Bareksa.com - Industri reksadana nasional memang tidak sedang dalam kondisi prima. Sebab meskipun dari sisi kinerja, tercatat mayoritas indeks reksadana di Bareksa membukukan kenaikan sepanjang tahun tahun berjalan (YTD) hingga September 2022, namun dari sisi dana kelolaan dan unit penyertaan justru loyo.
Hal ini terlihat dari data Otoritas Jasa Keuangan di mana dana kelolaan reksadana nasional mencatatkan penurunan pada periode Januari - Juli 2022 atau dalam 7 bulan beruntun. Baru kemudian pada Agustus 2022, dana kelolaan reksadana nasional mulai bangkit dengan kenaikan, namun belum mampu menutup penurunan yang sudah terjadi sebelumnya.
Setelah sempat naik pada Agustus 2022, dana kelolaan industri reksadana kembali menurun pada September 2022 senilai Rp533,9 triliun, secara bulanan turun 2 persen dan sepanjang tahun berjalan berkurang 8%. Artinya sepanjang 9 bulan pertama tahun ini, dana kelolaan industri reksadana hanya naik sekali pada Juli, sisanya tercatat menurun.
Senada dengan penurunan dana kelolaan, unit penyertaan reksadana juga tercatat menurun 2% secara bulanan pada September 2022 dan minus 7% sepanjang tahun berjalan jadi 393,2 miliar unit.
Sumber: Bareksa Mutual Fund Industry, Data Market - Monthly Report September 2022
Menurut Tim Analis Bareksa hingga kuartal III 2022, jenis reksadana di Bareksa yang mengalami kenaikan terbesar adalah reksadana campuran, disusul oleh reksadana indeks, reksadana pasar uang dan reksadana pendapatan tetap.
Hal ini karena strategi alokasi di reksadana campuran umumnya lebih fleksibel dibandingkan jenis lain, sehingga mampu menyesuaikan strateginya dengan kondisi pasar dari masing-masing manajer investasi.
Kinerja Indeks Reksadana Bareksa Januari - September 2022
Jenis Reksadana | Return YtD |
RD Campuran | 3,01% |
RD Saham | 2,33% |
RD Pasar Uang | 1,56% |
RD Pendapatan Tetap | -1,15% |
Sumber : Bareksa, data per 30 Sept 2022
Per 30 September 2022, IHSG telah mencetak kenaikan 6,98% sepanjang tahun berjalan, didukung oleh saham sektor energi dan sektor perbankan. Selain itu, obligasi korporasi umumnya memiliki kupon yang lebih tinggi dan pergerakannya lebih stabil dibandingkan SBN. Sehingga kedua faktor tersebut turut menopang kinerja reksadana campuran.
Berdasarkan daftar reksadana yang tersedia di super app investasi Bareksa, produk reksadana campuran dengan kinerja terbaik berhasil membukukan cuan antara 7,24% hingga 16,54%. Produk reksadana tersebut memiliki nilai skor berdasarkan barometer Bareksa minimal 3,5. Jika melihat portofolionya, mayoritas dialokasikan di saham sektor energi, diikuti dengan obligasi korporasi dan instrumen pasar uang.
Top 3 Reksadana Campuran | Return YtD (%) | Barometer 1 Tahun |
16,54 | 4,40 | |
7,64 | 4,06 | |
7,24 | 3,50 |
Sumber : Bareksa, data per 30 Sept 2022
Tidak hanya reksadana campuran, kinerja reksadana pendapatan tetap yang mayoritas berbasis obligasi korporasi juga ikut melesat. Tercatat tiga reksadana pendapatan tetap dengan kinerja terbaik di Bareksa berhasil mencatatkan cuan antara 2,35% hingga 6,34% sepanjang tahun berjalan hingga September 2022. Tiga reksadana tersebut mencatatkan skor Barometer Bareksa di atas 4,3.
Tim Analis Bareksa mencatat, meskipun mayoritas reksadana pendapatan tetap memiliki kinerja negatif sepanjang periode Januari - September 2022, namun beberapa produk reksadana tersebut masih mampu bertumbuh positif.
Selain itu, minat investor untuk berinvestasi di reksadana pendapatan tetap berbasis obligasi korporasi juga cukup tinggi. Sebab, di saat ketidakpastian global meningkat, investor mencari alternatif investasi yang lebih stabil, serta kinerjanya bisa lebih baik dibandingkan deposito.
Top 3 Reksadana Pendapatan Tetap | Return YtD (%) | Barometer 1 Tahun |
6.34 | 4.32 | |
4.87 | 4.36 | |
2.35 | 4.30 |
Sumber : Bareksa, data per 30 Sept 2022
Untuk kinerja reksadana saham dan reksadana indeks berkinerja terbaik periode Januari - September 2022 diisi oleh reksadana yang memiliki basis portofolio di saham sektor energi diuntungkan dari kenaikan harga komoditas. Kemudian produk reksadana yang berbasis saham berkapitalisasi besar juga mencatatkan kinerja cemerlang dan terbaik.
Reksadana saham dan reksadana indeks terbaik di Bareksa berhasil membukukan imbal hasil 12,98% hingga 15,76% sepanjang 9 bulan pertama di 2022. Skor Barometer Bareksa yang berhasil dicatatkan tiga reksadana tersebut di atas 4.
Top 3 Reksadana Saham dan Reksadana Indeks | Return YtD (%) | Barometer 1 Tahun |
15.35 | 4.00 | |
12.98 | 4.20 | |
15.76 | 4.40 |
Sumber : Bareksa, data per 30 Sept 2022
Selain reksadana berbasis saham dan obligasi, Tim Analis Bareksa tetap menyarankan agar Smart Investor tetap perlu melakukan diversifikasi investasi di reksadana pasar uang, karena paling stabil dari jenis reksadana lainnya. Terutama di tengah era kenaikan suku bunga seperti saat ini, umumnya akan diikuti juga dengan kenaikan bunga deposito yang menjadi basis alokasi investasi dari reksadana pasar uang.
Tercatat reksadana pasar uang terbaik di Bareksa dengan skor Barometer 4 - 4,5 mencatatkan cuan 2,94% hingga 3,25% periode Januari - September 2022.
Top 3 Reksadana Pasar Uang | Return YtD (%) | Barometer 1 Tahun | |
3.25 | 4.20 | ||
3.05 | 4.52 | ||
2.94 | 4.00 |
Sumber : Bareksa, data per 30 Sept 2022
Untuk diketahui, reksadana adalah wadah untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang telah terkumpul tersebut nantinya akan diinvestasikan oleh manajer investasi ke dalam beberapa instrumen investasi seperti saham, obligasi, atau deposito.
Reksadana juga diartikan sebagai salah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal, khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitung risiko atas investasi mereka.
(Sigma Kinasih/AM)
***
Ingin berinvestasi aman di emas dan reksadana secara online yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Beli emas, klik tautan ini
- Download aplikasi reksadana Bareksa di App Store
- Download aplikasi reksadana Bareksa di Google Playstore
- Belajar reksadana, klik untuk gabung Komunitas Bareksa di Facebook. GRATIS
DISCLAIMER
Kinerja masa lalu tidak mencerminkan kinerja di masa mendatang. Investasi reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.