Bareksa.com - Pasar obligasi Tanah Air dalam sepekan terakhir melemah tertekan keluarnya dana asing yang beralih ke pasar saham China. Meski begitu, kinerja reksadana pendapatan tetap terbaik di Bareksa Barometer masih ciamik. Cuan reksadana obligasi itu bahkan hingga mencapai 7,8% setahun terakhir.
Menurut Tim Analis Bareksa, pelemahan pasar obligasi mengakibatkan rupiah tertekan dan imbal hasil (yield) Obligasi Negara acuan naik ke level 6,8% dari level terendah tahun ini 6,4%. Tercatat foreign outflow dari pasar Surat Berharga Negara (SBN) di pekan pertama Oktober mencapai Rp11,4 triliun (27 September – 4 Oktober 2024).
Hal ini turut menyebabkan penurunan kinerja sejumlah reksadana berbasis SBN dalam sepekan, terutama yang mayoritas portofolio di Obligasi Negara tenor panjang karena lebih sensitif terhadap pergerakan yield.
Meski begitu, Tim Analis Bareksa menyarankan agar investor tidak perlu khawatir. Sebab penurunan tersebut justru bisa dimanfaatkan untuk melakukan akumulasi bertahap di reksadana berbasis SBN di harga rendah, serta tetap berinvestasi di reksadana berbasis obligasi korporasi sebagai alokasi utama portofolio. Hal ini mengingat pemangkasan suku bunga acuan Amerika Serikat (AS) dan Indonesia diproyeksikan masih akan berlanjut hingga tahun 2025.
Top 5 Barometer Reksadana Pendapatan Tetap Bareksa
Sumber: Tim Analis Bareksa, kinerja per 7 Oktober 2024
Dalam daftar penghuni Top 5 Bareksa Barometer, tiga reksadana pendapatan tetap di antaranya punya portofolio mayoritas di obligasi Korporasi yakni Trimegah Dana Tetap Syariah (TDTS), I-Hajj Syariah Fund dan Trimegah Dana Obligasi Nusantara (TDON). Meskipun TDTS dan TDON juga punya porsi investasi di SBN, namun alokasinya tidak lebih dari 10%. Sedangkan portofolio I-Hajj Syariah Fund murni di obligasi korporasi dan pasar uang.
Tercatat reksadana pendapatan tetap Trimegah Dana Tetap Syariah berhasil mencatatkan imbal hasil 7,86% setahun terakhir. Kemudian I-Hajj Syariah Fund dan Trimegah Dana Obligasi Nusantara masing-masing cuan 6,93% dan 6,61%.
Sementara portofolio investasi Bahana Obligasi Ganesha Kelas G di Obligasi Negara mencapai 30%, sedangkan Allianz Fixed Income Fund 2 hampir 100% dialokasikan di SBN. Sepekan terakhir, Bahana Obligasi Ganesha mencatat kenaikan 0,24%. Adapun Allianz Fixed Income melemah 1,31% dalam sepekan, tapi dalam 3 bulan terakhir reksadana tersebut naik 3,1%.
Tim Analis Bareksa menilai, jika Bank Sentral AS kembali memangkas suku bunga pada rapat November yang kemudian diikuti Bank Indonesia, maka hal ini bisa jadi sentimen positif bagi reksadana obligasi.
Artinya, investor yang masih memiliki reksadana berbasis SBN di portofolionya, bisa melakukan strategi investasi hold dan akumulasi bertahap, jika yield SBN acuan berada di atas 6,7-6,8%. Investor juga bisa tetap menjadikan reksadana berbasis obligasi korporasi sebagai aset dengan porsi terbesar dalam portofolio, serta penyeimbang kinerja untuk tujuan investasi hingga jangka menengah (di atas 1 tahun).
Beli Trimegah Dana Tetap Syariah di Sini
Beli I-Hajj Syariah Fund di Sini
Beli Trimegah Dana Obligasi Nusantara di Sini
Beli Allianz Fixed Income Fund 2 di Sini
(Sigma Kinasih/Christian Halim/AM)
***
Ingin berinvestasi aman di emas dan reksadana secara online yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Beli emas, klik tautan ini
- Download aplikasi reksadana Bareksa di App Store
- Download aplikasi reksadana Bareksa di Google Playstore
- Belajar reksadana, klik untuk gabung Komunitas Bareksa di Facebook. GRATIS
DISCLAIMER
Kinerja masa lalu tidak mencerminkan kinerja di masa mendatang. Investasi reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.