Bareksa.com - Berikut reksadana yang diperdagangkan di marketplace Bareksa dengan return tertinggi, beserta kinerja indeks benchmark periode sebulan terakhir :
Reksadana Saham
IHSG : 4,08 persen
Indeks Reksadana Saham : 2,95 persen
BNP Paribas Infrastruktur Plus : 8,52 persen
Indeks Reksadana Saham Syariah : 0,54 persen
Cipta Syariah Equity : 3,13 persen
Reksadana Campuran
Indeks Reksadana Campuran : 2,15 persen
Principal Balanced Strategic Plus : 6,04 persen
Indeks Reksadana Campuran Syariah : 1,47 persen
Simas Syariah Berkembang : 2,38 persen
Reksadana Pendapatan Tetap
Indeks Reksadana Pendapatan Tetap: 1,82 persen
Schroder Dana Mantap Plus II : 3,85 persen
Indeks Reksadana Pendapatan Tetap Syariah : 0,75 persen
Bahana Mes Syariah Fund : 2,13 persen
Reksadana Pasar Uang
Benchmark:
- Bunga deposito sebelum pajak dengan dana kurang dari Rp100 juta dan tenor satu bulan :
> BCA : 0,395 persen per bulan
> Bank Mandiri : 0,354 persen per bulan
> BNI : 0,354 persen per bulan
> BRI : 0,354 persen per bulan
Indeks Reksadana Pasar Uang : -0,32 persen
Reksa Dana Mega Dana Kas : 0,55 persen
Indeks Reksadana Pasar Uang Syariah : 0,13 persen
Sucorinvest Sharia Money Market Fund : 0,5 persen
Ringkasan Informasi Pasar
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada 29 Mei 2020 naik 0,79 persen ke level 4.753,61. Berdasarkan data id.investing.com (diakses 02/06/2020 pukul 06.00 WIB) benchmark obligasi pemerintah tercatat pada level 7,4 persen, pada 29 Mei 2020.
Seiring dengan kenaikan IHSG, reksadana pasar uang dapat dijadikan pilihan untuk investasi jangka pendek. Reksadana pasar uang berisikan instrumen pasar uang yang terbilang stabil, seperti deposito bank dan obligasi dengan jatuh tempo kurang dari setahun.
Di marketplace reksadana Bareksa, terdapat dua reksadana pasar uang yang mampu mencetak imbal hasil (return) 2,89 persen dan 2,84 persen sejak awal tahun hingga 29 Mei 2020 (year to date). Dua reksadana itu ialah Capital Money Market Fund dan Sucorinvest Money Market Fund.
Reksadana Capital Money Market Fund mencetak return 2,89 persen secara year to date. Berdasarkan fund fact sheet periode April 2020, portofolio investasi reksadana ini adalah Deposito Bank Amar, Deposito Bank Panin Syariah, Obligasi Berkelanjutan II Adira Finance Tahap I Tahun 2015 seri B, Obligasi Berkelanjutan I Aneka Gas Industri Tahap I Tahun 2017 Seri A, Obligasi Subordinasi Bank Mayapada II Tahun 2013, Obligasi Subordinasi Bank Victoria III Tahun 2013, Obligasi Berkelanjutan I Bank BRI Tahap I Tahun 2015 Seri C, Obligasi Berkelanjutan III Indosat Tahap II Tahun 2019 Seri A, Obligasi Berkelanjutan III Medco Energi International Tahap I Tahun 2018 Seri A, dan Obligasi Berkelanjutan II Sumber Alfaria Trijaya Tahap I Tahun 2017.
Sedangkan reksadana Sucorinvest Money Market Fund mencetak return 2,84 persen secara year to date. Berdasarkan fund fact sheet periode April 2020, portofolio investasi reksadana ini adalah Obligasi Indosat Tbk, Obligasi Pupuk Indonesia Holding Company (Persero) Tbk, TD Bank BPD DKI, TD Bank BPD Jambi, dan TD Bank BRI Agro.
Reksadana ialah wadah untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang telah terkumpul tersebut nantinya akan diinvestasikan oleh manajer investasi ke dalam beberapa instrumen investasi seperti saham, obligasi, atau deposito.
Reksadana juga diartikan sebagai salah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal, khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitung risiko atas investasi mereka.
Simak ulasan tips untuk memaksimalkan keuntungan berinvestasi di reksadana : Tips Menabung di Reksadana Agar Tujuan Investasi Dapat Tercapai
(AM)
***
Ingin berinvestasi aman di reksadana yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Pilih reksadana, klik tautan ini
- Belajar reksadana, klik untuk gabung di Komunitas Bareksa Fund Academy. GRATIS
DISCLAIMER
Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksadana.