Industri Reksadana Kembali Bergairah, Investor Beli Bersih Rp6,6 Triliun Sepanjang Mei 2023

Abdul Malik • 07 Jun 2023

an image
Ketua Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Mahendra Siregar (atas tengah) bersama jajaran anggota Dewan Komisioner OJK, di antaranya Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif dan Bursa Karbon OJK, Inarno Djajadi (kiri kedua bawah) saat konferensi pers hasil rapat Dewan Komisioner OJK Mei 2023 secara virtual (6/6/2023). (dok OJK)

Hal ini menandai dana kelolaan industri reksadana open end telah kembali di atas Rp500 triliun

Bareksa.com -  Industri reksadana nasional kembali bangkit dan bergairah setelah dalam beberapa waktu terakhir, terus mencatatkan jual bersih (net sell). Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif dan Bursa Karbon OJK, Inarno Djajadi mengatakan sepanjang Mei 2023, industri reksadana Tanah Air membukukan beli bersih Rp6,6 triliun. 

“Di industri reksadana, nilai aktiva bersih (NAB) tercatat Rp504,69 triliun atau naik 1,55% sepanjang bulan berjalan (MTD) dengan investor membukukan net subscription Rp6,66 triliun (MTD),” ujar Inarno dalam konferensi pers hasil rapat Dewan Komisioner OJK Mei 2023 secara virtual (6/6/2023). 

Net subscription artinya jumlah nilai pembelian reksadana oleh investor sepanjang Mei lebih besar ketimbang nilai penjualannya. Dengan begitu, dana kelolaan industri reksadana pada Mei 2023 naik jadi Rp504,69 triliun dari April yang senilai Rp497 triliun. 

Hal ini menandai dana kelolaan industri reksadana terbuka atau open end (yang bisa dijual ke publik) telah kembali di atas Rp500 triliun, setelah bulan lalu terperosok di bawah Rp500 triliun. Meski begitu, sepanjang tahun berjalan atau dalam waktu 5 bulan terakhir, dana kelolaan reksadana Mei 2023 masih turun 0,03% dan masih tercatat net redemption (penjualan bersih) Rp2,64 triliun dibandingkan Desember 2022.

Sumber : OJK, diolah Bareksa

Beli Reksadana di Sini

Untuk diketahui, dana kelolaan atau asset under management (AUM) reksadana open end nasional sempat mencapai Rp580 triliun atau sedikit lagi menuju Rp600 triliun pada Desember 2021, seiring meningkatnya kesadaran masyarakat berinvestasi dan akselerasi kanal digital akibat pandemi Covid-19. 

Namun pada Desember 2022 dana kelolaan industri nasional tertekan tinggal Rp508 triliun akibat beberapa faktor, salah satunya karena investor keluar dan menjual unit reksadananya. Salah satu yang terbesar ialah Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH) menarik dana mereka dari reksadana terproteksi syariah dan reksadana pasar uang syariah dan mengalihkannya ke Surat Berharga Negara. 

Kemudian implementasi aturan PAYDI (produk asuransi yang dikaitkan dengan investasi), yang melarang investasi unit link di reksadana, kecuali reksadana berbasis Surat Utang Negara (SUN), yang dikeluarkan oleh regulator dan menyebabkan pergeseran dana cukup besar dari reksadana open end menjadi KPD (kontrak pengelola dana).

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengimplementasi aturan SE OJK No.05/SEOJK.05/2022 tentang Produk Asuransi Yang Dikaitkan Dengan Investasi (SEOJK PAYDI) atau dikenal dengan unit link yang mulai berlaku sejak 14 Maret 2022. Beleid ini mengatur mengenai penyelenggaraan PAYDI oleh perusahaan asuransi dan perusahaan asuransi syariah.

Beli Reksadana di Sini

Kinerja Pasar Saham dan SBN

Sumber : OJK

Menurut Inarno di tengah meningkatnya volatilitas di pasar keuangan akibat sentimen negatif global, pasar saham di Mei 2023 melemah 4,08% (MTD) ke level 6.633,26, dengan non-resident (investor asing) mencatatkan inflow Rp1,67 triliun. Pelemahan IHSG akibat tertekannya saham sektor energi dan basic materials yang sejalan dengan perkembangan harga komoditas. Sepanjang 5 bulan pertama di 2023, IHSG tercatat melemah 3,17% dengan non-resident membukukan net buy Rp20,58 triliun.

Di pasar obligasi, indeks pasar obligasi ICBI menguat 1,91% pada Mei 2023 dan 5,46% sepanjang tahun berjalan ke level 363,61. Untuk pasar obligasi korporasi, aliran dana keluar investor non-resident tercatat Rp307,32 miliar (MTD) atau Rp695,66 miliar (YTD).

Pasar SBN masih melanjutkan tren positif dan membukukan dana masuk investor asing. Per 29 Mei 2023, non-resident mencatatkan inflow Rp7,29 triliun (MTD), sehingga mendorong penurunan ekspektasi imbal hasil (yield) SBN rata-rata 17,7 bps MTD di seluruh tenor. Sejak awal tahun hingga 29 Mei 2023, yield SBN turun rata-rata 40,51 bps di seluruh tenor dengan non-resident mencatatkan net buy Rp67,79 triliun.

Daftar Akun SBN Ritel di Sini

(AM)

***

Ingin berinvestasi aman di emas dan reksadana secara online yang diawasi OJK?

- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Beli emas, klik tautan ini
- Download aplikasi reksadana Bareksa di App Store​
- Download aplikasi reksadana Bareksa di Google Playstore
- Belajar reksadana, klik untuk gabung Komunitas Bareksa di Facebook. GRATIS

DISCLAIMER

Kinerja masa lalu tidak mencerminkan kinerja di masa mendatang. Investasi reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.