Bareksa.com - Di tengah gejolak pasar sepanjang Mei 2022 yang diduga terkait fenomena sell in May and go away beberapa produk reksadana saham masih bertahan jadi juara dana kelolaan. Bahkan beberapa reksadana saham yang memiliki dana kelolaan terbesar di Indonesia justru berhasil mencatatkan pertumbuhan.
Untuk diketahui, dalam lima hari pertama perdagangan bulan Mei 2022, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tak sekalipun berakhir di zona hijau. Bahkan indeks saham kebanggaan Indonesia tersebut sempat jeblok hingga nyaris 10 persen ke level 6.509,879, yang merupakan level terlemah sejak awal Desember tahun lalu.
Indeks sempat beberapa kali kembali naik. Namun, fenomena SMGA sepertinya cukup kuat hingga IHSG terlempar dari level psikologis 7.000. Kenaikan yang sempat terjadi juga tak mampu mengkompensasi penurunan. Ini tercermin dari imbal hasil (return) IHSG yang sepanjang Mei tercatat -1,11 persen dengan berakhir di level 7.148,97.
Di tengah tekanan aksi jual tersebut, beberapa produk reksadana saham dengan dana kelolaan terbesar mampu mencatatkan kenaikan dana kelolaan. Berikut ulasannya :
Reksadana saham Schroder Dana Prestasi Plus bertahan menempati posisi puncak daftar produk reksadana saham dengan dana kelolaan terbesar pada Mei 2022. Pada Mei 2022 dana kelolaan Schroder Dana Prestasi Plus naik 4 persen secara bulanan jadi 9,4 triliun.
Posisi Schroder Dana Prestasi Plus sebagai juara I reksadana saham dana kelolaan terbesar hingga saat ini sulit tergoyahkan. Salah satunya karena selisih dana kelolaan reksadana kelolaan PT Schroder Investment Management Indonesia atau Schroders Indonesia ini dengan reksadana lain di posisi kedua cukup lebar.
Reksadana saham yang dikelola oleh PT Batavia Prosperindo Aset Manajemen (Batavia PAM) yakni Batavia Dana Saham berada di posisi kedua dengan dana kelolaan Rp7,4 triliun. Reksadana saham ini juga membukukan pertumbuhan dana kelolaan 5 persen pada Mei 2022 saat pasar tertekan aksi jual.
Reksadana saham syariah global (global fund) kelolaan PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI) yakni Manulife Saham Syariah Asia Pasifik Dollar AS berada di peringkat tiga dengan dana kelolaan Rp4,8 triliun. Reksadana saham ini mencatatkan penurunan dana kelolaan secara bulanan minus 2 persen pada Mei 2022.
Reksadana saham dengan dana kelolaan terbesar keempat di Indonesia ialah Ashmore Dana Ekuitas Nusantara yang membukukan kenaikan dana kelolaan 5 persen secara bulanan jadi Rp4,4 triliun pada Mei 2022.
Reksadana saham produk MAMI lainnya yang juga jadi juara dana kelolaan adalah Manulife Dana Saham Kelas A berada di posisi kelima. Reksadana ini membukukan lonjakan dana kelolaan mencapai 10 persen jadi Rp4,1 triliun pada Mei 2022.
Selengkapnya, daftar top 20 produk reksadana saham dengan kelolaan terbesar pada bulan Mei 2022, terdapat dalam tabel berikut ini.
Daftar 20 Produk Reksadana Saham dengan Kelolaan Terbesar Mei 2022
Sumber: Bareksa Mutual Fund Industry, Data Market - Monthly Report May 2022
Produk reksadana saham dengan pertumbuhan kelolaan terbesar sepanjang tahun berjalan adalah Manulife Saham Andalan dan Sam Dana Cerdas, masing-masing tumbuh 14 persen. Sementara secara bulanan, Manulife Dana Saham Kelas A sebagai produk reksadana saham dengan pertumbuhan kelolaan paling besar yakni tumbuh 10 persen.
Di sisi lain dalam daftar top 20 reksadana saham dana kelolaan terbesar secara dana kelolaan, ada 6 reksadana rupiah dan 3 reksadana dolar yang tersedia di super app investasi Bareksa, yaitu :
- Schroder Dana Prestasi Plus
- Batavia Dana Saham
- Schroder Dana Prestasi
- Manulife Dana Saham Kelas A
- Manulife Saham Andalan
- Sucorinvest Equity Fund
- Manulife Saham Syariah Asia Pasifik Dollar AS
- Reksa Dana Syariah BNP Paribas Cakra Syariah USD Kelas RK1
- Schroder Global Sharia Equity Fund
Perlu juga dicatat, besarnya dana kelolaan atau AUM tidak selalu mencerminkan kinerja reksadana saham tersebut, tetapi bisa menjadi salah satu indikator kepercayaan investor dalam menempatkan dananya di suatu produk reksadana.
Sesuai dengan namanya, reksadana saham mayoritas berinvestasi di aset saham atau ekuitas. Makanya, reksadana saham menjadi salah satu jenis reksadana yang paling banyak dikenal masyarakat.
Reksadana saham sendiri merupakan cara lain untuk berinvestasi di saham secara tidak langsung. Dengan jumlah dana yang terjangkau investor bisa berinvestasi di saham dan tidak perlu repot-repot menganalisa dan memonitor saham yang dibeli.
Seperti dilansir dari laman resmi Schroders Indonesia, reksadana saham wajib berinvestasi minimum 80 persen di saham. Reksadana saham yang termasuk dalam reksadana terbuka ini merupakan reksadana yang memberikan potensi hasil investasi lebih tinggi dibandingkan ketiga jenis reksadana lainnya (pasar uang, pendapatan tetap dan campuran).
Dengan waktu bersamaan, potensi imbal hasil reksadana saham juga disertai dengan risiko yang lebih tinggi pula. Reksadana saham sesuai untuk investor yang memiliki profil risiko agresif untuk tujuan jangka panjang, lebih dari 5 tahun.
Racikan portofolio saham di dalam reksadana saham bisa bermacam-macam. Misalnya, reksadana saham big caps maka berinvestasi mayoritas di saham berkapitalisasi besar di bursa atau, reksadana saham small-mid cap yakni berinvestasi mayoritas di saham-saham berkapitalisasi kecil-menengah di bursa.
Jenis dan produk investasi apapun yang dipilih agar selalu disesuaikan dengan tujuan dan jangka waktu investasi, serta profil risiko ya!.
Sebagian isi artikel ini merupakan cuplikan dari laporan bulanan industri reksadana Bareksa Mutual Fund Industry, Data Market – Monthly Report May 2022. Untuk berlangganan laporan ini silakan hubungi marketing@bareksa.com (cc: data@bareksa.com).
(Martina Priyanti/Tim Data/AM)
***
Ingin berinvestasi aman di emas dan reksadana secara online yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Beli emas, klik tautan ini
- Download aplikasi reksadana Bareksa di App Store
- Download aplikasi reksadana Bareksa di Google Playstore
- Belajar reksadana, klik untuk gabung Komunitas Bareksa di Facebook. GRATIS
DISCLAIMER
Kinerja masa lalu tidak menjamin kinerja masa depan. Investasi reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.