Bareksa.com - Memasuki tahun 2025, gejolak pasar modal Tanah Air masih berlangsung setelah sepanjang tahun 2024 kinerjanya kurang menggembirakan. Sepanjang 2024, Indeks Harga Sagam Gabungan (IHSG) ditutup minus 2,65% jadi 7.079,91. Sepanjang 12 bulan tahun lalu, secara bulanan IHSG minus 7 kali, yakni pada Januari, Maret, April, Mei, September, November dan Desember. Ketidakpastian ekonomi dan politik global jadi penyebab gejolak pasar sepanjang 2024.
Mengawali Januari 2025, gejolak pasar masih berlangsung sehingga menekan IHSG terhempas di bawah level 7.000 pada penutupan perdagangan Selasa (14/11) jadi 6.956. Dibandingkan penutupan 2024, IHSG turun 1,7%. Sentimen yang membayangi pasar modal global, termasuk IHSG di antaranya pasar mulai berspekulasi Bank Sentral Amerika Serikat (AS) The Fed bisa memperlambat laju penurunan suku bunga acuan, bahkan sebagian analis memprediksi tidak ada penurunan Fed Rate pada 2025.
Padahal sebelumnya, pasar mengharapkan pemotongan suku bunga 4 kali, yang kemudian ekspektasi itu turun jadi hanya 2 kali pemangkasan. Hal ini seiring jelang pelantikan Donald Trump yang akan kembali jadi Presiden AS mulai 20 Januari 2025, yang berencana menerapkan kebijakan tarif baru yang bisa memicu perang dagang global. Kondisi itu bisa mengerek laju inflasi global, sehingga The Fed sulit menurunkan suku bunga dari level saat ini 4,25-4,5%. Sepanjang 2024, The Fed memotong suku bunga 1%.
Sumber : Otoritas Jasa Keuangan
Di tengah gejolak pasar sepanjang 2024, namun kinerja beberapa reksadana masih cukup ciamik. Daftar reksadana terbaik di Bareksa Barometer mencatat reksadana pendapatan tetap dan reksadana pasar uang meraih keuntungan cukup menarik. Ini karena dua jenis reksadana ini memiliki portofolio investasi di obligasi dan instrumen pasar uang, yang cenderung lebih stabil dan rendah risiko dari dampak gejolak pasar, ketimbang instrumen saham.
Top 5 reksadana pendapatan tetap terbaik pada Desember 2024 mencatat cuan di atas 7% setahun. Bahkan reksadana Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A yang berada di peringkat 1 reksadana pendapatan tetap terbaik mencatat cuan 8% setahun. Sebanyak 4 dari top 5 reksadana pendapatan tetap terbaik meraih nilai Barometer Point 5 dan hanya 1 reksadana skornya 4,5. Hal itu menunjukkan reksadana pendapatan tetap terbaik ini cukup tahan banting dari dampak gejolak pasar modal.
Nama Reksadana | Manajer Investasi | Dana Kelolaam November 2024 | Nilai Barometer Point | Imbal Hasil 1 Tahun |
---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | PT Trimegah Asset Management | Rp1,13 triliun | 5 | 8% |
Kisi Fixed Income Fund Plus | PT KISI Asset Management | Rp543,31 miliar | 5 | 0,62%* |
STAR Stable Amanah Sukuk | PT Surya Timur Alam Raya Asset Management | Rp381,09 miliar | 5 | 7,83% |
Capital Fixed Income Fund | PT Capital Asset Management | Rp2 triliun | 5 | 7,39% |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | PT Trimegah Asset Management | Rp17,97 miliar | 4,5 | 7,33% |
Sumber : Tim Analis Bareksa, data per 14/1/2024, *kinerja sebulan terakhir
Beli Trimegah Dana Tetap Syariah di Sini
Beli Kisi Fixed Income Fund Plus di Sini
Beli STAR Stable Amanah Sukuk di Sini
Beli Capital Fixed Income di Sini
Beli Trimegah Dana Obligasi Nusantara di Sini
Kinerja top 5 reksadana pasar uang terbaik pada Desember 2024 di Bareksa Barometer juga cukup menarik. Semua produk reksadana berhasil mencatatkan cuan di atas 5% setahun, dengan return tertinggi dicatatkan Capital Money Market Fund 5,99% setahun yang juga berada di peringkat 1. Dua dari 5 reksadana membukukan skor Barometer Point 4,5 dan 3 lainnya skornya 4.
Nama Reksadana | Manajer Investasi | Dana Kelolaan November 2024 | Nilai Barometer Point | Imbal Hasil 1 Tahun |
---|---|---|---|---|
Capital Money Market Fund | PT Capital Asset Management | Rp809,89 miliar | 4,5 | 5,99% |
Shinhan Money Market Fund | PT Shinhan Asset Management Indonesia | Rp346,22 miliar | 4,5 | 5,79% |
Insight Money Syariah | PT Insight Investments Management | Rp134,62 miliar | 4 | 5,92% |
Capital Sharia Money Market | PT Capital Asset Management | Rp46,4 miliar | 4 | 5,48% |
STAR Sharia Money Market | PT Surya Timur Alam Raya Asset Management | Rp49,34 miliar | 4 | 5,49% |
Sumber : Tim Analis Bareksa, data per 14/1/2024
Beli Capital Money Market Fund di Sini
Untuk kinerja reksadana yang sebagian portofolionya di saham yakni reksadana campuran terbaik, kinerjanya terbilang cukup menarik. Sebab 4 dari 5 reksadana campuran terbaik di Bareksa Barometer pada Desember 2024 berhasil mencatatkan keuntungan 3,8-6,7% setahun terakhir. Tercatat 1 reksadana membukukan nilai Barometer Point 4,5 dan 4 reksadana lainnya skornya 4.
Nama Reksadana | Manajer Investasi | Dana Kelolaan November 2024 | Nilai Barometer Point | Imbal Hasil 1 Tahun |
---|---|---|---|---|
Sucorinvest Sharia Balanced Fund | PT Sucorinvest Asset Management | Rp1,06 triliun | 4,5 | 6,7% |
Syailendra Balanced Opportunity Fund Kelas A | PT Syailendra Capital | Rp72,77 miliar | 4 | 4,49% |
Schroder Syariah Balanced Fund | PT Schroder Investment Management Indonesia | Rp70,41 miliar | 4 | 4,11%* |
Shinhan Balance Fund | PT Shinhan Asset Management Indonesia | Rp52,2 miliar | 4 | 4,83% |
Setiabudi Dana Campuran | PT Setiabudi Investment Management | Rp84,79 miliar | 3,5 | 3,89% |
Sumber : Tim Analis Bareksa, data per 14/1/2024, *kinerja 3 tahun terakhir
Untuk reksadana berbasis saham, yakni reksadana saham terbaik di Bareksa Barometer Desember 2024 mayoritas mencatat kinerja negatif setahun terakhir. Hal ini seiring kinerja IHSG dan saham-saham dalam portofolionya yang juga tertekan. Meski begitu, Sucorinvest Sustainibility Equity Fund berhasil mencatat cuan 5,72% setahun terakhir, di saat produk reksadana saham lainnya negatif. Berdasarkan penilaian Bareksa Barometer, 4 dari top 5 reksadana saham terbaik mencatat Barometer Point 5 dan hanya 1 reksadana nilainya 4.
Nama Reksadana | Manajer Investasi | Dana Kelolaan November 2024 | Nilai Barometer Point | Imbal Hasil 1 Tahun |
---|---|---|---|---|
Syailendra Equity Platinum Fund Kelas B | PT Syailendra Capital | Rp57,62 miliar | 5 | - |
Sucorinvest Sustainability Equity Fund | PT Sucorinvest Asset Management | Rp30,01 miliar | 5 | 5,72% |
Syailendra Equity Opportunity Fund Kelas A | PT Syailendra Capital | Rp159,84 miliar | 5 | -1,95% |
TRIM Kapital Plus | PT Trimegah Asset Management | Rp407,82 miliar | 5 | -0,94% |
Sucorinvest Maxi Fund | PT Sucorinvest Asset Management | Rp127,29 miliar | 4 | 3,06% |
Sumber : Tim Analis Bareksa, data per 14/1/2024
Beli TRIM Kapital Plus di Sini
Senada reksadana indeks terbaik juga semuanya mencatat kinerja negatif setahun terakhir mengikuti kinerja indeks acuannya. Top 5 reksadana indeks terbaik Bareksa Barometer Desember 2024 meraih skor Barometer Point 3 dan return minus 6,5 hingga 20% setahun terakhir.
Bagi investor dengan profil risiko agresif, tekanan pasar saat ini justru bisa jadi kesempatan untuk beli atau investasi di harga murah, untuk tujuan investasi jangka panjang. Sebab seiring tekanan pasar, saat ini IHSG dinilai sudah murah dan valuasi sebagian besar aham-saham dalam portofolio reksadana indeks juga dinilai sudah cukup rendah.
Nama Reksadana | Manajer Investasi | Dana Kelolaan November 2024 | Nilai Barometer Point | Imbal Hasil 1 Tahun |
---|---|---|---|---|
Mandiri Indeks FTSE Indonesia ESG Kelas A | PT Mandiri Manajemen Investasi | Rp121,75 miliar | 3 | -13,66% |
BRI Indeks Syariah | PT BRI Manajemen Investasi | Rp31,54 miliar | 3 | -6,53% |
AVRIST IDX30 | PT Avrist Asset Management | Rp133,48 miliar | 3 | -14,41% |
Syailendra MSCI Indonesia Value Index Fund Kelas A | PT Syailendra Capital | Rp1,04 triliun | 3 | -20,64% |
BNP Paribas IDX Growth30 | PT BNP Paribas Asset Management | Rp412,31 miliar | 3 | -14,69% |
Sumber : Tim Analis Bareksa, data per 14/1/2024
Beli Syailendra MSCI Indonesia Value Index di Sini
Beli BNP Paribas IDX Growth30 di Sini
Bareksa Barometer yang biasa dijadikan acuan oleh investor dalam berinvestasi reksadana jadi makin paten, seiring pembaruan metodologinya. Dengan inovasi ini, investor jadi punya panduan lebih mantap guna mencapai target investasinya dalam meraih cuan. Menurut Tim Analis Bareksa, inovasi terbaru Bareksa Barometer ialah dari sisi penilaian kinerja reksadana berdasarkan jangka waktunya.
Jika sebelumnya jangka waktu yang dinilai hanya 4 periode yakni 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan dan 1 tahun dengan bobot masing-masing 25%, kini ditambah menjadi 5 periode yakni 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan, 9 bulan dan 1 tahun dengan bobot penilaian masing-masing 20%. Metode baru ini semakin meningkatkan kualitas penilaian Bareksa Barometer. Karena itu penilaian atas kinerja suatu produk reksadana jadi semakin maksimal dan handal.
Periode | 1 tahun | 9 bulan | 6 bulan | 3 bulan | 1 bulan |
---|---|---|---|---|---|
Bobot | 20% | 20% | 20% | 20% | 20% |
Sumber : Tim Analis Bareksa
Selain itu, dari sisi benchmark atau acuan atas kinerja produk reksadana, Bareksa Barometer kini hanya mengacu pada kinerja 8 Indeks Reksadana Bareksa. Sebelumnya, penilaian juga menyertakan indeks LQ45 untuk reksadana konvensional dan Jakarta Islamic Index (JII) untuk reksadana syariah.
Ini karena Bareksa Fund Index mengukur kinerja rata-rata seluruh produk reksadana yang ada di Indonesia dari per jenis reksadana, yakni reksadana saham, campuran, pendapatan tetap dan pasar uang.
Kini penilaian kinerja suatu produk reksadana saham konvensional akan mengacu pada Indeks Reksadana Saham Bareksa dan reksadana saham syariah akan dibandingkan dengan Indeks Reksadana Saham Syariah Bareksa.
Demikian juga penilaian kinerja produk reksadana pendapatan tetap konvensional akan mengacu pada Indeks Reksadana Pendapatan Tetap Bareksa dan reksadana pendapatan tetap syariah mengacu pada Indeks Reksadana Pendapatan Tetap Syariah Bareksa.
Sebelumnya, inovasi juga telah dilakukan Bareksa Barometer. Yakni Tim Analis Bareksa memaksimalkan penilaian Bareksa Barometer dari sisi momentum pergerakan pasar. Model ini dipilih karena Tim Analis Bareksa mempertimbangkan beberapa peristiwa penting yang sangat berdampak ke pasar modal.
Di antaranya beberapa kasus di industri pasar modal, pandemi Covid-19, hingga ancaman resesi global akibat kenaikan agresif suku bunga acuan Bank Sentral Amerika Serikat (AS). Akibat beberapa peristiwa itu, pergerakan pasar saham dan obligasi menjadi sangat fluktuatif dan bergejolak, sehingga membuat investor ragu untuk berinvestasi ke aset yang lebih berisiko atau produk selain reksadana pasar uang.
Padahal, dengan strategi dan momentum yang tepat, dinamika pasar itu justru bisa dimanfaatkan untuk meraih cuan optimal. Karena itulah, Tim Analis Bareksa menyesuaikan model penilaian Bareksa Barometer guna menangkap peluang tersebut.
Meski begitu, penilaian dari sisi tata kelola yang baik (GCG) tidak mengalami perubahan dalam metode penilaian Bareksa Barometer.
(Romainah/Ariyanto Dipo Sucahyo/Sigma Kinasih/Christian Halim/AM)
***
Ingin berinvestasi aman di emas dan reksadana secara online yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Beli emas, klik tautan ini
- Download aplikasi reksadana Bareksa di App Store
- Download aplikasi reksadana Bareksa di Google Playstore
- Belajar reksadana, klik untuk gabung Komunitas Bareksa di Facebook. GRATIS
DISCLAIMER
Kinerja masa lalu tidak mencerminkan kinerja di masa mendatang. Investasi reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.