Bareksa.com - Mengakhiri pekan ketiga di Maret 2021, bursa saham Tanah Air berhasil menorehkan kinerja cenderung flat dengan hanya mengalami penurunan sangat tipis.
Sepanjang periode 15–19 Maret 2021, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami koreksi 0,03 persen ke level 6.356,16. Di sisi lain, investor asing justru mencatatkan aksi beli bersih (net foreign buy) senilai Rp978,31 miliar di pasar reguler sepanjang pekan lalu.
Sentimen yang muncul pada pekan lalu masih terkait dengan kekhawatiran atas Yield Treasury AS di mana obligasi tenor 10 tahun kembali naik imbal hasilnya. Bahkan di akhir pekan telah menyentuh level 1,73 persen.
Kemudian Bank sentral AS (The Fed) pada pekan lalu mengumumkan hasil rapat kebijakan moneternya. The Fed sebelumnya diperkirakan akan menjalankan Operation Twist guna meredam kenaikan yield tersebut.
Operation Twist dilakukan dengan menjual obligasi AS tenor pendek dan membeli tenor panjang, sehingga yield obligasi tenor pendek akan naik dan tenor panjang menurun. Hal tersebut dapat membuat kurva yield melandai.
Sementara dari dalam negeri muncul kabar baik yang menghampiri pasar, di mana impor akhirnya mengalami pertumbuhan. Badan Pusat Statistik pada Senin (15/3/2021) melaporkan pada Februari 2021, total ekspor tercatat US$15,27 miliar atau mengalami kenaikan 8,56 persen dibandingkan pada Februari 2020 (year on year/YoY) yang mencapai US$14,06 miliar.
Sementara impor Indonesia pada Februari 2021 tercatat US$ 13,26 miliar, naik 14,86 persen dibanding Februari 2020. Kenaikan impor tersebut menjadi yang pertama setelah berkontraksi selama 19 bulan beruntun. Kenaikan impor tersebut menjadi kabar baik, karena menandakan perekonomian dalam negeri sudah mulai menggeliat.
Masih dari dalam negeri, Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) yang digelar pada Kamis (18/3/2021. Keputusan ini sesuai dengan ekspektasi pasar.
Untuk mendukung pemulihan ekonomi nasional lebih lanjut, BI akan lebih mengoptimalkan kebijakan makroprudensial akomodatif, akselerasi pendalaman pasar uang, dukungan kebijakan internasional, serta digitalisasi sistem pembayaran.
Kondisi pasar saham Indonesia yang sedikit terkoreksi pada pada pekan lalu, secara umum turut menekan kinerja reksadana yang berbasis ekuitas tersebut.
Berdasarkan data Bareksa, indeks reksadana saham dan indeks reksadana saham syariah kompak mengalami penurunan masing-masing 0,19 persen dan 0,37 persen.
Sumber : Bareksa
Meskipun secara umum melemah, berdasarkan daftar reksadanayang tersedia di Bareksa masih terdapat beberapa produk reksadana saham yang berhasil menorehkan kinerja positif, bahkan terlihat mendominasi return mingguan tertinggi pada pekan lalu.
Berikut top 10 reksadana yang berhasil mencatatkan kenaikan kinerja dengan imbal hasil (return) tertinggi pada pekan lalu :
Sumber : Bareksa
Berdasarkan data tersebut, dapat dilihat top 10 reksadana dengan return tertinggi di Bareksa 5 di antaranya ditempati oleh reksadana saham, 3 lainnya produk reksadana campuran, dan 2 lainnya produk reksadana indeks & ETF yang memang semua produk ini memiliki saham sebagai underlying asset dalam portofolionya.
Perlu diketahui, reksadana adalah wadah untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang telah terkumpul tersebut nantinya akan diinvestasikan oleh manajer investasi ke dalam beberapa instrumen investasi seperti saham, obligasi atau deposito.
(KA01/Arief Budiman/AM)
***
Ingin berinvestasi aman di reksadana yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Pilih reksadana, klik tautan ini
- Belajar reksadana, klik untuk gabung di Komunitas Bareksa. GRATIS
DISCLAIMER
Semua data kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini adalah kinerja masa lalu dan tidak menjamin kinerja di masa mendatang. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.