Bareksa.com - Jumlah investor reksadana terus melesat meskipun industri pasar modal nasional dihantam dampak pandemi Covid-19. Data PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) menunjukkan jumlah SID investor mencapai 3,28 juta pada akhir September 2020. Dengan rincian SID saham mencapai 1,38 juta, sedangkan SID reksadana sebanyak 2,58 juta per 30 September. Besar kemungkinan investor saham juga memiliki portofolio reksadana dan sebaliknya.
Interim President Director Manulife AM, Afifa menyatakan dalam tiga tahun terakhir, dana kelolaan industri reksadana bertumbuh rata-rata 14 persen per tahun (CAGR). Namun tahun ini seiring pandemi Covid-19, dana kelolaan reksadana memang tidak kebal terhadap pandemi, namun masih lebih baik dibandingkan industri lain. Secara year on year (YoY), dana kelolaan reksadana per September 2020 turun tipis 0,3 persen jadi Rp510,15 triliun atau bisa dikatakan flat.
"Penurunan ini karena disebabkan turunnya nilai underlying asset reksadana. Artinya jika reksadana tersebut berinvestasi di saham atau obligasi, ketika underlyingnya turun, maka asset under management (AUM) juga mengalami koreksi," ungkapnya dilansir CNBC Indonesia (20/10/2020).
Jumlah Investor Reksadana
Tahun | Jumlah investor | Pertumbuhan YoY (%) |
2017 | 622.545 | |
2018 | 995.510 | 59,91 |
2019 | 1,77 juta | 78,25 |
2020* | 2,58 juta | 45,76 |
*hingga September, dari berbagi sumber diolah Bareksa
Namun menurut Afifa, ada tren positif di jumlah reksadana, yang pada 2017 baru sebanyak 1.319 produk, per September 2020 naik hampir dua kali lipat jadi 2.565 produk. Ini merupakan pencapaian yang luar biasa. Hal positif lainnya adalah jumlah investor reksadana yang juga meningkat tajam. Pada tahun 2017, susah sekali menembus angka 1 juta investor, namun pada 2019 jumlah nasabah reksadana menembus 1,5 juta dan per September 2020 meningkat lagi hampir menembus 2,6 juta investor.
"Artinya partisipasi masyarakat untuk investasi reksadana bertambah signifikan, meskipun di tahun pandemi saat ini," ujarnya.
Afifa menyatakan pertumnbuhan jumlah investor ini, juga berkat dukungan dari agen penjual reksadana online atau financial techniogy (fintech) dan perbankan yang terus mempromosikan reksadana. Di Manulife, kata dia, juga mencatatkan hal positif yang mampu membukukan pertumbuhan di atas industri. "Kami bersyukur di tengah kondisi yang tidak mudah saat pandemi ini, pertumbuhannya baik dan investor juga bertambah signifikan, terutama di 2020," Afifa menjelaskan.
Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Hoesen, menyatakan kepercayaan publik terhadap pasar modal Indonesia masih terus meningkat. Hal ini terlihat dari jumlah investor pasar modal terus mengalami peningkatan. "Hal ini membuktikan kepercayaan publik terhadap pasar modal Indonesia masih terus meningkat," kata Hoesen dalam sambutannya pada acara Capital Market Summit Expo 2020, secara virtual di Jakarta (20/10/2020).
Nilai Net Subscription
Tren positif industri memang terlihat sepanjang tahun ini, meskipun di bawah tekanan pandemi. Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan, Wimboh Santoso, menyatakan pasar modal Indonesia masih menunjukkan pemulihan di tengah berlanjutnya pandemi Covid-19. Hingga 15 Oktober 2020, industri reksadana nasional mencatatkan nilai net subscription (berlanganan bersih) Rp15,79 triliun secara year to date.
Secara month to date, atau sepanjang bulan ini hingga 15 Oktober, nilai net subscription mencapai Rp10,41 triliun. Net subscription tersebut membuat nilai aktiva bersih (NAB) atau dana kelolaan reksadana jadi Rp528,28 triliun, atau meningkat 3,55 persen dibandingkan September 2020 yang senilai Rp510,15 triliun.
"Namun NAB industri reksadana nasional masih minus 2,57 persen secara year to date (YtD) dibandingkan Desember 2019 yang senilai Rp542,2 triliun," ungkap Wimboh dalam seminar Perkembangan Ekonomi Terkini dan Ketahanan Sektor Jasa Keuangan, di forum Capital Market Summit Expo (CMSE) 2020, secara virtual di Jakarta (19/10/2020).
NAB Reksadana
Sumber : materi presentasi Ketua DK OJK, Wimboh Santoso
Sejak akhir tahun lalu, hingga September, AUM industri reksadana tercatat minus 4 kali secara bulanan. Sepanjang 2020, dana kelolaan reksadana secara YtD masih terus mencatatkan minus. Adapun secara YoY, dalam 9 bulan di 2020, 7 bulan di antaranya mencatatkan negatif dan 2 bulan membukukan pertumbuhan.
Historital Dana Kelolaan Reksadana
Bulan | Dana Kelolaan (Rp Triliun) | MoM (%) | YtD (%) | YoY (%) |
Desember 2019 | 542,2 | 0 | 7 | 7 |
Januari 2020 | 537,3 | -1 | -1 | 3 |
Februari 2020 | 525,3 | -2 | -3 | 1 |
Maret 2020 | 471,4 | -10 | -13 | -9 |
April 2020 | 475,6 | 1 | -12 | -7 |
Mei 2020 | 474,2 | 0 | -13 | -7 |
Juni 2020 | 482,5 | 2 | -11 | -6 |
Juli 2020 | 503,2 | 4 | -7 | -6 |
Agustus 2020 | 520,8 | 3 | -4 | -3 |
September 2020 | 510,1 | -2 | -6 | -6 |
Sumber : Laporan Bareksa Mutual Fund Industry, Data Market - Monthly Report December - September 2020
Bisa Tembus 3,5 Juta Investor
Direktur Pengembangan Bursa Efek Indonesia, Hasan Fawzi, mengatakan pihaknya optimistis jumlah investor di pasar modal melampaui 3,5 juta SID pada akhir 2020. Selama empat bulan terakhir, kenaikan jumlah investor ritel terbilang impresif dengan rata-rata penambahan lebih dari 100.000 per bulan. Fenomena ini terjadi sejak Juni 2020. Jika tren kenaikan ini terus bertahan, maka pada kuartal IV 2020 BEI memperkirakan bisa terjadi penambahan 300.000 hingga 400.000 SID baru. “Penambahan SID baru selalu melampaui angka 100.000 per bulan. Bahkan selama September saja, jumlahnya meningkat 139.912,” kata Hasan dilansir Investor Daily pekan lalu.
Jumlah Investor Pasar Modal
Tahun | Jumlah investor | Pertumbuhan YoY (%) |
2017 | 1,12 juta | |
2018 | 1,61 juta | 44,24 |
2019 | 2,48 juta | 53,41 |
2020* | 3,28 juta | 32,25 |
*hingga September, dari berbagi sumber diolah Bareksa
***
Ingin berinvestasi aman di reksadana yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Pilih reksadana, klik tautan ini
- Belajar reksadana, klik untuk gabung di Komunitas Bareksa. GRATIS
DISCLAIMER
Semua data kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini adalah kinerja masa lalu dan tidak menjamin kinerja di masa mendatang. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.