Bareksa.com - Sepanjang 2021, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencatatkan kinerja cukup menggembirakan dengan membukukan kenaikan 10,08 persen ditutup di level 6.581,48. Positifnya kinerja indeks saham Tanah Air, salah satunya didukung masuknya dana asing hingga Rp36,3 triliun pada tahun lalu.
Tercatat mayoritas sektor saham di IHSG membukukan kenaikan. Selengkapnya seperti tertera pada tabel berikut :
11 Sektor IDX-IC | Kinerja Sektor Saham IHSG 2021 |
Technology | 380,14% |
Transportation & Logistic | 71,04% |
Energy | 45,05% |
Cons Cyclical | 20,81% |
Financials | 8,9% |
Infrastructures | 8,32% |
Healthcare | 6,34% |
Industrials | 3,49% |
Basic Materials | -9,17% |
Cons Non-Cyclical | -15,04% |
Properties & Real estate | -16,14% |
IHSG | 10,08% |
Sumber: Bursa Efek Indonesia, Bareksa Research Team, data sektor IDX-IC dimulai per 25 Jan 2021
Sektor teknologi, yang termasuk ke dalam sektor new economy mencatatkan lonjakan tertinggi di 2021 karena dianggap sebagai sumber terbaru pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang, yang ditandai dengan perkembangan teknologi.
Selain itu, pandemi telah mempercepat perubahan pola kegiatan masyarakat dari yang semula banyak dilakukan offline, menjadi online. Hal ini berdampak pada pola investasi investor yang semula lebih aktif di saham-saham old economy seperti saham berkapitalisasi besar (big caps) yang tercermin dari indeks LQ45 dan IDX30 yang terdampak paling besar ketika Covid-19 melanda, sempat beralih ke saham sektor teknologi dan digital sepanjang tahun lalu yang merupakan sektor new economy.
Indeks & Sektor | Return (%) | ||
3 Bulan | 6 Bulan | 1 Tahun | |
IHSG | 4,68 | 9,96 | 10,08 |
IDX30 | 4,42 | 10,38 | -1,03 |
LQ45 | 4,11 | 10,25 | -0,37 |
Sektor Teknologi | -4,75 | -15,97 | 380,14 |
Sumber: Bursa Efek Indonesia, Bareksa Research Team, data per 30 Des 2021
Namun, ketika pembatasan kegiatan masyarakat mulai dilonggarkan oleh pemerintah, saham big caps yang terdiri dari beberapa sektor utama penopang ekonomi seperti perbankan, konsumsi, energi dan lainnya kembali mencatatkan kenaikan.
Hal ini menjadi faktor penopang kinerja reksadana saham, sehingga dapat mengungguli kinerja IHSG di 2021. Yakni strategi yang cukup fleksibel dengan menggabungkan alokasi di saham old economy maupun new economy, serta waktu yang tepat untuk alokasi di dua sektor tersebut.
Analisis Bareksa memproyeksikan pada 2022, strategi tersebut akan kembali menopang kinerja reksadana saham karena tingkat vaksinasi yang terus berjalan serta ekonomi yang mulai tumbuh, sehingga dapat menjadi sentimen positif untuk saham berkapitalisasi besar.
Selain itu, potensi pertumbuhan sektor terkait teknologi dan digital di Indonesia juga diharapkan masih dapat menopang kinerja sektor tersebut.
Baca : Catat! Ini Jadwal Penerbitan 7 Seri SBN Ritel di 2022
Sepanjang 2021, sejatinya tidak banyak produk reksadana saham yang kinerjanya mampu melampaui IHSG karena fluktuasi pasar yang cukup tinggi.
Dengan begitu, menurut analisis Bareksa, reksadana saham yang kinerjanya berhasil mengungguli atau mendekati IHSG, merupakan produk reksadana dengan strategi pengelolaan cukup aktif dan berhasil beradaptasi dengan kondisi pasar.
Secara tahunan atau year on year (YoY) terdapat 3 produk reksadana saham yang masuk dalam kriteria Bareksa untuk menjadi reksadana saham unggulan pada 2021 dan kinerjanya beriringan dan bahkan melampaui IHSG, yakni :
Reksa Dana Saham | Return 1 Tahun (%) | Dana Kelolaan |
Manulife Saham Andalan | 25,58 | Rp2,6 T |
TRIM Kapital | 12,47 | Rp142 M |
Eastspring Investments Value Discovery Kelas A | 9,3 | Rp513 M |
Sumber: Bareksa, data return per 30 Desember 2021
Beberapa kriteria Bareksa atas reksadana tersebut di antaranya minimal dana kelolaan di atas Rp100 miliar, manajer investasi yang mengelola termasuk dalam daftar 15 besar dari sisi dana kelolaan, serta memiliki reputasi yang baik.
Baca : Bareksa Raih Pendanaan Seri C dari Grab, Kukuhkan Sinergi Grab - Bareksa - OVO
Pasar obligasi turut berfluktuasi sepanjang 2021, meskipun tidak sebesar fluktuasi di pasar saham. Analisis Bareksa menilai selain akibat efek pandemi yang menahan laju pertumbuhan ekonomi dalam negeri, faktor eksternal yakni kebijakan ekonomi Amerika Serikat (AS) juga turut andil mendorong gejolak di pasar obligasi RI.
Hal itu berdampak pada kinerja indeks reksadana pendapatan tetap sepanjang 2021 yang hanya membukukan keuntungan sekitar 2 persen. Selain itu, era tingkat suku bunga rendah juga menahan laju imbal hasil obligasi dan suku bunga deposito di 2021.
Namun, ada beberapa produk reksadana pendapatan tetap yang menurut kriteria Bareksa, mencatat kinerja cukup baik 1 sepanjang 2021. Produk itu seperti berikut :
Reksa Dana Pendapatan Tetap | Return 1 Tahun (%) | Return 3 Tahun (%) | Dana Kelolaan |
Syailendra Pendapatan Tetap Premium | 6.66 | 32.76 | Rp 456 M |
TRIM Dana Tetap 2 | 5.60 | 23.21 | Rp 279 M |
Sucorinvest Bond Fund | 4.52 | 39.60 | Rp 779 M |
Sumber: Bareksa, data return per 30 Desember 2021
Beberapa kriteria Bareksa atas reksadana pendapatan tetap terbaik tersebut di antaranya minimal dana kelolaan di atas Rp100 miliar, manajer investasi yang mengelola termasuk dalam daftar 15 besar dari sisi dana kelolaan, serta memiliki reputasi baik. Selain itu, produk reksadana pendapatan tetap tersebut telah diluncurkan lebih dari 3 tahun.
Untuk diketahui, mayoritas harga obligasi korporasi di 2021 tercatat lebih baik dibandingkan obligasi pemerintah (Surat Berharga Negara/SBN). Hal ini karena umumnya imbal hasil yang diberikan obligasi korporasi lebih besar, sebagai kompensasi atas peringkat utang obligasi korporasi tersebut. Berbeda dengan SBN yang 100 persen dijamin oleh pemerintah.
Pergerakan Indeks Harga Obligasi Indonesia 2021
Sumber: Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI), grafik sepanjang tahun 2021
Jika melihat grafik tersebut, tren pergerakan harga obligasi Indonesia cukup positif dengan kinerja imbal hasil rata-rata sepanjang 2021 sekitar 5,89 persen. Imbal hasil ini berasal dari total kinerja SBN 5,5 persen dan obligasi korporasi mencapai 10,45 persen untuk periode yang sama.
Sehingga, reksadana pendapatan tetap yang unggul di 2021, mayoritas berbasis obligasi korporasi dalam pengelolaannya. Namun, perlu dicatat, investor tetap perlu memperhatikan peringkat utang dalam obligasi korporasi yang menjadi basis portofolio reksadana pendapatan tetap, karena menentukan tingkat risiko serta likuiditas transaksi.
Baca : SBN Ritel Pertama 2022, Ini Jadwal Penetapan Kupon hingga Masa Penawaran ORI021
Adapun untuk produk reksadana pasar uang terbaik di 2021, kurang lebih sama dengan kriteria yang telah disebutkan sebelumnya. Berikut daftar beberapa produk reksadana pasar uang unggulan di 2021:
Reksa Dana Pasar Uang | Return 1 Tahun (%) | Return 3 Tahun (%) | Dana Kelolaan |
Sucorinvest Sharia Money Market Fund | 5.28 | 20.43 | Rp 2.2 T |
TRIM Kas 2 | 4.17 | 15.12 | Rp 3.8 T |
Syailendra Dana Kas | 4.07 | 17.24 | Rp 3.5 T |
Sumber: Bareksa, data return per 30 Desember 2021
Analisis Bareksa memproyeksikan untuk tahun 2022, prospek pasar obligasi secara keseluruhan, serta pasar uang akan semakin membaik seiring potensi pemulihan ekonomi serta proyeksi kenaikan tingkat suku bunga acuan. Hal ini akan turut meningkatkan imbal hasil obligasi serta kinerja reksadana pendapatan tetap dan reksadana pasar uang.
(Bareksa Research Team/AM)
Baca : Kolaborasi PT Pegadaian - Bareksa, Hadirkan Tabungan Emas Online untuk Investasi Terintegrasi
***
Ingin berinvestasi aman di emas dan reksadana secara online yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Beli emas, klik tautan ini
- Download aplikasi reksadana Bareksa di App Store
- Download aplikasi reksadana Bareksa di Google Playstore
- Belajar reksadana, klik untuk gabung Komunitas Bareksa di Facebook. GRATIS
DISCLAIMER
Investasi reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.