Bareksa.com - Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat, akan ada penggalangan dana Rp74,98 triliun menjelang akhir tahun ini yang bersumber dari penawaran umum perdana (initial public offering/IPO) saham, rights issue dan penerbitan obligasi. Besarnya penggalangan dana tersebut menjadi sentimen positif terhadap pasar modal dan juga instrumen reksadana berbasis saham.
Direktur Penilaian Perusahaan BEI I Gede Nyoman Yetna menjelaskan, dari sisi IPO, hingga 9 November 2021, terdapat 28 perusahaan dalam pipeline pencatatan saham BEI. Potensi penggalangan dana dari IPO saham tersebut mencapai Rp31,27 triliun (berdasarkan nilai nominal).
Sebanyak 28 perusahaan yang akan mencatatkan saham pada semester II 2021 didominasi oleh perusahaan beraset besar.
"Sebanyak tiga dari 28 perusahaan yang akan listing memiliki aset di bawah Rp50 miliar, sembilan perusahaan memiliki aset di antara Rp50 hingga Rp250 miliar dan 16 perusahaan lainnya memiliki aset di atas Rp250 miliar," jelas Nyoman dalam keterangan resmi, Selasa (9/11).
Dari segi sektor, sebanyak dua perusahaan berasal dari sektor basic materials, dua perusahaan dari sektor industrials, satu perusahaan dari sektor transportasi dan logistik, lima perusahaan dari sektor consumer non-cyclicals, delapan perusahaan dari sektor consumer cyclicals, dua perusahaan dari sektor teknologi, tiga perusahaan dari sektor energi, satu perusahaan dari sektor keuangan, satu perusahaan dari sektor properties and real estate serta tiga perusahaan dari sektor infrastruktur.
Sementara untuk rencana rights issue, BEI mencatat ada 40 perusahaan yang akan melakukan rights issue dengan potensi dana Rp24,44 triliun. Dari jumlah tersebut, perusahaan yang menargetkan penghimpunan dana lebih dari Rp1 triliun ada sebanyak 10 perusahaan.
Selain rencana pencatatan saham tersebut, saat ini terdapat 14 rencana emisi obligasi atau sukuk dari 13 perusahaan. Potensi penggalangan dana dari emisi obligasi itu mencapai Rp19,27 triliun. Dari 14 rencana emisi tersebut, delapan emisi di antaranya bernilai lebih dari Rp1 triliun.
Di sisi lain, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat hingga 26 Oktober 2021, penghimpunan dana di pasar modal mencapai Rp273,9 triliun. Nilai ini meningkat 282,8 persen dari periode yang sama tahun lalu. Penghimpunan dana tersebut salah satunya berasal dari 40 emiten baru.
Selain itu, OJK juga asih memproses penawaran umum dari 82 emiten. Potensi penggalangan dana dari emiten tersebut mencapai Rp43,32 triliun.
Besarnya penggalangan dana ini tentunya meningkatkan daya tarik dan menambah minat investor untuk lebih banyak berinvestasi di pasar modal. Hal ini juga menjadi sentimen positif instrumen reksadana berbasis saham.
Berdasarkan data Bareksa, sebanyak 45 produk reksadana saham di Bareksa hampir semuanya mencatat tingkat pengembalian (return) yang positif. Manulife Saham Andalan dari PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI) menjadi produk yang mencatatkan return tertinggi, yakni 55,22 persen dalam setahun.
Tingginya tingkat pengembalian reksadana Manulife Saham Andalan ini ditopang oleh alokasi dana 96,07 persen di saham dan 3,93 persen di pasar uang. Manulife Saham Andalan juga menempatkan portofolionya di emiten berkapitalisasi besar (big caps) dan juga medium cap.
Selain Manulife Saham Andalan, reksadanaSucorinvest Sharia Equity Fund dari PT Sucorinvest Asset Management juga mencatat return yang signifikan, yakni 47,95 persen dalam setahun. Sucorinvest Sharia Equity Fund menempatkan dananya di lima emiten utama, yakni PT Adhi Karya Tbk (ADHI), PT Buyung Poetra Sembada Tbk (HOKI), PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS), PT PP London Sumatra Tbk (LSIP), dan PT Samindo Resources Tbk (MYOH).
Di luar dua reksadana ini, reksadana lainnya membukukan return yang cukup signifikan, yakni mencapai 30,69 persen dalam setahun seperti Trim Kapital Plus. Lalu, reksadana lain dengan return di rentang 1 persen hingga 29 persen dalam setahun.
Perlu diketahui, reksadana adalah wadah untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang telah terkumpul tersebut nantinya akan diinvestasikan oleh manajer investasi ke dalam beberapa instrumen investasi seperti saham, obligasi, atau deposito.
Reksadana juga diartikan sebagai salah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal, khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitung risiko atas investasi mereka.
(K09/AM)
***
Ingin berinvestasi aman di reksadana yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Download aplikasi reksadana Bareksa di App Store
- Download aplikasi reksadana Bareksa di Google Playstore
- Belajar reksadana, klik untuk gabung Komunitas Bareksa di Facebook. GRATIS
DISCLAIMER
Investasi reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.