Begini Kinerja Reksadana Sepanjang Januari - Juli 2021

Abdul Malik • 03 Aug 2021

an image
Ilustrasi investasi di reksadana dan SBN yang terus bertumbuh di tengah gejolak pasar karena dibayangi lonjakan kasus Covid-19 dan sentimen tapering. (Shutterstock)

Reksadana pasar uang dan reksadana pendapatan tetap tercatat berkinerja paling baik dibandingkan jenis reksadana lainnya

Bareksa.com - Reksadana pasar uang dan reksadana pendapatan tetap tercatat berkinerja paling baik dibandingkan jenis reksadana lainnya selama tujuh bulan terakhir. Sebaliknya, pada periode yang sama, reksadana saham dan reksadana campuran mengalami koreksi.

Kinerja reksadana saham yang tercermin dari Infovesta 90 Equity Fund Index, terkoreksi 9,32 persen. Sementara itu reksadana campuran terkoreksi 3,31 persen.

Di sisi lain kinerja reksadana pasar uang yang tercermin dari Infovesta 90 Money Market Fund Index berkinerja paling baik dengan return 1,94 persen selama tujuh bulan terakhir. Reksadana pendapatan tetap berkinerja kedua terbaik dengan catatan return 1,91 persen.

Apa penyebab reksadana pasar uang dan reksadana pendapatan tetap bisa berkinerja positif? Direktur Panin Asset Management, Rudiyanto menyampaikan baiknya kinerja reksadana pasar uang karena risikonya paling minim dan ditempatkan di deposito dan obligasi jangka pendek.

"Umumnya fluktuasi harga walaupun ada juga minimal sehingga kemungkinan besar akan selalu positif tiap tahunnya dengan imbal hasil sedikit di atas deposito," kata Rudiyanto seperti dilansir Kontan.co.id (2/8/2021).

Rudiyanto menilai terkoreksinya kinerja reksadana saham tidak jauh dari kinerja saham kapitalisasi besar (big caps) yang turun lebih dari 10 persen. Hal itu tercermin dari indeks saham LQ45 dan IDX30.

Dia melihat tren saham teknologi atau terkait dengan teknologi masih berlangsung. "Memang reksadana saham ada yang juga masuk ke sektor ini (teknologi) tapi secara umum bobotnya masih cenderung lebih banyak ke big caps sehingga kinerjanya mengikuti LQ45 dan IDX30 yang negatif," lanjut Rudiyanto.

Untuk reksadana pendapatan tetap, Rudiyanto melihat di bulan Februari-Maret harga obligasi yang sempat turun karena adanya sentimen tapering oleh Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed). Hanya saja, saat ini sentimen tersebut seiring waktu semakin berkurang. Dia memperkirakan kebijakan dovish masih akan berlanjut.

Pengelolaan Reksadana

Menurut Rudiyanto dalam pengelolaan reksadana pendapatan tetap, jika harga obligasi terus naik maka dia akan memilih obligasi pemerintah yang durasinya lebih pendek dan atau obligasi korporasi yang berkualitas.

Di sisi lain untuk pengelolaan reksadana saham, dia mengaku akan mencoba mengidentifikasi saham-saham yang memiliki potensi earning surprise, seperti sektor komoditas dan siklikal yang bisnisnya pulih seiring dengan pelonggaran PPKM.

"Untuk sektor teknologi atau terkait teknologi juga akan masuk tapi sifatnya lebih taktikal," kata dia.

Ia menyampaikan vaksinasi yang berjalan baik akan menjadi sentimen positif. Selain itu, di akhir tahun, dengan adanya sentimen positif dari IPO dari saham teknologi, IHSG berpeluang mencapai 6.700-6.800 di akhir tahun. Hal lainnya menurut perkiraannya, kenaikan harga obligasi masih akan berlanjut hingga akhir tahun.

(Martina Priyanti/AM)

​***

Ingin berinvestasi aman di reksadana yang diawasi OJK?

- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Download aplikasi reksadana Bareksa di App Store
- Download aplikasi reksadana Bareksa di Google Playstore
- Belajar reksadana, klik untuk gabung Komunitas Bareksa di Facebook. GRATIS 

DISCLAIMER​
Investasi reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.