Bareksa.com - Kamu bingung memilih produk reksadana yang sesuai dengan profil risiko, kebutuhan dan tujuan investasimu? Jika kamu bingung, maka itu hal yang wajar. Sebab saat ini tersedia hampir 1.500 produk reksadana, atau tepatnya 1.426 produk reksadana. Memilih satu di antara ribuan produk reksadana lainnya ibarat mencari jarum dalam tumpukan jerami.
Makanya kamu butuh pengetahuan dan trik jitu agar tidak kesulitan mencari produk reksadana yang sesuai dengan kebutuhanmu. Mengutip materi edukasi The Indonesia Capital Market Institute (TICMI), yang mengacu pada Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) terbaru tahun 2024, reksadana masuk kategori produk investasi dasar.
Secara sederhana, reksadana dibagi dalam 4 jenis, yakni reksadana pasar uang, reksadana pendapatan tetap, reksadana campuran dan reksadana saham. Pengertian, isi portofolio, risiko, jangka waktu investasi, serta tujuan investasi yang disarankan bisa kamu simak dalam ulasan berikut:
Reksadana pasar uang adalah jenis reksadana yang berinvestasi di instrumen investasi pasar uang dan surat utang atau obligasi dengan masa jatuh tempo kurang dari 1 tahun. Reksadana ini punya risiko paling rendah dibandingkan jenis lainnya, karena itu harganya stabil naik. Jangka waktu investasinya ialah jangka pendek, antara kurang dari 1-2 tahun. Tujuan investasi untuk reksadana ini biasanya untuk menyimpan dana darurat, liburan dan lainnya.
Reksadana pendapatan tetap adalah jenis reksadana yang menginvestasikan sekurang-kurangnya 80% dari aktivanya dalam bentuk efek utang atau obligasi dengan jatuh tempo kurang dari 1 tahun. Reksadana ini punya risiko sedang, karena harganya bisa naik atau turun. Karena itu risikonya lebih tinggi dari reksadana pasar uang. Jangka waktu investasi yang disarankan 2-5 tahun. Tujuan investasi yang disarankan ialah untuk menyiapkan dana pernikahan, dana pendidikan anak dan lainnya.
Reksadana campuran adalah jenis reksadana yang berinvestasi dalam portofolio yang bervariasi. Instrumen investasinya 1-79% dapat berbentuk saham atau obligasi. Risiko berinvestasi di reksadana ini kategori sedang karena harganya bisa naik atau turun, lebih tinggi dari reksadana pendapatan tetap. Makanya potensi imbal hasil atau kinerjanya juga bisa lebih tinggi dari reksadana pendapatan tetap. Jangka waktu investasi yang disarankan untuk jangka menengah antara 2-5 tahun. Tujuan investasi yang direkomendasikan adalah untuk menyiapkan dana pernikahan, dana pendidikan anak dan lainnya.
Reksadana saham adalah jenis reksadana yang menginvestasikan sekurang-kurangnya 80% persen dari aktivanya dalam bentuk efek bersifat ekuitas, atau saham yang tercatat di Bursa Efek Indonesia. Produk investasi ini punya risiko paling tinggi dari 3 jenis reksadana lainnya, sehingga potensi kenaikan kinerja atau imbal hasilnya juga paling tinggi. Jangka waktu investasi yang disarankan ialah jangka panjang di atas 5 tahun. Tujuan investasi yang direkomendasikan seperti untuk menyiapkan dana pensiun, dana persiapan naik haji dan lainnya.
Secara lebih jelas bisa kamu baca dalam tabel berikut:
Reksadana Pasar Uang | Reksadana Pendapatan Tetap | Reksadana Campuran | Reksadana Saham | |
Tingkat risiko | Rendah (harga stabil naik) | Sedang (bisa naik turun) | Sedang (bisa naik turun) | Tinggi (bisa naik turun) |
Jangka waktu investasi | Jangka pendek (<1-2 tahun) | Jangka menengah (2-5 tahun) | Jangka menengah (2-5 tahun) | Jangka panjang (>5 tahun) |
Tujuan investasi | Dana darurat, liburan, dll | Dana nikah, pendidikan anak, dll | Dana nikah, pendidikan anak, dll | Dana pensiun, persiapan naik haji, dll |
Isi portofolio | Deposito dan obligasi jatuh tempo <1 tahun | Minimal 80% obligasi jatuh tempo <1 tahun | 1-79% obligasi atau saham | Minimal di saham yang tercatat di BEI |
Sumber : materi edukasi TICMI
Setelah kamu tahu jenis-jenis reksadana, risiko, jangka waktu investasi hingga tujuan investasinya, maka kamu juga bisa memfilternya sesuai profil risikomu. Beberapa ahli terkadang membaginya menjadi 5 tipe profil risiko yakni penghindar risiko, konservatif, moderat, agresif dan sangat agresif. Namun, setidaknya ada 3 tipe profil risiko yang perlu kamu pahami, yakni konservatif, moderat dan agresif.
Tipe konservatif adalah tipe investor dengan profil risiko paling rendah. Investor tipe ini menginginkan investasi yang aman, tingkat imbal hasil (return) cenderung stabil, dan takut kalau investasi pokok berkurang. Dengan kata lain, investor konservatif cenderung memilih jenis investasi yang stabil, berisiko rendah atau bahkan tidak ada risiko sama sekali. Biasanya, yang masuk dalam kategori konservatif adalah investor pemula yang baru saja tertarik untuk berinvestasi.
Tipe investor konservatif cocok untuk berinvestasi di reksadana pasar uang. Sebab, reksadana pasar uang memiliki tingkat risiko cukup rendah, dan sangat cocok untuk investor yang berinvestasi dengan tujuan jangka pendek. Investor tetap akan mendapatkan imbal hasil dan tidak perlu khawatir akan fluktuasi harga yang ada di pasar modal bisa mengakibatkan modal investasinya berkurang.
Tipe moderat adalah tipe investor dengan profil risiko sedang. Investor tipe moderat biasanya memiliki tujuan finansial jangka menengah, dan siap dengan tingkat return yang fluktuasinya tidak signifikan, tetapi masih tidak terlalu berani mengambil risiko. Investor bertipe moderat masih bisa menoleransi risiko dalam berinvestasi. Tetapi tidak untuk risiko yang tergolong besar. Intinya, investor dengan tipe moderat, masih tetap berhati-hati dalam memilih instrumen investasi yang aman.
Meski begitu, adanya fluktuasi di pasar modal saat berinvestasi sudah mulai dipahami pada investor jenis ini. Tipe investor moderat, cocok untuk berinvestasi pada reksadana pendapatan tetap dan reksadana campuran.
Tipe agresif adalah tipe investor dengan profil risiko yang tinggi. Investor dengan tipe agresif, sangat siap jika investasi pokoknya berkurang atau hilang demi imbal hasil yang juga tinggi. Biasanya investor dengan tipe agresif adalah investor yang sudah berpengalaman. Mereka sudah terbiasa menghadapi fluktuasi harga, bahkan terhadap fluktuasi yang tergolong ekstrim. Selain itu, tipe investor agresif juga tidak takut untuk menaruh modal di instrumen investasi yang memiliki risiko tinggi, sehingga sangat cocok berinvestasi di jenis reksadana saham.
Nah, setelah memahami jenis-jenis reksadana, rekomendasi tujuan investasinya, hingga profil risiko, sekarang kamu sudah bisa memilih produk investasi yang cocok sesuai kebutuhanmu. Jika masih bingung, kamu bisa memilih produk reksadana yang direkomendasikan oleh Bareksa Barometer. Sebab Bareksa Barometer yang disusun oleh Tim Analis Bareksa telah menyeleksi beberapa produk reksadana terbaik dengan parameter tidak hanya imbal hasil (return), tetapi juga risiko, dana kelolaan dan tata kelola perusahaan dari manajer investasinya.
Daftar reksadana terbaik terbaru yang dirilis Bareksa Barometer bisa kamu baca di sini: Daftar Reksadana Terbaik Juli 2024, Bareksa Barometer pada Agustus Ramai Pendatang Baru
(AM)
***
Ingin berinvestasi aman di emas dan reksa dana secara online yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksa dana, klik tautan ini
- Beli emas, klik tautan ini
- Download aplikasi reksa dana Bareksa di App Store
- Download aplikasi reksa dana Bareksa di Google Playstore
- Belajar reksa dana, klik untuk gabung Komunitas Bareksa di Facebook. GRATIS
DISCLAIMER
Kinerja masa lalu tidak mencerminkan kinerja di masa mendatang. Investasi reksa dana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksa dana.