Bareksa.com - Sepanjang April, pasar saham dan obligasi mengalami peningkatan, didukung sentimen positif pembukaan kembali ekonomi pasca Covid-19. Meski pasar diproyeksikan masih mendapatkan tekanan akibat kondisi ekonomi global, masih ada investasi yang memberikan imbal hasil menarik.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) naik 3,91 persen pada bulan April, sedikit menghapus penurunan year to date menjadi minus 25,13 persen. Indeks global dan regional juga meningkat terkait optimisme seputar rencana pembukaan kembali ekonomi AS dan beberapa bagian Eropa. Sentimen pasar turut didukung oleh pengumuman Gilead tentang data positif dari uji coba Fase-3 untuk obat antivirus, Remdesivir.
Harga minyak (kontrak berjangka WTI bulan Mei) jatuh ke wilayah negatif untuk pertama kalinya dalam sejarah karena kekhawatiran akan penyimpanan minyak mentah di seluruh dunia yang akan mencapai kapasitas karena menurunnya permintaan. Sementara itu pemerintah di seluruh dunia terus memperkenalkan paket stimulus fiskal untuk membantu konsumen dan bisnis.
Indeks Obligasi Pemerintah IBPA INDOBeX sedikit meningkat sebesar 0,94 persen pada bulan April karena nilai tukar Rupiah menguat sebesar 7,4 persen ke level Rp 15.157 per dolar AS. Imbal hasil obligasi pemerintah 10 tahun meningkat menjadi 8,04 persen dari 7,91 persen sebelumnya.
Eastpring Investments, dalam buletin bulanan edisi Mei 2020, menilai pasar masih memperkirakan adanya tekanan dalam pertumbuhan ekonomi global dan pendapatan perusahaan di masa depan. IMF memperkirakan bahwa pertumbuhan ekonomi global akan tumbuh negatif 3 persen pada 2020 dan pulih secara bertahap pada tahun 2021.
Adapun pertumbuhan ekonomi Indonesia yang terlihat dari Produk Domestik Bruto (PDB) kuartal pertama 2020, secara aktual hanya 2,97 persen. Angka tersebut lebih rendah daripada perkiraan pemerintah sebelumnya di 4,5 persen.
Grafik PDB Indonesia per Kuartal
Sumber: tradingeconomics.com
Chief Investment Officer Eastpring Investment Ari Pitojo mengungkapkan keterkejutannya melihat data pertumbuhan PDB kuartal pertama tersebut. Sebab, mesin penggerak pertumbuhan PDB Indonesia yaitu konsumsi rumah tangga, mengalami penurunan yang cukup tajam. "Sedangkan unsur virus corona yang hanya selama dua minggu baru dimasukkan pada perhitungan kuartal 1," tulisnya dalam Spring Letter Mei 2020.
Menimbang dampak virus corona yang baru dua minggu saja sudah membuat komponen pengeluaran rumah tangga anjlok, dampaknya pada kuartal kedua dan setelahnya bisa lebih besar. "Dari sisi investasi, sektor konsumsi yang selama ini menjadi penopang IHSG tentunya akan mendapatkan cobaan karena pertumbuhan laba perusahaan akan tidak sesuai dengan perkiraan," lanjutnya.
Sebelumnya, Bank Indonesia juga memotong perkiraan pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi 2,3-2,5 persen karena wabah virus corona Covid-19. Alhasil, BI mempertahankan suku bunga acuannya di 4,50 persen pada pertemuan April untuk menjaga stabilitas serta memotong GWM untuk bank-bank komersial demi mempertahankan likuiditas.
Indeks Manufaktur PMI Indonesia merosot ke 27,5 pada April sebagai kontraksi tertajam sepanjang masa, akibat langkah-langkah ketat dalam menahan pandemi virus korona yang mewajibkan penutupan pabrik.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan tingkat inflasi tahunan turun menjadi 2,67 persen pada April 2020 dari 2,96 persen pada bulan sebelumnya, dibawah ekspektasi pasar 2,76 persen. Surplus perdagangan Indonesia adalah US$ 0,74 miliar pada Maret 2020 dibandingkan dengan ekspektasi konsensus surplus US$ 0,80 miliar. Ekspor naik 0,23 persen, sedangkan impor naik 15,60 persen.
Ari menilai dengan melihat bahwa komponen pertumbuhan PDB lainnya seperti investasi (gross fixed capital formation) dan ekspor bersih juga akan mengalami pemulihan yang perlahan, akan susah untuk menjadi optimis bahwa PDB Indonesia bisa tumbuh di kisaran 2,5 persen tahun ini seperti yang diperkirakan pemerintah.
Maka dari itu, Ari memandang dalam hal investasi, reksadana pendapatan tetap bisa menjadi pilihan. "Didukung dengan imbal hasil 10 tahun yang saat ini berada di kisaran 8 persen per tahun dan inflasi tahun 2020 yang diperkirakan akan berada pada level 2-3 persen, alhasil menunjukkan imbal hasil nyata yang sangat menarik."
Sebagai informasi, reksadana adalah kumpulan dana masyarakat pemodal (investor) yang dikelola oleh manajer investasi untuk dimasukkan dalam aset-aset keuangan seperti saham, obligasi dan pasar uang. Reksadana cocok untuk investor pemula yang tidak punya banyak waktu memantau aset investasinya.
***
Ingin berinvestasi aman di reksadana yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Pilih reksadana, klik tautan ini
- Belajar reksadana, klik untuk gabung di Komunitas Bareksa Fund Academy. GRATIS
DISCLAIMER
Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksadana.