Bareksa.com - Memasuki periode kuartal IV 2020, kinerja reksadana pendapatan tetap diperkirakan masih menjadi yang paling menarik dibandingkan ketiga jenis lainnya di tengah potensi perlambatan ekonomi yang masih terjadi.
Kinerja reksadana berbasiskan surat utang ini mendapatkan dukungan kuat dari kinerja positif pasar obligasi sejak awal tahun hingga akhir kuartal III-2020. Hal tersebut tercermin dari pergerakan Indonesia Composite Bond Index (ICBI) yang menguat 7,75 persen year to date (YtD) per akhir September 2020.
Kemudian pertumbuhan ICBI juga senada dengan indeks obligasi pemerintah dan indeks obligasi korporasi yang masing-masing mencatatkan pertumbuhan 7,8 persen YtD dan 7,07 persen YtD.
Sejumlah sentimen positif memang menghampiri pasar obligasi Tanah Air, antara lain penurunan suku bunga oleh bank sentral di berbagai belahan dunia termasuk di Indonesia melalui pemangkasan Bank Indonesia 7 Days Repo Rate (BI 7DRR) yang sudah turun 100 bps (1 persen) sepanjang tahun ini, serta suntikan likuiditas di pasar keuangan.
Kebijakan tersebut merupakan stimulus fiskal yang diambil pemerintah guna mengatasi perlambatan ekonomi yang terjadi akibat pandemi Covid-19 yang masih terus terjadi.
Kembali kepada kinerja reksadana pendapatan tetap, sepanjang tahun berjalan ini reksadana yang mayoritas portofolionya berisikan obligasi ini memang menjadi satu-satunya jenis reksadana yang mencatatkan kinerja positif.
Sumber: Bareksa
Berdasarkan data Bareksa, indeks reksadana pendapatan tetap mencatatkan kinerja pertumbuhan 3,43 persen YtD. Capaian tersebut bertolak belakang dengan tiga jenis reksadana lainnya, yakni indeks reksadana saham (-22,69 persen YtD), kemudian indeks reksadana campuran (-11,41 persen YtD), dan indeks reksdana pasar uang (-0,75 persen YtD).
Di sisi lain, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sendiri merosot 22,69 persen YtD. Jadi merupakan suatu hal yang wajar jika kinerja reksadana berbasiskan ekuitas mengalami penurunan paling dalam.
Menurut analisis Bareksa, di sisa tahun 2020 yang menyisikan tiga bulan lagi, kinerja reksadana pendapatan tetap masih sangat menarik untuk dikoleksi. Hal tersebut dikarenakan mengingat pemulihan kondisi ekonomi Indonesia yang membutuhkan waktu tidak sedikit.
Sementara di sisi lain, pasar keuangan cenderung kebanjiran likuiditas oleh berbagai stimulus yang diluncurkan pemerintah guna mengatasi kontraksi ekonomi.
Pasar saham yang masih sulit untuk diprediksi pergerakannya dan pasar uang yang tertekan oleh kemungkinan pemangkasan suku bunga acuan dan suku bunga deposito yang semakil mengecil, membuat reksadana berbasis saham dan pasar uang mungkin menjadi opsi yang kurang diutamakan.
Di sisi lain, potensi penurunan suku bunga acuan yang masih terbuka cukup lebar mengingat angka inflasi yang sangat rendah (bahkan cenderung deflasi), tentu menjadi katalis positif bagi reksadana pendapatan tetap yang biasanya akan memiliki kinerja optimal di era suku bunga rendah.
Sebagai informasi, harga obligasi berbanding terbalik dengan suku bunga. Ketika suku bunga turun, maka harga obligasi cenderung naik. Begitu pun sebaliknya, ketika suku bunga naik, maka harga obligasi cenderung turun.
Ketika harga obligasi naik, maka kinerja reksadana pendapatan tetap yang menjadikan 80 persen minimal portofolio investasinya berisi obligasi, maka hal tersebut akan mengerek nilai aktiva bersihnya.
Perlu diketahui, reksadana ialah wadah untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang telah terkumpul tersebut nantinya akan diinvestasikan oleh manajer investasi ke dalam beberapa instrumen investasi seperti saham, obligasi, atau deposito.
Reksadana juga diartikan sebagai salah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal, khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitung risiko atas investasi mereka.
Sementara reksadana pendapatan tetap adalah jenis reksadana yang menginvestasikan sekurang-kurangnya 80 persen dari asetnya dalam bentuk efek utang atau obligasi. Obligasi atau surat utang ini bisa yang diterbitkan oleh perusahaan (korporasi) maupun obligasi pemerintah.
Tujuannya untuk menghasilkan tingkat pengembalian yang stabil. Risikonya relatif lebih besar daripada reksadana pasar uang tetapi lebih moderat dibandingkan saham sehingga cocok untuk jangka waktu 1 sampai 3 tahun.
Sesuai dengan karakternya, reksadana pendapatan tetap ini memiliki tingkat pengembalian hasil yang stabil karena memiliki aset surat utang atau obligasi yang memberikan keuntungan berupa kupon secara rutin.
Dalam jangka pendek dan menengah, nilai aktiva bersih (NAB) dari reksadana pendapatan tetap cenderung naik stabil dan tidak banyak berfluktuasi (naik-turun). Karena itu, reksadana ini cocok untuk investor bertipe konservatif (risk averse).
(Arief Budiman/KA01/AM)
***
Ingin berinvestasi aman di reksadana yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Pilih reksadana, klik tautan ini
- Belajar reksadana, klik untuk gabung di Komunitas Bareksa. GRATIS
DISCLAIMER
Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksadana.