Bareksa.com - Mengawali pekan ketiga November 2020, bursa saham Tanah Air langsung ”tancap gas”. Pada perdagangan Senin (16/11/2020), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tercatat menguat 0,62 persen ke level 5.494,87.
Secara sektoral, seluruh indeks kompak menghijau mendukung sepenuhnya penguatan IHSG, dipimpin oleh lonjakan pada sektor properti 2,35 persen disusul sektor infrastruktur 1,92 persen, dan sektor pertambangan 1,65 persen.
Mengutip data RTI, tercatat 263 saham berhasil mengalami kenaikan harga, sementara yang 179 saham turun, dan 165 saham tidak mengalai perubahan harga. Volume transaksi yang terjadi pada perdagangan kemarin sebanyak 14,03 miliar saham dengan nilai transaksi mencapai Rp10.02 triliun.
Dari dalam negeri, data neraca perdagangan Indonesia yang mengalami surplus terbesar sejak 10 tahun terakhir membuat investor melakukan aksi beli saham. Meskipun ekonomi Indonesia diwarnai resesi, tren surplus neraca perdagangan Indonesia masih berlanjut pada Oktober 2020.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan pada bulan lalu mengalami surplus US$3,61 miliar, lebih tinggi dari September 2020 yang sebesar US$2,44 miliar. Surplus ini diperoleh dari posisi nilai ekspor US$14,39 miliar, lebih tinggi dibandingkan impor yang mencapai US$10,78 miliar selama Oktober 2020.
Saham Properti Diburu Investor
Saham-saham dalam sektor properti khususnya konstruksi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) pada perdagangan kemarin menjadi salah satu yang terbanyak ditransaksikan dan mengalami lonjakan signifikan.
Emiten | Nilai Transaksi (Rp miliar) | Perubahan (%) |
PT WaskitaKarya (Persero) Tbk (WSKT) | 303 | 8,51 |
PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA) | 178,15 | 5,38 |
PT PP (Persero) Tbk (PTPP) | 142,23 | 7,32 |
PT Adhi Karya (Persero) Tbk (ADHI) | 133,49 | 17,14 |
Sumber: RTI
Lembaga pemeringkat internasional Fitch Ratings dalam rilis laporannya mengenai perusahaan-perusahaan konstruksi BUMN menyatakan realisasi anggaran untuk sektor infrastruktur menjadi kunci pemulihan sektor konstruksi yang sempat terkena dampak sangat parah dari pandemi Covid-19.
Meski begitu, cepat atau tidaknya pemulihan akan bergantung kepada seberapa terkontrolnya infeksi virus corona dan pelonggaran terhadap Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).
Fitch Ratings meyakini kontraktor pelat merah saat ini berada pada posisi yang baik untuk memenangkan kontrak baru pada 2021 mengingat prediketnya sebagai pemimpin pangsa pasar.
Dengan demikian, kontraktor BUMN bakal mampu memperbaiki kinerja keuangan maupun operasional secara bertahap pasca pandemi. Selain itu, kontraktor BUMN yang memiliki rekam jejak operasional yang baik juga diuntungkan dari kedekatan dengan pemerintah untuk permodalaan.
Menurut Fitch Ratings, emiten kontraktor pelat merah memiliki ruang yang terbatas untuk langsung pulih mengingat tingkat utang yang tinggi, likuiditas ketat, dan risiko pendanaan ulang (refinancing) pasca pandemi.
Lebih lanjut, Fitch menduga laju pengurangan utang (deleveraging) emiten BUMN akan lebih bertahap pada 2021 karena tampaknya perusahaan akan lebih fokus menggenjot sisi kontrak baru.
Pada saat bersamaan pemulihan likuiditas nantinya akan bergantung pada laju pengumpulan piutang yang seterusnya dapat mengurangi siklus modal kerja ketat milik kontraktor. Selain itu, pendanaan eksternal juga dinilai dapat menjadi penopang investasi dan pembayaran utang ke depannya.
Reksadana Ini Punya Saham Konstruksi BUMN
Kinerja saham konstruksi yang atraktif dalam beberapa waktu terakhir, tentu berpotensi mendorong kinerja reksadana saham yang menjadikan saham-saham tersebut dalam sebagai underlying asset. Berdasarkan reksadana yang dijual di Bareksa, berikut beberapa reksadana yang memiliki saham konstruksi BUMN dalam portofolionya.
Emiten | Reksadana | ManajerInvestasi |
PT WaskitaKarya (Persero) Tbk (WSKT) | HPAM Syariah Ekuitas | PT Henan Putihrai Asset Management |
PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA) | MNC Dana Ekuitas | PT MNC Asset Management |
Sumber: Fund Fact Sheet
Perlu diketahui, reksadana adalah wadah untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang telah terkumpul tersebut nantinya akan diinvestasikan oleh manajer investasi ke dalam beberapa instrumen investasi seperti saham, obligasi, atau deposito.
Reksadana juga diartikan sebagai salah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal, khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitung risiko atas investasi mereka.
Sementara reksadana saham adalah jenis reksa dana yang menginvestasikan sekurang-kurangnya 80 persen dari dana kelolaannya dalam bentuk efek bersifat ekuitas atau saham. Reksadana ini cocok untuk investasi jangka panjang (di atas 5 tahun) dan untuk investor bertipe agresif (risk taker).
(K01/Arief Budiman/AM)
***
Ingin berinvestasi aman di reksadana yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Pilih reksadana, klik tautan ini
- Belajar reksadana, klik untuk gabung di Komunitas Bareksa. GRATIS
DISCLAIMER
Semua data kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini adalah kinerja masa lalu dan tidak menjamin kinerja di masa mendatang. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.