Bareksa.com - Harga minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) mencapai harga tertingginya pada Rabu, (6/10). Hal ini mendorong peningkatan saham dan juga reksadana berbasis saham CPO. Setidaknya ada dua reksadana yang memiliki portofolio saham emiten CPO.
Berdasarkan data dari Bursa Malaysia yang dikutip dari Bisnis Indonesia pada Rabu (6/10), harga CPO untuk kontrak Desember 2021 mencapai harga tertinggi pada 4.879 ringgit per ton sebelum di harga setelmen 4.738 ringgit per ton.
Sementara itu, harga CPO berjangka kontrak pengiriman bulan Januari 2022 terpantau naik 130 poin ke 4.646 ringgit per ton setelah sempat mencapai titik tertingginya pada 4.780 ringgit per ton.
Lonjakan harga CPO seiring ancaman krisis energi yang melanda berbagai negara akibat kelangkaan pasokan gas. Sekadar informasi, pada Ahad (3/10/2021) harga gas alam di Henry Hub (Oklahoma, AS) melesat 19,45 persen. Sejak akhir 2020, harga gas alam telah meroket 118,35 persen year to date/YTD.
Harga gas yang semakin mahal membuat biaya pembangkitan listrik dengan bahan bakar ini semakin tidak ekonomis. Di Eropa, biaya pembangkitan listrik dengan gas alam adalah EUR 75,725/MWh pada 28 September 2021. Dengan batu bara, harganya hanya EUR 50,53/MWh.
Namun Eropa dan China sudah terlanjur punya komitmen untuk mengurangi konsumsi batu bara yang dinilai tidak ramah lingkungan. Dengan harga gas yang naik terus, perburuan terhadap sumber-sumber energi primer pun menggila. Bahkan batu bara yang sempat 'dicuekin' kini kembali dilirik.
Indonesia adalah eksportir terbesar dunia untuk batu bara dan minyak kelapa sawit (crude palm oil/CPO). Kenaikan harga dua komoditas ini tentu akan mendongkrak kinerja ekspor Indonesia. Tidak hanya menggairahkan perekonomian nasional, kenaikan ekspor juga akan menopang stabilitas nilai tukar rupiah.
Kondisi ini membuat saham-saham terkait energi di Bursa Efek Indonesia, seperti saham-saham batu bara dan CPO meroket beberapa waktu terakhir, sehingga mendongkrak kinerja reksadana yang memiliki saham-saham tersebut.
Beberapa saham emiten yang memiliki bisnis perkebunan sawit tercatat melesat. Berdasarkan data RTI, saham PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) sudah melesat 3,54 persen ke level Rp10.250, jelang penutupan perdagangan sesi 1, Rabu (6/10).
Saham perkebunan sawit milik grup Indofood, PT PP London Sumatra Indonesia Tbk (LSIP) juga melejit 7,66 persen ke level Rp1.475 jelang penutupan perdagangan sesi 1. Grup Indofood yang lain, PT Salim Ivomas Pratama Tbk (SIMP) meningkat 5,81 persen ke level Rp510.
Saham PT Dharma Satya Nusantara Tbk (DSNG) meningkat 10,92 persen ke level Rp660. PT Triputra Agro Persada Tbk (TAPG) melesat 14,01 persen ke level Rp 895 dan PT Eagle High Plantation Tbk (BWPT) meningkat 8,16 persen ke level Rp106.
Adapun saham PT Sampoerna Agro Tbk (SGRO) sesi I hari ini (7/10/2021) naik 0,26 persen ke Rp1.960. Sebulan terakhir saham SGRO naik 8,59 persen. Adapun saham LSIP melesat 28,44 persen.
Seiring melesatnya harga CPO dan saham emiten CPO, bagaimana kinerja reksadana yang memiliki aset saham CPO? Berdasarkan daftar reksadana yang tersedia di Bareksa, terdapat 3 reksadana yang mengganggam saham emiten CPO berdasarkan fund fact sheet Agustus 2021.
Tiga reksadana tersebut ialah reksadana saham Sucorinvest Sharia Equity Fund, reksadanaSucorinvest Maxi Fund yang memiliki aset LSIP dan reksadana campuran Setiabudi Dana Campuran yang mengempit saham SGRO.
Selengkapnya yuk kepoin kinerja tiga reksadana tersebut seperti ulasan berikut ini :
Sumber : Bareksa
Menurut catatan Bareksa, dalam periode setahun terakhir kinerja tiga reksadana beraset saham CPO berhasil mencatatkan cuan antara 29,85 persen oleh Setiabudi Dana Campuran hingga 69,29 persen oleh Sucorinvest Sharia Equity Fund. Sedangkan Sucorinvest Maxi Fund membukukan imbalan 34,13 persen.
Sepanjang tahun berjalan (per 6 Oktober 2021), reksadana Setiabudi Dana Campuran mencatatkan imbalan tertinggi dengan imbal hasil 9,42 persen. Kemudian disusul Sucorinvest Sharia Equity Fund 8,92 persen dan Sucorinvest Maxi Fund 2,41 persen.
Sebulan terakhir, imbalan tertinggi dibukukan reksadana Sucorinvest Sharia Equity Fund dengan return 10,17 persen, disusul Setiabudi Dana Campuran 7,91 persen dan Sucorinvest Maxi Fund 5,61 persen.
Sumber : Bareksa
Perlu diketahui, reksadana adalah wadah untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang telah terkumpul tersebut nantinya akan diinvestasikan oleh manajer investasi ke dalam beberapa instrumen investasi seperti saham, obligasi, atau deposito.
Reksadana juga diartikan sebagai salah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal, khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitung risiko atas investasi mereka.
(Bintang Yuliyanto/Abdul Malik)
***
Ingin berinvestasi aman di reksadana yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Download aplikasi reksadana Bareksa di App Store
- Download aplikasi reksadana Bareksa di Google Playstore
- Belajar reksadana, klik untuk gabung Komunitas Bareksa di Facebook. GRATIS
DISCLAIMER
Investasi reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.