Bareksa.com - Trimegah Asset Management atau Trimegah AM menilai reksadana campuran menjadi instrumen investasi yang absolut di masa pandemi dengan kondisi ekonomi fluktuatif.
Komposisi reksadana campuran yang tidak mengharuskan minimum investasi pada saham 80 persen, dinilai jadi alasan reksadana campuran merupakan investasi terselamatkan karena bersifat fleksibel dan adaptif.
Direktur Utama Trimegah AM Antony Dirga mengatakan kondisi ekonomi terkait pandemi selama dua tahun terakhir ini memperpanjang konsolidasi yang terjadi pada Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), sehingga sudah empat tahun lamanya tidak bergerak ke mana-mana.
"Stabil di satu sisi. Cuma indeks saham yang kita harapkan rata-rata naik per tahun ternyata malah stagnan. Indeks LQ45 malah lebih parah, delapan tahun tidak ke mana-mana," kata Antony dalam keterangan tertulis (21/8/2021).
Kondisi tersebut, menurut Antony, membuat fund manager atau manajer investasi/MI tertantang untuk memilih instrumen investasi lebih cermat dan mengalahkan pasar.
Ia menjelaskan di Trimegah AM, perspektif lama yang selalu mengacu pada indeks tertentu kemudian diubah dan timbul ide untuk melebarkan dan mengambil approach yang lebih fleksibel.
Ia melanjutkan langkah yang diambil adalah dengan mengambil platform paling fleksibel yang diizinkan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yaitu reksadana campuran.
"Campuran boleh 1 hingga 79 persen per tipe instrumen, bebas bergerak, fleksibel dan adaptif. Hal itu dimungkinkan untuk menghadapi market yang volatile, hadirlah Reksa Dana Campuran Trimegah Balanced Absolute Strategy (BASTRA)," ujar Antony.
Ia menjelaskan BASTRA diluncurkan 2,5 tahun yang lalu. Sejak BASTRA dikeluarkan, kinerja IHSG secara kumulatif dalam kondisi minus hampir 5 persen. Namun BASTRA menghasilkan kinerja kumulatif hampir 60 persen. Ketika IHSG tidak bergerak, BASTRA justru mampu menelurkan kinerja yang cukup baik.
Menurut Antony, di BASTRA, Trimegah fokus acuannya mengalahkan suku bunga deposito plus 5 persen dan bukan mengalahkan IHSG atau LQ45 seperti umumnya reksadana saham.
"Ketika kami fokus mengalahkan misal IHSG, kalau IHSG negatif minus 37, kami minus 20, maka kami sudah mengalahkan IHSG, akan tapi investor tetap tidak happy karena investor maunya return yang absolut, maunya positif. Perspektif ini yang berbeda di BASTRA, kami ganti objective-nya untuk mengalahkan suku bunga deposito plus 5 persen. Nah ternyata menarik, dan hasilnya berbeda" jelasnya.
Ia menambahkan dalam membeli saham, Trimegah juga memastikan saham tersebut dibeli berdasarkan target return yang positif, bukan karena saham tersebut memiliki bobot tertentu di indeks saham.
Sebaliknya, ia melanjutkan jika ada proyeksi bahwa IHSG tidak akan bergerak untuk sementara waktu, maka dana yang ada bisa diinvestasikan secara fleksibel pada instrumen obligasi atau pasar uang sehingga diharapkan bisa tetap menghasilkan return yang positif untuk produk reksadana campuran BASTRA.
Hal tersebut dilakukan sambil menunggu opportunity yang baik untuk kembali membeli saham yang prospektif. Antony menyebutkan, pada 2020 kinerja BASTRA positif 22,9 persen sementara IHGS minus 5,1 persen.
Hal itu terjadi karena manajer investasi Trimegah AM dapat bermanuever dengan fleksibel dan berhasil mengantisipasi situasi Covid-19 yang akan semakin parah di awal-awal masa pandemi terjadi.
Pada Januari tahun lalu, ia mengaku masih santai tapi juga melihat kondisi yang kurang baik. Makanya lalu memotong alokasi saham di portofolio hingga sekitar 20 persen. Kemudian saat market bergerak turun 37 persen, pihaknya juga turun saat itu tidak turun sebanyak 37 persen.
"Dan ketika kami melihat bahwa akan ada solusi untuk situasi pandemi ini, ada vaksin dan sebagainya, ketika near the bottom kita naikkan porsi saham di portofolio. Beberapa pilihan saham contohnya Antam di Desember 2020 yang bergerak naik hampir 70 persen. Ada juga saham Telkom yang dibeli di kuartal 4 2020 dan profit taking dilakukan di awal Januari 2021," paparnya.
Antony menekankan fund manager BASTRA bekerja maksimal dalam mengelola dana investor. Fund manager dan analis selalu melakukan diskusi dan memantau data.
Ketika membeli saham ataupun obligasi, harus ada tesis dan alasannya. Jika kemudian berdasarkan data yang baru ada tesis yang salah, fund manager tidak segan dan ragu-ragu untuk keluar. Ketika berinvestasi di BASTRA, investor cukup duduk tenang dan biarkan fund manager bekerja melakukan analisa dan juga alokasi aset secara proaktif.
Antony menyarankan kepada investor untuk melakukan due dilligence yang mendalam dalam memilih manajer investasi sehingga mereka bisa mengerti approach dan strategi yang digunakan oleh manajer investasi tersebut. Caranya, mengikuti kelas-kelas edukasi atau webinar gratis yang sering diadakan oleh banyak manajer investasi termasuk Trimegah AM di Zoom, Instagram maupun Youtube.
"Investor untuk melakukan investasi perlu sesuaikan dengan profil risiko masing-masing," lanjutnya menyarankan.
(Martina Priyanti/AM)
***
Ingin berinvestasi aman di reksadana yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Download aplikasi reksadana Bareksa di App Store
- Download aplikasi reksadana Bareksa di Google Playstore
- Belajar reksadana, klik untuk gabung Komunitas Bareksa di Facebook. GRATIS
DISCLAIMER
Investasi reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.