Bareksa.com - Mengakhiri pekan keempat Mei 2021 yang hanya berjalan dengan empat hari perdagangan, bursa saham Tanah Air mengalami apresiasi cukup baik hingga berhasil mencatatkan kinerja positif secara mingguan.
Sempat melemah di hari perdagangan pertamanya, IHSG menutup tiga hari perdagangan berikutnya di zona hijau. Dalam periode 24 – 28 Mei 2021, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil mengakumulasi kenaikan 1,31 persen ke level 5.848,62.
Di sisi lain, sepanjang pekan lalu investor asing juga terlihat “bernafsu” memborong aset berisiko Tanah Air yang tercermin dari adanya aksi beli bersih (net foreign buy) senilai Rp1,98 triliun di keseluruhan pasar.
Pada pekan lalu, data ekonomi Amerika Serikat (AS) yang bagus membuat Wall Street sumringah dan positive vibes-nya menyebar ke pasar keuangan Asia tak terkecuali Indonesia.
Data yang dimaksud adalah jumlah warga AS baru yang mengajukan klaim pengangguran turun jauh melebihi ekspektasi pekan lalu dan menjadi level terendah selama 14 bulan terakhir di angka 406.000 seiring dengan restriksi pasca Covid-19 yang terus diperlonggar.
Sementara dari dalam negeri, Bank Indonesia (BI) juga memutuskan untuk menahan suku bunga acuan di level 3,5 persen, yang merupakan level terendah sejak Indonesia merdeka. Fokus BI sekarang adalah menjaga stabilitas rupiah.
Rupiah yang stabil menjadi salah satu modal utama bagi investor asing untuk membeli aset keuangan domestik. Ketika rupiah stabil maka kepercayaan investor asing akan terbangun sehingga mereka menjadi lebih yakin berinvestasi di dalam negeri.
Tak hanya pasar saham yang bergerak positif pada pekan keempat Mei 2021, pasar obligasi juga tak luput mendapatkan apresiasi dari pelaku pasar.
Bank Indonesia (BI) mencatat aktivitas non residen di pasar keuangan domestik mencatatkan aksi beli neto di pasar Surat Berharga Negara (SBN) Rp5,45 triliun sepanjang 24-27 Mei 2021. Adanya inflow ini selain membuat harga SBN naik juga turut mendongkrak nilai tukar rupiah.
Dalam sepekan kemarin, harga SBN RI tenor 10 tahun mengalami apresiasi yang tercermin dari penurunan imbal hasil (yield). Pekan sebelumnya yield untuk tenor acuan ini berada di level 6,52 persen. Kemudian per akhir pekan lalu ini yield turun 9 basis poin (bps) menjadi 6,43 persen.
Apabila dibandingkan dengan negara berkembang lain yang memiliki rating BBB oleh Fitch, imbal hasil yang ditawarkan dari berinvestasi di SBN Tanah Air masih yang tergolong tinggi dengan risiko yang cenderung relatif lebih rendah tercermin dari premi risiko (credit default swap/CDS).
BI mencatat premi CDS Indonesia 5 tahun turun ke level 75,81 bps per 27 Mei 2021 dari sebelumnya 77,69 bps per 21 Mei 2021. Dengan imbal hasil yang lebih tinggi tetapi CDS lebih rendah dari Rusia, Mexico dan Brazil pantas saja aset SBN RI diburu oleh asing.
Seiring positifnya kinerja pasar saham dan obligasi sepanjang pekan lalu, kinerja indeks reksadana juga kompak positif.
Berdasarkan data Bareksa, 8 indeks reksadana membukukan kenaikan nilai aktiva bersih sepanjang pekan keempat Mei 2021. Kenaikan tertinggi dibukukan indeks reksadana saham dengan yang naik 0,77 persen.
Kemudian disusul indeks reksadana campuran meningkat 0,53 persen, indeks reksadana saham syariah 0,33 persen, indeks reksadana campuran syariah 0,24 persen, indeks reksadana pasar uang syariah 0,22 persen, indeks reksadana pendapatan tetap 0,12 persen, indeks reksadana pendapatan tetap syariah 0,11 persen, serta indeks reksadana pasar uang 0,1 persen.
Sumber : Bareksa
***
Ingin berinvestasi aman di reksadana yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Download aplikasi reksadana Bareksa di App Store
- Download aplikasi reksadana Bareksa di Google Playstore
- Belajar reksadana, klik untuk gabung Komunitas Bareksa di Facebook. GRATIS
DISCLAIMER
Investasi reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.