Bareksa.com - Afifa, Presiden Direktur PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI) yang juga merupakan Ketua Asosiasi Manajer Investasi Indonesia (AMII) menyatakan potensi pertumbuhan industri reksadana nasional masih sangat besar. Sebab hingga saat ini jumlah investor reksadana hanya merepresentasi 1,4 persen dari total jumlah penduduk Indonesia.
"Jumlah investor reksa dana per akhir Februari 2021 mencapai 3,8 juta, sementara penduduk Indonesia adalah 270,2 juta (survei BPS September 2020), sehingga investor reksadana hanya mewakili 1,4 persen dari total seluruh penduduk Indonesia. Melihat jumlah investor dan jumlah penduduk, artinya potensi pertumbuhan reksadana masih sangat besar," ungkap Afifa kepada Bareksa (14/4/2021).
Sumber : materi presentasi Afifa berjudul "Tahun Kebangkitan Reksa Dana"
Menurut Afifa, penopang lainnya investor reksadana Indonesia kini mendapatkan beragam kemudahan dalam bertransaksi reksadana. Kini lebih banyak pilihan tempat bertransaksi investasi dengan beragam fitur yang menawarkan kenyamanan.
Seperti saran investasi dengan robo-advisor, pembayaran melalui internet banking dengan verifikasi otomatis atau melalui e-wallet di platform e-commerce pilihannya, pencairan segera, cek transaksi dan saldo melalui AKSes PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) dan lainnya.
Potensi pertumbuhan reksadana, juga ditopang oleh investor milenial. Afifa menyampaikan dari total penduduk Indonesia yang ada, dua segmen terbesar di kelompok umur 8 tahun-23 tahun dan 24 tahun-39 tahun. Di sisi lain, data KSEI mencatat, porsi kelompok usia di bawah 30 tahun terus tumbuh. Ini menunjukkan besarnya potensi investor di segmen milenial.
"Kami melihat tren ini berlaku sama di industri. Terlebih dengan perkembangan digital dan maraknya marketplace reksadana, di mana banyak kalangan milenial yang cenderung memilih berinvestasi melalui skema ini. Karena itu, kami fokus mengembangkan kanal digital secara internal (www.klikmami.com) dan terbuka untuk menjalin kerja sama dengan berbagai partner yang bergerak di bidang marketplace reksadana digital," Afifa menjelaskan.
Mengenai potensi pertumbuhan investor reksadana hingga akhir tahun ini, Afifa tetap optimistis jumlahnya akan terus bertumbuh.
Sumber : materi presentasi Afifa berjudul "Tahun Kebangkitan Reksa Dana"
Adapun dari sisi dana kelolaan, menurut Afifa, peluang pertumbuhan industri reksadana masih sangat terbuka. Hal ini terlihat dari sisi penetrasi reksadana yang relatif masih rendah dibandingkan Produk Domestik Bruto (PDB).
Sebagai gambaran, pada tahun lalu kala PDB Indonesia tercatat Rp15.434,15 triliun, sehingga dana kelolaan reksadana baru sekitar 5,8 persen dari PDB.
Sumber : materi presentasi Afifa berjudul "Tahun Kebangkitan Reksa Dana"
Afifa menyatakan di tengah kondisi pandemi pada tahun lalu dan perlambatan ekonomi global, industri reksadana masih mengalami peningkatan 5,8 persen dengan kelolaan mencapai Rp573,5 triliun.
"Di MAMI sendiri, dana kelolaan reksadana kami mengalami pertumbuhan 66,2 persen atau mencapai Rp49,4 triliun pada akhir tahun lalu, sementara total dana kelolaan MAMI masih tumbuh 30 persen mencapai Rp97,2 triliun pada waktu yang sama," ungkap Afifa.
Mengenai penurunan dana kelolaan AUM industri reksadana pada kuartal I 2021 bila dibandingkan posisi pada akhir Desember 2021, Afifa menyatakan penurunan itu lebih dikarenakan efek market volatility.
"Kinerja pasar saham dan obligasi masih berfluktuasi, terutama karena faktor global, khususnya di bulan Maret sehingga AUM turun karena market effect (kinerja pasar negatif)," ungkapnya.
Laporan Bareksa : Mutual Fund Industry Data Market – Monthly Report March 2021, yang mengolah data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyebutkan kelolaan industri reksadana turun 1 persen secara bulanan (MoM) dan sepanjang tahun berjalan (YtD) jadi Rp565,8 triliun. Meski begitu secara tahunan dana kelolaan industri reksadana tumbuh 20 persen.
Tertekannya kelolaan reksadana seiring dengan gejolak pasar. Sepanjang Maret 2021, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terjerembab jeblok hingga 4,11 persen dan ditutup di 5.986 atau di bawah level psikologis 6.000. Kinerja indeks saham yang tertekan tersebut turut menekan kinerja hampir semua indeks reksadana sehingga turut menekan kelolaannya.
(Martina Priyanti/AM)
***
Ingin berinvestasi aman di reksadana yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Pilih reksadana, klik tautan ini
- Belajar reksadana, klik untuk gabung di Komunitas Bareksa. GRATIS
DISCLAIMER
Semua data kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini adalah kinerja masa lalu dan tidak menjamin kinerja di masa mendatang. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.