Bareksa.com - Harga saham PT Bukit Asam Tbk (PTBA) bergerak atraktif pada perdagangan Selasa (24/5/2022). Saham yang bergerak di industri pertambangan batu bara tersebut ditutup melonjak 7,31 persen ke level Rp4.400 per saham.
Antusiasme pelaku pasar memang tercermin dari aktivitas transaksi saham PTBA yang mencapai Rp1,04 triliun, sekaligus menjadi saham dengan nilai transaksi terbesar kedua di bursa pada perdagangan kemarin. Menurut pandangan Bareksa, lonjakan yang terjadi pada saham emiten yang berbasis di Sumatera Selatan ini dikarenakan hasil Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) yang menyenangkan hati para investor.
Bagaimana tidak? Dalam RUPST yang digelar di Jakarta pada Selasa (24/5/2022), PTBA memutuskan untuk membagikan 100 persen dari laba bersih perseroan tahun 2021 seluruhnya sebagai dividen. "Pemegang saham menyetujui penggunaan 100 persen laba bersih perseroan sebesar Rp 7,9 triliun sebagai dividen," ujar Direktur Utama PTBA Arsal Ismail.
Arsal mengatakan, pihaknya melihat cash flow perusahaan relatif cukup besar, yakni sampai akhir tahun sekitar Rp 13 triliun lebih. "Sehingga kalau dibagi 100 persen dari seluruh laba yang diperoleh dari 2021, Rp 7,9 triliun (sebagai dividen), tidak akan mengganggu kondisi cash flow, relatif untuk pembangunan dan pengembangan masih ada cash. Dengan pertimbangan itu bisa kami setujui dividen 100 persen," jelasnya.
Booming harga komoditas batu bara yang berlanjut hingga tahun 2022, membuat emiten batu bara seperti PTBA ikut menuai berkah. Baru tiga bulan pertama tahun 2022, Bukit Asam sudah membukukan laba bersih sebesar Rp 2,27 triliun, meroket 354,6 persen dibandingkan dengan hanya Rp500,5 miliar pada periode yang sama tahun lalu.
Meski demikian, Arsal mengatakan moncernya kinerja beserta tren harga batu bara tidak membuat perseroan serta-merta mengubah target produksi. "2022 ini momentum bagi kami dengan harga komoditas batu bara masih tinggi. Dari jajaran manajemen melihat kondisi, target produksi di PTBA akan tetap sesuai RKAP (Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan)," ujarnya.
Pada tahun 2022, PTBA telah menargetkan produksi batu bara sebesar 36,41 juta ton, naik 21 persen dari realisasi tahun 2021 yang sebesar 30,04 juta ton. Sedangkan untuk volume penjualan batu bara 2022, perseroan menargetkan peningkatan menjadi 37,10 juta ton, atau naik 31 persen dari realisasi penjualan batu bara tahun 2021 yang sebesar 28,37 juta ton.
PTBA memang dikenal sebagai emiten yang royal dalam membagikan dividen kepada para pemegang saham, yang juga tercermin dari masuknya emiten pertambangan batu bara ini ke dalam indeks IDX High Dividen 20, yang merupakan 20 saham penghasil dividen jumbo yang rutin membagikan dividen.
Sumber: Investing
Tengok saja, sejak tahun 2003 PTBA tak pernah absen dalam membagikan keuntungan perusahaan kepada para pemegang saham. Adapun pada tahun lalu PTBA membagikan dividen sebesar Rp835 miliar. Jumlah ini setara 35 persen dari laba bersih tahun 2020 yang mencapai Rp2,39 triliun.
Sementara itu, nilai pembagian dividen tahun ini yang mencapai Rp7,91 triliun atau setara dengan Rp687 per saham, jelas menjadi daya tarik yang sangat menggoda bagi pelaku pasar. Jika dibandingkan dengan harga penutupan saham PTBA pada Senin (23/5/2022) di level Rp4.100, hal ini mencerminkan Dividend Yield 16,74 persen. Tawaran yang sangat menggiurkan!
Melihat adanya sentimen positif pada saham PTBA, maka menarik untuk mengetahui kira-kira produk reksadana apa saja yang memiliki saham ini dalam portofolionya.
Berikut reksadana di Bareksa yang tercatat menjadikan saham PTBA sebagai underlying asset dalam portofolionya.
Sumber : Bareksa
Berdasarkan penelusuran Bareksa dari fund fact sheet yang ada, setidaknya terdapat 16 produk reksadana yang tercatat memiliki saham PTBA dalam portofolionya, di mana produk tersebut terdiri dari reksadana saham dan reksadana campuran.
Produk reksadana tersebut di antaranya BNP Paribas Solaris, Cipta Syariah Equity, HPAM Syariah Ekuitas, Manulife Saham SMC Plus, Sucorinvest Equity Fund, Trim Kapital dan lainnya.
Cuan tertinggi sebulan terakhir (per 24 Mei 2022) dicatatkan reksadana HPAM Syariah Ekuitas dengan imbalan 5,28 persen, imbal hasil tertinggi 6 bulan terakhir dibukukan reksadana Setiabudi Dana Campuran dengan return 12,24 persen, dan setahun terakhir imbalan tertinggi diraih Sucorinvest Equity Fund dengan cuan 29,65 persen. Daftar selengkapnya sebagaimana tertera dalam tabel.
Perlu diketahui, reksadana adalah wadah untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang telah terkumpul tersebut nantinya akan diinvestasikan oleh manajer investasi ke dalam beberapa instrumen investasi seperti saham, obligasi, atau deposito.
Reksadana juga diartikan sebagai salah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal, khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitung risiko atas investasi mereka.
(KA01/Arief Budiman/AM)
***
Ingin berinvestasi aman di emas dan reksadana secara online yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Beli emas, klik tautan ini
- Download aplikasi reksadana Bareksa di App Store
- Download aplikasi reksadana Bareksa di Google Playstore
- Belajar reksadana, klik untuk gabung Komunitas Bareksa di Facebook. GRATIS
DISCLAIMER
Kinerja masa lalu tidak mencerminkan kinerja di masa mendatang. Investasi reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.