Bareksa.com - Menteri Keuangan (Menkeu), Sri Mulyani mengatakan perekonomian Indonesia harus tumbuh di kisaran 6% hingga 7%, untuk dapat mencapai target negara berpendapatan tinggi (high income country) atau negara maju pada 2045.
Adapun saat ini perekonomian Indonesia cenderung tumbuh di kisaran 5%. Untuk itu, diperlukan pelaksanaan reformasi struktural karena dapat meningkatkan daya saing Indonesia di tingkat dunia.
"Reformasi struktural memang perlu kerja keras. Peningkatan pertumbuhan sebesar 1% hingga 2% benar-benar memerlukan reformasi struktural," kata Sri Mulyani dalam Public Lecture Indonesia Project and The Australian National University (ANU) di Canberra, Australia, seperti dikutip dari keterangan resmi di Jakarta, Rabu (13/12/2023).
Menteri Keuangan melanjutkan banyak tantangan yang harus dihadapi untuk mencapai target tersebut, mulai dari terjadinya krisis keuangan global, inflasi tinggi, geopolitik, hingga perubahan iklim.
Maka dari itu, ia mengatakan untuk mencapai pertumbuhan 6% hingga 7% diperlukan pula kombinasi kebijakan fiskal, sehingga tidak boleh hanya berasal dari sumber daya pemerintah. Indonesia tidak bisa memiliki pertumbuhan yang tinggi tetapi dengan defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang juga tinggi.
"Ini tidak akan berkelanjutan. Mungkin baik-baik saja dalam jangka pendek, namun tidak baik dalam jangka menengah," ucap dia.
Prediksi Bank Dunia
Sementara itu dalam laporan Prospek Ekonomi Indonesia terbaru dan yang diterbitkan setiap enam bulan sekali, Bank Dunia menyebutkan pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia diperkirakan akan sedikit menurun ke rata-rata 4,9% pada tahun 2024-2026 dari 5% pada tahun ini, akibat mulai melemahnya lonjakan harga komoditas.
Menurut Bank Dunia, pendorong utama pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun depan adalah konsumsi swasta. Namun demikian, investasi bisnis maupun belanja publik juga diperkirakan akan meningkat sebagai dampak dari reformasi dan proyek-proyek baru pemerintah.
Bank Dunia menyampaikan prospek ekonomi secara keseluruhan menghadapi berbagai risiko negatif, terutama yang dapat berasal dari luar Indonesia suku bunga yang lebih tinggi untuk periode yang lebih panjang di negara-negara besar dapat membebani permintaan global, meningkatkan biaya pinjaman, dan mempersulit peminjaman di pasar dunia. Ketidakpastian geopolitik global dapat mengganggu rantai nilai pasokan.
"Indonesia memiliki rekam jejak dalam mengatasi guncangan dan menjaga stabilitas ekonomi," kata Direktur Bank Dunia untuk Indonesia dan Timor-Leste Satu Kahkonen.
Lebih lanjut ia menyampaikan bahwa tantangan bagi Indonesia adalah memanfaatkan fundamental ekonomi yang sudah kuat untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang lebih cepat, lebih hijau, dan lebih inklusif. Untuk dapat mewujudkannya, adalah penting untuk terus menjalankan reformasi yang menghilangkan berbagai hambatan yang membatasi pertumbuhan efisiensi, daya saing, dan produktivitas.
"Hal ini akan memungkinkan Indonesia untuk mempercepat pertumbuhan, menciptakan lapangan kerja yang lebih banyak dan lebih baik, serta mencapai visinya menjadi negara berpenghasilan tinggi pada tahun 2045," kata Kahkonen melanjutkan.
(IQPlus/34729943/mp)
***
Ingin berinvestasi aman di emas dan reksadana secara online yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Beli emas, klik tautan ini
- Download aplikasi reksadana Bareksa di App Store
- Download aplikasi reksadana Bareksa di Google Playstore
- Belajar reksadana, klik untuk gabung Komunitas Bareksa di Facebook. GRATIS
DISCLAIMER
Kinerja masa lalu tidak mencerminkan kinerja di masa mendatang. Investasi reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.