Bareksa.com - Tak terasa waktu begitu cepat berlalu, kuartal I 2021 telah meninggalkan kita dan ternyata bukan periode yang manis bagi pasar modal Tanah Air. Berbagai kinerja aset pasar modal cenderung mencatatkan pertumbuhan yang sangat tipis, bahkan ada pula yang menorehkan kinerja negatif.
Dari aset saham misalnya yang tercermin dalam Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) nyatanya hanya mampu tumbuh tipis 0,11 persen sepanjang tiga bulan pertama tahun ini. Padahal dalam periode tersebut IHSG sempat menyentuh level tertinggi 6.435 yang mencerminkan kenaikan 7,63 persen sepanjang tahun berjalan (YTD).
Kemudian dari aset obligasi yang tercermin dalam Indonesia Composite Bond Index (ICBI) justru bertolak belakang dengan kinerja pasar saham. Sepanjang kuartal I 2021, ICBI tercatat mengalami koreksi 2,02 persen.
Selain itu, kinerja obligasi pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN) yang tercermin dari Indobex Government Bond juga berkinerja negatif, yakni turun 2,34 persen. Adapun obligasi korporasi yang tercermin dari Indobex Corporate Bond mampu berhasil tumbuh 1,66 persen.
Menurut analisis Bareksa, pelaku pasar sebenarnya menyambut awal tahun 2021 ini dengan pandangan positif seiring dengan ekspektasi pemulihan ekonomi. Hal tersebut bahkan sempat mendorong IHSG naik hingga menembus level 6.400, sebelum akhirnya berbagai sentimen negatif muncul yang membuat mood pelaku pasar buyar.
Beberapa sentimen negatif tersebut antara lain berupa kasus harian covid-19 di Indonesia yang tembus 10.000 per hari, kemudian diperpanjangnya pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM), gejolak Wall Street, hingga naiknya kenaikan yield US Treasury yang menembus level 1,7 persen.
Kondisi pasar saham dan pasar obligasi yang kurang menguntungkan pada tiga bulan pertama tahun ini, secara umum turut menekan kinerja reksadana.
Sumber: Bareksa
Berdasarkan data Bareksa, indeks reksadana saham menjadi yang paling parah dengan depresiasi 4 persen, kemudian disusul indeks reksadana pendapatan tetap yang merosot 2,19 persen dan indeks reksadana campuran yang terpangkas 1,78 persen.
Alhasil, hanya indeks reksadana pasar uang yang mampu menorehkan kinerja positif dengan kenaikan 0,82 persen.
Meskipun kuartal I 2021 kurang menyenangkan bagi pelaku pasar, optimisme investor di kuartal diperkirakan bisa lebih baik. Hal itu didukung oleh vaksinasi di Indonesia masih terus berjalan dan diharapkan bisa mempercepat pemulihan ekonomi. Kemudian, rata-rata kasus harian positif Covid-19 juga sudah berangsur turun menjadi di kisaran 5.000-an.
Di sisi lain, di kuartal II juga biasanya akan menjadi periode bagi emiten untuk menebar dividen kepada para pemegang sahamnya, serta mulai rilis laporan keuangan.
Lalu, harga komoditas juga diperkirakan sudah mulai stabil sehingga bisa menguntungkan perusahaan berbasis ekspor. Kombinasi hal tersebut diharapkan bisa membawa Indeks Saham Tanah Air ke zona yang lebih baik.
Sementara untuk pasar obligasi, dengan inflasi yang masih rendah di kisaran 1,5 persen dan pertumbuhan ekonomi masih negatif, pada akhirnya membuat ruang pemangkasan suku bunga acuan terbuka lagi.
Apalagi, dengan harga SBN yang terkoreksi yang tercermin dari naiknya yield dalam beberapa waktu terakhir, justru membuka peluang untuk masuk di harga yang lebih murah.
Perlu diketahui, reksadana adalah wadah untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang telah terkumpul tersebut nantinya akan diinvestasikan oleh manajer investasi ke dalam beberapa instrumen investasi seperti saham, obligasi, atau deposito.
Reksadana juga diartikan sebagai salah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal, khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitung risiko atas investasi mereka.
(KA01/Arief Budiman/AM)
***
Ingin berinvestasi aman di reksadana yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Pilih reksadana, klik tautan ini
- Belajar reksadana, klik untuk gabung di Komunitas Bareksa. GRATIS
DISCLAIMER
Semua data kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini adalah kinerja masa lalu dan tidak menjamin kinerja di masa mendatang. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.