Bareksa.com - Pasar saham Tanah Air sumringah dalam 3 bulan terakhir. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melesat 10,43% dari 6.947 pada 5 Juni menjadi 7.672 pada 4 September 2024. IHSG bahkan mencatat beberapa kali rekor tertinggi sepanjang masa (all time high) dan sempat menembus di atas level psikologis 7.700. Moncernya kinerja IHSG ditopang optimisme pelaku pasar atas prospek pemangkasan suku bunga acuan Bank Sentral Amerika Serikat (AS) dalam rapat (FOMC) pada 17-18 September mendatang.
Seiring sumringahnya IHSG, kinerja reksadana terbaik dalam daftar top 5 Bareksa Barometer periode September 2024, dengan priode penilaian Agustus ikut moncer. Produk reksadana indeks terbaik di Bareksa Barometer bahkan mencatatkan imbal hasil hingga 12% dalam 3 bulan, atau jauh melampaui kinerja IHSG. Kinerja mencorong itu karena reksadana indeks itu memiliki portofolio investasi mayoritas di saham-saham perbankan yang juga melesat beberapa waktu terakhir.
Tidak berbeda, reksadana berbasis saham lainnya yakni reksadana saham dan reksadana campuran juga mencatat kinerja moncer dalam periode 3 bulan terakhir. Kinerja reksadana saham dalam Top 5 Bareksa Barometer per September membukukan cuan hingga 9,8% dan reksadana campuran terbaik dalam daftar Top 5 Bareksa Barometer mencatatkan imbal hasil hingga 8,5% di periode yang sama.
Kinerja cemerlang juga dicatatkan oleh beberapa produk reksadana pendapatan tetap berbasis Surat Berharga Negara yang moncer beberapa bulan terakhir, seiring sumringahnya pasar SBN Tanah Air. Top 5 reksadana pendapatan tetap Bareksa Barometer mencatatkan cuan hingga 2,62% dalam 3 bulan terakhir. Adapun untuk reksadana pasar uang terbaik dalam daftar Top 5 Bareksa Barometer mencatatkan cuan hingga 6,05% setahun.
Tercatat ada 9 pendatang baru dalam daftar produk reksadana terbaik Bareksa Barometer per September 2024 dibandingkan Agustus. Di antaranya Syailendra Equity Opportunity Fund Kelas A, Allianz Alpha Sector Rotation, BNP Paribas Infrastruktur Plus, Sucorinvest IDX30, STAR Stable Amanah Sukuk, Mandiri Investa Dana Obligasi Seri 2 Kelas A, Syailendra Pendapatan Total Return Kelas A, Sucorinvest Anak Pintar dan Sucorinvest Citra Dana Berimbang.
Top 5 Bareksa Barometer untuk reksadana saham terbaik dan Top 5 Bareksa Barometer untuk reksadana pendapatan tetap menjadi yang terbanyak pendatang dengan masing-masing 3 new comer. Kondisi itu seiring dinamika pasar saham dan SBN Tanah Air ini, yang kembali bergairah setelah beberapa waktu lalu sempat tertekan.
Selangkapnya daftar reksadana terbaik Bareksa Barometer bulan September sebagai berikut:
Reksadana Indeks | Manajer Investasi | AUM Juli 2024 | Barometer Point | Imbal Hasil 3 Bulan |
STAR Infobank 15 Kelas Utama | Surya Timur Alam Raya Asset Management | Rp29,37 miliar | 3,5 | 12,3% |
UOBAM Indeks Bisnis-27 | UOB Asset Management Indonesia | Rp36,52 miliar | 3,5 | 9,46% |
PNM INDEKS INFOBANK15 | PNM Investment Management | Rp16,5 miliar | 3,5 | 12,03% |
BNP Paribas IDX Growth30 | BNP Paribas Asset Management | Rp417,18 miliar | 3 | 8,93% |
Sucorinvest IDX30 | Sucorinvest Asset Management | Rp18,6 | 3. | 8,4% |
Sumber : Tim Analis Bareksa, kinerja per 4/9/2024
Beli BNP Paribas IDX Growth30 di Sini
Reksadana Pendapatan Tetap | Manajer Investasi | AUM Juli 2024 | Barometer Point | Imbal Hasil 3 Bulan |
Trimegah Dana Tetap Syariah | Trimegah Asset Management | Rp283,24 miliar | 4,5 | 1,79% |
STAR Stable Amanah Sukuk | Surya Timur Alam Raya Asset Management | Rp201,33 miliar | 4 | 1,94% |
Mandiri Investa Dana Obligasi Seri 2 Kelas A | Mandiri Manajemen Investasi | Rp361,59 miliar | 4 | 2,62% |
Syailendra Pendapatan Total Return Kelas A | Syailendra Capital | Rp450,35 miliar | 4 | 1,53% |
Allianz Fixed Income Fund 2 | Allianz Global Investors Asset Management Indonesia | Rp78,77 miliar | 3,5 | 2,4% |
Sumber : Tim Analis Bareksa, kinerja per 4/9/2024
Beli Trimegah Dana Tetap Syariah di Sini
Beli STAR Stable Amanah Sukuk di Sini
Beli Mandiri Investa Dana Obligasi di Sini
Reksadana Saham | Manager Investasi | AUM Juli 2024 | Barometer Point | Imbal Hasil 3 Bulan |
Sucorinvest Sustainability Equity Fund | Sucorinvest Asset Management | Rp16,6 miliar | 5 | 9,83% |
Syailendra Equity Opportunity Fund Kelas A | Syailendra Capital | Rp151,61 miliar | 4 | 7,86% |
Eastspring Investments Alpha Navigator Kelas A | Eastspring Investments Indonesia | Rp79,29 miliar | 4 | 8,44% |
Allianz Alpha Sector Rotation | Allianz Global Investors Asset Management Indonesia | Rp214,8 miliar | 3,5 | 8,03% |
BNP Paribas Infrastruktur Plus | BNP Paribas Asset Management | Rp555,08 miliar | 3,5 | 7,09% |
Sumber : Tim Analis Bareksa, kinerja per 4/9/2024
Beli Allianz Alpha Sector di Sini
Beli BNP Paribas Infrastruktur Plus di Sini
Reksadana Pasar Uang | Manajer Investasi | AUM Juli 2024 | Barometer Point | Imbal Hasil 1 Tahun |
Insight Money | Insight Investments Management | Rp404,69 miliar | 5 | 6,05% |
Capital Money Market Fund | Capital Asset Management | Rp860,96 miliar | 5 | 5,94% |
Mega Dana Kas | Mega Asset Management | Rp466,88 miliar | 4,5 | 5,54% |
Setiabudi Dana Pasar Uang | Setiabudi Investment Management | Rp783,42 miliar | 4,5 | 5,32% |
Shinhan Money Market Fund | Shinhan Asset Management Indonesia | Rp747,44 miliar | 4,5 | 5,33% |
Sumber : Tim Analis Bareksa, kinerja per 4/9/2024
Beli Capital Money Market Fund di Sini
Beli Shinhan Money Market di Sini
Reksadana Campuran | Manajer Investasi | AUM Juli 2024 | Barometer Point | Imbal Hasil 3 Bulan |
Setiabudi Dana Campuran | Setiabudi Investment Management | Rp66,82 miliar | 5 | 7,15% |
Syailendra Balanced Opportunity Fund Kelas A | Syailendra Capital | Rp80,62 miliar | 4 | 5,22% |
Sucorinvest Anak Pintar | sucorinvest Asset Management | Rp182,3 miliar | 4 | 8,52% |
Sucorinvest Sharia Balanced Fund* | Sucorinvest Asset Management | Rp1,29 triliun | 3,5 | 6,46% |
Schroder Dana Terpadu II | Schroder Investment Management Indonesia | Rp773,49 miliar | 3,5 | 5,16% |
Sumber : Tim Analis Bareksa, kinerja per 4/9/2024, *imbal hasil Sucorinvest Sharia Balanced Fund dalam setahun
Beli Schroder Dana Terpadu II di Sini
Bareksa Barometer yang biasa dijadikan acuan oleh investor dalam berinvestasi reksadana jadi makin paten, seiring pembaruan metodologinya. Dengan inovasi ini, investor jadi punya panduan lebih mantap guna mencapai target investasinya dalam meraih cuan. Menurut Tim Analis Bareksa, inovasi terbaru Bareksa Barometer ialah dari sisi penilaian kinerja reksadana berdasarkan jangka waktunya.
Jika sebelumnya jangka waktu yang dinilai hanya 4 periode yakni 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan dan 1 tahun dengan bobot masing-masing 25%, kini ditambah menjadi 5 periode yakni 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan, 9 bulan dan 1 tahun dengan bobot penilaian masing-masing 20%. Metode baru ini semakin meningkatkan kualitas penilaian Bareksa Barometer. Karena itu penilaian atas kinerja suatu produk reksadana jadi semakin maksimal dan handal.
Periode | 1 tahun | 9 bulan | 6 bulan | 3 bulan | 1 bulan |
---|---|---|---|---|---|
Bobot | 20% | 20% | 20% | 20% | 20% |
Sumber : Tim Analis Bareksa
Selain itu, dari sisi benchmark atau acuan atas kinerja produk reksadana, Bareksa Barometer kini hanya mengacu pada kinerja 8 Indeks Reksadana Bareksa. Sebelumnya, penilaian juga menyertakan indeks LQ45 untuk reksadana konvensional dan Jakarta Islamic Index (JII) untuk reksadana syariah.
Ini karena Bareksa Fund Index mengukur kinerja rata-rata seluruh produk reksadana yang ada di Indonesia dari per jenis reksadana, yakni reksadana saham, campuran, pendapatan tetap dan pasar uang.
Kini penilaian kinerja suatu produk reksadana saham konvensional akan mengacu pada Indeks Reksadana Saham Bareksa dan reksadana saham syariah akan dibandingkan dengan Indeks Reksadana Saham Syariah Bareksa.
Demikian juga penilaian kinerja produk reksadana pendapatan tetap konvensional akan mengacu pada Indeks Reksadana Pendapatan Tetap Bareksa dan reksadana pendapatan tetap syariah mengacu pada Indeks Reksadana Pendapatan Tetap Syariah Bareksa.
Sebelumnya, inovasi juga telah dilakukan Bareksa Barometer. Yakni Tim Analis Bareksa memaksimalkan penilaian Bareksa Barometer dari sisi momentum pergerakan pasar. Model ini dipilih karena Tim Analis Bareksa mempertimbangkan beberapa peristiwa penting yang sangat berdampak ke pasar modal.
Di antaranya beberapa kasus di industri pasar modal, pandemi Covid-19, hingga ancaman resesi global akibat kenaikan agresif suku bunga acuan Bank Sentral Amerika Serikat (AS). Akibat beberapa peristiwa itu, pergerakan pasar saham dan obligasi menjadi sangat fluktuatif dan bergejolak, sehingga membuat investor ragu untuk berinvestasi ke aset yang lebih berisiko atau produk selain reksadana pasar uang.
Padahal, dengan strategi dan momentum yang tepat, dinamika pasar itu justru bisa dimanfaatkan untuk meraih cuan optimal. Karena itulah, Tim Analis Bareksa menyesuaikan model penilaian Bareksa Barometer guna menangkap peluang tersebut.
Meski begitu, penilaian dari sisi tata kelola yang baik (GCG) tidak mengalami perubahan dalam metode penilaian Bareksa Barometer.
(Romainah/Ariyanto Dipo Sucahyo/Sigma Kinasih/Christian Halim/AM)
***
Ingin berinvestasi aman di emas dan reksadana secara online yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Beli emas, klik tautan ini
- Download aplikasi reksadana Bareksa di App Store
- Download aplikasi reksadana Bareksa di Google Playstore
- Belajar reksadana, klik untuk gabung Komunitas Bareksa di Facebook. GRATIS
DISCLAIMER
Kinerja masa lalu tidak mencerminkan kinerja di masa mendatang. Investasi reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.