Potensi IHSG dan Reksadana Saham di 2021

Abdul Malik • 18 Dec 2020

an image
Karyawan berjalan di dekat layar pergerakan saham di gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Jumat (11/12/2020). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berakhir di zona hijau pada perdagangan akhir pekan Jumat (11/12/2020) dengan naik tipis 0,08 persen atau naik 4,63 poin ke level 5.938,33. ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto/foc.

Kebangkitan bursa saham Tanah Air membuka peluang pasar saham terus melanjutkan tren penguatannya di 2021

Bareksa.com - Tahun 2020 tinggal menyisakan hitungan hari, pasar saham global maupun domestik telah melewati berbagai fluktuasi hebat karena dihadapkan oleh satu sentimen yang tidak pernah terduga sebelumnya, yakni pandemi Covid-19.

Di awal tahun ini, kita tentu ingat bagaimana virus yang berasal dari Wuhan (China) tersebut sukses membuat rontok berbagai bursa saham di belahan dunia, termasuk Indonesia yang sempat menyentuh level terendahnya dengan penurunan 37,49 persen year to date (YtD) per 24 Maret lalu.

Namun sejak menyentuh level tersebut, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) secara perlahan mulai bangkit dan terus meroket, sehingga penurunannya saat ii hanya tinggal menyisakan 2,96 persen YtD per 17 Desember 2020. Artinya, sejak titik terendah pada penghujung Maret tersebut hingga penutupan perdagangan kemarin, IHSG sudah meroket 55,57 persen.

Kebangkitan bursa saham Tanah Air tentu membuka peluang pasar saham untuk terus melanjutkan tren penguatannya di tahun 2021 masih cukup terbuka, terlebih didorong oleh beberapa sentimen positif yang hadir.

Tiga Faktor Penguatan IHSG

Menurut analisis Bareksa, setidaknya ada tiga faktor yang bisa menjadi motor penguatan IHSG pada tahun depan.

Pertama, faktor pemulihan ekonomi apakah berjalan sesuai harapan atau tidak. Jika vaksin yang sudah didistribusikan ke masyarakat ternyata terbukti efektif dan bisa meredakan ketakutan masyarakat akan pandemi, maka ekonomi akan bisa segera pulih.

Kedua, terpilihnya Joe Biden sebagai presiden Amerika Serikat (AS) yang diharapkan bisa meredakan ketegangan perdagangan dengan China yang selama era Donald Trump sering berseteru.

Ketiga, melimpahnya tingkat likuiditas di pasar seiring dengan masih berlanjutnya tren suku bunga global yang rendah. Hal ini tentu bisa memicu adanya aliran capital inflow ke negara berkembang, termasuk Indonesia.

Hal ini dapat memicu aliran dana investor asing masuk ke emerging market, seperti Indonesia.

Reksadana Saham Berpeluang Jadi Primadona

Potensi IHSG untuk melanjutkannya penguatannya di tahun 2021, tentu akan berdampak positif terhadap kinerja reksadana saham yang memang mengalokasikan setidaknya 80 persen dana kelolaannya ke dalam instrumen saham.

Sumber: Bareksa

Sekadar informasi, reksadana saham memiliki korelasi paling kuat dengan pergerakan IHSG selaku indeks utama acuan pasar saham. Hal tersebut setidaknya tercermin dari pergerakan indeks reksadana saham yang melesat paling tinggi sejak titik terendah pada Maret silam hingga saat ini yang telah naik 45,64 persen, lebih tinggi dibandingkan jenis lainnya.

Di posisi kedua, indeks reksadana campuran juga tercatat menguat signifikan 26,28 persen dalam periode yang sama, hal yang cukup wajar mengingat jenis reksadana ini juga memiliki aloksi pada pasar saham.

Sementara di peringkat ketiga, indeks reksadana pendapatan tetap juga terpantau naik cukup tinggi dengan 10,28 persen. Terakhir, indeks reksadana pasar uang terlihat terkoreksi 0,85 persen.

Dengan mengacu kondisi tersebut, tentu dapat ditarik kesimpulan bahwa dengan adanya peluang kebangkitan pasar saham di tahun 2021, reksadana saham bisa menjadi yang paling diuntungkan sekaligus menjadi primadona investor untuk mendorong portofolionya mencatatkan pertumbuhan yang optimal.

Perlu diketahui, reksadana adalah wadah untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang telah terkumpul tersebut nantinya akan diinvestasikan oleh manajer investasi ke dalam beberapa instrumen investasi seperti saham, obligasi, atau deposito.

Reksadana juga diartikan sebagai salah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal, khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitung risiko atas investasi mereka.

Reksadana saham adalah reksadana yang mayoritas aset dalam portofolionya adalah instrumen aset saham atau efek ekuitas. Reksadana jenis ini berisiko berfluktuasi dalam jangka pendek tetapi berpotensi tumbuh dalam jangka panjang.

Maka dari itu, reksadana saham yang agresif disarankan untuk investor dengan profil risiko tinggi dan untuk investasi jangka panjang (>5 tahun). Demi kenyamanan berinvestasi, pastikan dulu tujuan keuangan dan profil risiko Anda.

(KA01/Arief Budiman/AM)

***

Ingin berinvestasi aman di reksadana yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Pilih reksadana, klik tautan ini
- Belajar reksadana, klik untuk gabung di Komunitas Bareksa. GRATIS

​DISCLAIMER​
Semua data kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini adalah kinerja masa lalu dan tidak menjamin kinerja di masa mendatang. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.