Bareksa.com - Industri reksadana nasional mencatatkan dana kelolaan (asset under management/AUM) dan jumlah investor yang cukup signifikan pada Februari 2021, yakni masing-masing mencapai Rp571,7 triliun dan 3,88 juta orang. PT Bahana TCW Investment Management menilai, perkembangan tersebut ditopang oleh dua faktor utama.
Direktur Strategi Investasi dan Kepala Makro Ekonomi PT Bahana TCW Investment Management Budi Hikmat, menjelaskan faktor pertama yang mempengaruhi kinerja industri reksadana adalah kondisi makro ekonomi.
"Kondisi ekonomi pada saat pandemi Covid-19 dan tahun 1998 berbeda sekali. Salah satu yang membedakannya adalah jumlah uang yang beredar meningkat karena stimulus yang diberikan pemerintah masif sekali. Bank Indonesia juga tidak hanya menurunkan suku bunga, tapi juga melakukan quantitative easing," jelas Budi di Jakarta belum lama ini.
Hal yang mendukung lainnya adalah kemajuan teknologi dan kebangkitan pasar modal. Pemerintah dalam hal ini juga mendorong penjualan Surat Berharga Negara (SBN) Ritel melalui platform online seiring dengan kemajuan teknologi ini.
Sementara faktor kedua yang mempengaruhi industri reksadana adalah kondisi demografis Indonesia. Budi menjelaskan, generasi milenial yang berusia 40 tahun ke bawah mulai berpikir untuk menyiapkan dana masa depannya. Pasalnya, mereka ingin memiliki tingkat kekayaan yang lebih baik dari orang tuanya, di sisi lain juga ingin mempersiapkan dana untuk anak-anaknya.
"Hal ini terlihat dari porsi investor domestik ritel yang sudah meningkat pesat mencapai 70 persen dari sisi trading value dan sudah mengalahkan investor asing," terang dia.
Melihat momentum ini, Bahana TCW mencoba memanfaatkan peluang untuk menumbuhkan dana kelolaannya. Budi menjelaskan, sejauh ini, investor di Bahana ada yang berinvestasi melalui layanan private banking. Tipe investor ini cenderung ini lebih konservatif pada tahun lalu sehingga banyak masuk ke Surat Berharga Negara.
Sementara investor baru langsung berinvestasi ke saham. Melihat dua tipe jenis investor ini, Bahana merangkulnya melalui salah satu produk reksadanaindeks dan reksadana pendapatan tetap, yakni Bahana Asian Bond Fund yang pertumbuhannya cukup pesat tahun lalu.
Ke depan, seiring perkembangan jumlah uang beredar dan penanganan Covid-19 yang lebih baik, Bahana mulai meningkatkan aktivitas untuk mendorong reksadana saham. Apalagi saat ini, reksadana pendapatan tetap cukup terkoreksi karena harga SBN yang menurun.
"Untuk ke depan, pertarungannya ada di reksadana saham dan segmen ritel yang menjadi fokus tahun ini dan tahun depan," papar dia.
Untuk mendukung penjualan produk ini, Bahana mulai memanfaatkan penjualan secara online. Namun memang tulang punggung bisnis Bahana sejauh ini masih nasabah institusi sehingga perseroan akan lebih mengerahkan tenaga untuk mengembangkan platform demi menjaring investor ritel. Apalagi peluang untuk menumbuhkan reksadana secara online ini cukup besar.
"Saat ini sekitar Rp1.425 triliun dana individu yang ada di deposito dan suku bunga bank juga turun. Jika semua industri dapat 10 persen saja, yakni sekitar Rp140 triliun, maka potensinya sangat besar. Sehingga yang paling penting saat ini adalah komitmen untuk memperbaiki sistem," jelas dia.
(K09/AM)
***
Ingin berinvestasi aman di reksadana yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Pilih reksadana, klik tautan ini
- Belajar reksadana, klik untuk gabung di Komunitas Bareksa. GRATIS
DISCLAIMER
Semua data kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini adalah kinerja masa lalu dan tidak menjamin kinerja di masa mendatang. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.