Bareksa.com - Dalam investasi di pasar modal, ada pepatah mengatakan "Sell in May and go away" karena dipercaya kinerja saham turun di periode bulan Mei. Bagaimana dengan pasar obligasi dan reksadana pendapatan tetap?
Menurut riset Syailendra Capital dalam Market Insight 25 April 2022, ada satu strategi investasi yang justru mengejutkan di pasar obligasi korporasi. Strategi ini disebut dengan strategi "Buy in May and go away".
Sebab, dalam periode Mei-Oktober justru investasi dalam reksadana kelas aset obligasi korporasi memiliki probabilitas mencatat keuntungan yang sangat tinggi. Selama 16 tahun terakhir, strategi ini menghasilkan kinerja rata-rata tahun (CAGR) sebesar 3,9 persen dan selalu secara konsisten mencatatkan kinerja positif di setiap tahunnya (100 persen probabilitas).
Sementara itu, strategi investasi 6 bulanan yang dimulai sejak Mei-Oktober pada kelas aset saham hanya menghasilkan kinerja CAGR sebesar 2,5 persen dengan probabilitas 63 persen kinerja positif.
Sumber: Riset Syailendra
Menurut Syailendra, strategi terbaik investasi dalam periode 6 bulanan Mei-Oktober adalah seperti berikut ini.
Baca juga Jangan Habiskan THR, Peluang 60% Investasi Reksadana Saham Positif Pasca Lebaran
Sebagai simulasi, Syailendra memberikan hitungan perbandingan untuk investasi pada saham, obligasi negara dan obligasi korporasi. Modal awalnya sama yaitu Rp100 juta selama 16 tahun terakhir dengan strategi "Buy in May and go away."
Dengan modal awal sebesar Rp100 juta, nilai investasi akhir selama periode 16 tahun mencapai Rp148 juta, atau meningkat sebesar 48 persen. Kinerja terbaik terjadi di tahun 2009 sebesar 37,4 persen dengan kinerja terburuk sebesar minus 45,5 persen di tahun 2008.
Dengan modal awal sebesar Rp100 juta, nilai investasi akhir selama periode 16 tahun mencapai Rp174 juta, atau meningkat sebesar 74 persen. Kinerja terbaik terjadi di tahun 2006 sebesar 12,0 persen dengan kinerja terburuk sebesar minus 10,2 persen di tahun 2008.
Dengan modal awal sebesar Rp100 juta, nilai investasi akhir selama periode 16 tahun mencapai Rp184 juta atau meningkat sebesar 84 persen. Kinerja terbaik terjadi di tahun 2007 sebesar 6,5 persen dengan kinerja terburuk sebesar minus 1 persen di tahun 2008.
Berdasarkan temuan ini, Syailendra melihat ada peluang investasi pada reksadana Syailendra Pendapatan Tetap Premium (SPTP). Sebab, sebagian besar komposisi reksadana SPTP terdiri dari obligasi korporasi yang memberi kinerja terbaik secara historis selama 6 bulan mulai dari bulan Mei.
Baca juga Suku Bunga Acuan Naik, Prospek Reksadana Syailendra Pendapatan Tetap Premium Masih Positif
(hm)
* * *
Ingin berinvestasi aman di emas dan reksadana secara online yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Beli emas, klik tautan ini
- Download aplikasi reksadana Bareksa di App Store
- Download aplikasi reksadana Bareksa di Google Playstore
- Belajar reksadana, klik untuk gabung Komunitas Bareksa di Facebook. GRATIS
DISCLAIMER
Kinerja masa lalu tidak menjamin kinerja masa depan. Investasi reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.