pastinya arah kebijakan suku bunga negara maju, utamanya Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau Fed Funds Rate. Hasil analisis BI memperkirakan kemungkinan Fed Rate akan mulai turun pada Semester II 2024. “Yang semula Kami perkirakan dua kali pemangkasan, namun kini Kami perkirakan 3 kali pemangkasan dengan total 75 basis poin (0,75%), “ ungkapnya. 

Perry menyatakan analisis BI didasarkan pada asesmen ekonomi AS, mulai soal kondisi tenaga kerja hingga inflasi inti, serta pernyataan-pernyataan resmi dari hasil rapat The Fed (FOMC). Meski begitu, BI juga melihat bahwa pasar mengantisipasi Fed Rate bisa turun lebih cepat, yakni di penghujung kuartal II dengan tingkat penurunan lebih tinggi. “Ada yang memperkirakan bisa 4 kali pemangkasan atau totalnya 1%, bahkan lebih tinggi,” ujarnya. 

Namun Perry menegaskan, skenario yang disiapkan BI lebih didasarkan pada kondisi ekonomi, pasar tenaga kerja dan angka inflasi inti AS. Dengan prediksi itu, saat ini penguatan nilai tukar dolar AS terhadap rupiah mulai mereda, bahkan ada kecenderungan dolar AS melemah. Karena masih ada ketidakpastian soal kapan pemangkasan suku bunga mulai dilakukan, sehingga membuat pasar saat ini masih bergejolak. 

Perry memperkirakan meskipun dalam jangka pendek kurs rupiah masih fluktuatif, namun trennya akan menguat. Dia memastikan BI akan tetap menjaga stabilitas rupiah dalam jangka pendek, namun optimistis rupiah trennya akan menguat. “Sebab dari sisi fundamental, semua mendukung penguatan rupiah. Yang belum itu memang dari sisi global yang belum mereda, namun ke depan akan semakin mereda dan rupiah juga didukung oleh semakin besarnya inflow masuk,” dia memaparkan. 

Investasi Saham di Sini

(AM)

***

Ingin berinvestasi aman di saham dan reksadana secara online yang diawasi OJK?

- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli saham klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Beli emas, klik tautan ini
- Download aplikasi Bareksa di App Store​
- Download aplikasi Bareksa di Google Playstore
- Belajar investasi, klik untuk gabung Komunitas Bareksa di Facebook. GRATIS

DISCLAIMER​​​​​

Investasi saham mengandung risiko dan seluruhnya menjadi tanggung jawab pribadi. Bareksa membuat informasi ini dari materi dan sumber-sumber terpercaya, serta tidak dipengaruhi pihak manapun. Informasi ini bukan merupakan ajakan, ataupun paksaan untuk melakukan transaksi dan Bareksa tidak memberikan jaminan atas transaksi yang dilakukan.