Bareksa.com - Sepanjang pekan lalu, kinerja pasar saham Indonesia mengalami tekanan, senada dengan bursa saham kawasan Asia yang mengalami hal serupa.
Dalam perdagangan yang berlangsung mulai dari 13 hingga 17 Desember 2021, sejatinya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mampu menguat sebanyak 3 hari perdagangan. Namun karena 2 hari lainnya koreksi IHSG lebih besar, maka penguatan 3 hari tersebut seakan tidak berarti.
Secara mingguan IHSG mengakumulasi penurunan 0,77 persen ke level 6.601,93. Di sisi lain, sepanjang pekan lalu investor asing juga terlihat lebih dominan mengurangi kepemilikan saham mereka dengan catatan aksi jual bersih (net sell) mencapai Rp1,18 triliun di pasar reguler.
Kinerja pasar saham Tanah Air searah dengan indeks utama kawasan Asia. Secara mingguan, indeks Shanghai Composite melemah 0,93 persen, Sensex ambles 3,02 persen, Straits Times minus 0,76 persen, dan Hang Seng anjlok 3,35 persen.
Pasar saham dunia memang sedang mengalami tekanan. Tidak cuma di Asia, indeks saham Amerika Serikat (AS) pun melemah. Secara mingguan, indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) turun 1,78 persen, S&P 500 terpangkas 1,97 persen, dan Nasdaq 100 ambrol 3,07 persen.
Pada pekan lalu, terdapat sejumlah faktor yang membuat pasar saham tertekan. Pertama adalah bank sentral di sejumlah negara yang semakin agresif.
Bank Sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) mempercepat pengurangan pembelian aset dari US$ 15 miliar per bulan menjadi US$ 30 miliar per bulan. Dengan demikian, program pembelian aset akan berakhir dalam tiga bulan dan setelah itu kemungkinan besar terjadi kenaikan suku bunga acuan.
Bank sentral Inggris (Bank of England/BoE) malah sudah ahead of the curve. Bank sentral pimpinan Gubernur Andrew Bailey itu sudah menaikkan suku bunga acuan dari 0,1 persen menjadi 0,25 persen. BoE menjadi bank sentral negara maju pertama yang menaikkkan suku bunga sejak pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19).
Arah kebijakan moneter dunia yang cenderung ketat membuat aset berisiko seperti saham kurang diminati. Kini investor memilih berburu obligasi, yang menawarkan keuntungan lebih tinggi seiring tren kenaikan suku bunga.
Kedua adalah kekhawatiran terhadap pandemi virus corona yang kembali mengganas. Virus corona varian omicron menjadi kekhawatiran baru karena sudah menyebar ke lebih dari 70 negara, termasuk Indonesia.
Di Inggris, varian Omicron membuat kasus positif harian melonjak ke 92.503 orang kemarin. Ini adalah rekor kasus harian tertinggi sepanjang pandemi Covid-19.
Perkembangan ini membuat pelaku pasar khawatir akan masa depan pemulihan ekonomi dunia. Bukan tidak mungkin dunia akan kembali di-lockdown untuk meredam penyebaran varian omicron.
Kondisi pasar saham yang mengalami pelemahan pada pada pekan lalu, secara umum turut menekan kinerja mayoritas jenis reksadana, di mana yang berbasis saham menorehkan kinerja terburuk.
Sumber: Bareksa
Berdasarkan data Bareksa, indeks reksadana saham menjadi yang paling parah pada pekan lalu dengan penurunan 0,99 persen, disusul oleh indeks reksadana pendapatan tetap dan indeks reksadana campuran yang juga terkoreksi masing-masing 0,52 persen dan 0,21 persen.
Alhasil hanya indeks reksadana pasar uang yang mampu menorehkan kinerja positif pada pekan lalu dengan kenaikan 0,05 persen.
Di sisi lain, top 10 produk reksadana yang berhasil mencatatkan imbal hasil (return) mingguan tertinggi pada pekan lalu ditempati oleh berbagai jenis reksadana, di mana produk reksadana campuran memimpin dengan 4 produk, sementara sisanya merupakan produk reksadana saham dan pendapatan tetap masing-masing 3 produk.
Sumber: Bareksa
Perlu diketahui, reksadana adalah wadah untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang telah terkumpul tersebut nantinya akan diinvestasikan oleh manajer investasi ke dalam beberapa instrumen investasi seperti saham, obligasi, atau deposito.
Reksadana juga diartikan sebagai salah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal, khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitung risiko atas investasi mereka.
(KA01/Arief Budiman/AM)
***
Ingin berinvestasi aman di reksadana yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Download aplikasi reksadana Bareksa di App Store
- Download aplikasi reksadana Bareksa di Google Playstore
- Belajar reksadana, klik untuk gabung Komunitas Bareksa di Facebook. GRATIS
DISCLAIMER
Investasi reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.