Bareksa.com - Menutup perdagangan terakhir di kuartal I 2021, bursa saham Tanah Air mengalami turbulensi sangat parah hingga ditutup di bawah level psikologis 6.000. Pada perdagangan Rabu (31/3/2021), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup anjlok 1,42 persen ke level 5.985,52.
Di sisi lain, investor juga terlihat berlomba-lomba melepas aset berisiko mereka yang tercermin dari masifnya aksi jual bersih (net foreign sell) senilai Rp1,03 triliun di pasar reguler.
Anjloknya IHSG disebabkan adanya kombinasi sentimen negatif yang terjadi secara berbarengan baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Sentimen negatif dari dalam negeri muncul dari wacana pengurangan investasi saham dan reksadana oleh BPJS Ketenagakerjaan (BP Jamsostek).
Seperti diketahui BPJS merupakan salah satu investor institusi raksasa di bursa saham Tanah Air, sehingga apabila porsi investasi mereka dikurangi maka ada potensi capital outfow dari pasar modal dalam jumlah cukup besar.
Direktur Utama BPJS Ketenagakerjaan Anggoro Eko Cahyo mengungkapkan rencana pengurangan investasi tersebut dalam rapat dengar pendapat bersama Dewan Pengawas BPJS Ketenagakerjaan dan Komisi IX DPR. Langkah ini dilakukan dalam rangka asset matching liabilities (ALMA) jaminan hari tua (JHT). Ada tiga strategi yang disampaikan BP Jamsostek.
"Pertama, strategi investasi dengan melakukan perubahan dari saham dan reksadana ke obligasi dan investasi langsung sehingga bobot instrumen saham dan reksadana semakin kecil," jelas Anggoro, Selasa (30/3/2021).
Sementara dari luar, risiko capital outflow juga muncul akibat tekanan jual seiring dengan kenaikan imbal hasil (yield) obligasi pemerintah Amerika Serikat (AS) bertenor 10 tahun ke posisi tertinggi selama 14 bulan yakni di atas level 1,7 persen.
Ambrolnya IHSG di hari perdagangan terakhir kuartal I 2021 membuat kinerja indeks saham kebanggaan Indonesia tersebut sepanjang tiga bulan pertama tahun ini hanya mencatatkan pertumbuhan 0,11 persen.
Sumber: Bareksa
Sejalan dengan hal tersebut, kinerja reksadana berbasis ekuitas justru secara umum mengalami kontraksi lebih dalam dengan mencatatkan pertumbuhan negatif.
Berdasarkan data Bareksa, indeks reksadana saham dan indeks reksadana saham syariah kompak mencatatkan penurunan masing-masing 4 dan 5,36 persen sepanjang kuartal I 2021.
Adapun beberapa produk reksadana saham yang tersedia di Bareksa yang mampu melampaui kinerja (outperform) terhadap IHSG hingga akhir kuartal I 2021 adalah sebagai berikut.
Top 10 Reksadana Saham Imbalan Tertinggi Kuartal I 2021
Sumber: Bareksa
Top 10 reksadana saham dengan kinerja terbaik sepanjang kuartal I 2021 membukukan imbal hasil antara 0,27 persen hingga 9,12 persen. Top 3 diisi oleh reksadana saham Shinhan Equity Growth dengan imbalan 9,12 persen, kemudian Manulife Saham Syariah Asia Pasifik Dollar AS dengan imbalan 2,29 persen dan Eastspring Investments Value Discovery Kelas A dengan imbalan 2,21 persen dalam 3 bulan.
Perlu diketahui, reksadana adalah wadah untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang telah terkumpul tersebut nantinya akan diinvestasikan oleh manajer investasi ke dalam beberapa instrumen investasi seperti saham, obligasi, atau deposito.
Reksadana juga diartikan sebagai salah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal, khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitung risiko atas investasi mereka.
Reksadana saham adalah reksadana yang mayoritas aset dalam portofolionya adalah instrumen aset saham atau efek ekuitas. Reksadana jenis ini berisiko berfluktuasi dalam jangka pendek tetapi berpotensi tumbuh dalam jangka panjang.
karena itu, reksadana saham yang agresif disarankan untuk investor dengan profil risiko tinggi dan untuk investasi jangka panjang (>5 tahun). Demi kenyamanan berinvestasi, pastikan dulu tujuan keuangan dan profil risiko Anda.
(KA01/Arief Budiman/AM)
***
Ingin berinvestasi aman di reksadana yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Pilih reksadana, klik tautan ini
- Belajar reksadana, klik untuk gabung di Komunitas Bareksa. GRATIS
DISCLAIMER
Semua data kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini adalah kinerja masa lalu dan tidak menjamin kinerja di masa mendatang. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.