Berita / / Artikel

Pasar Anjlok Tertekan Virus dan Harga Minyak, Waktunya Beli Reksadana Saham?

• 19 Mar 2020

an image
Ilustrasi wanita sedang berpikir bingung mempertimbangkan investasi reksadana saham obligasi surat utang negara sambil memegang pensil di depan komputer laptop dan tablet gadget.

Pilih saham blue chip, atau reksadana yang dikelola oleh manajer investasi besar

Bareksa.com - Dalam sekitar dua bulan terakhir ini, pasar modal anjlok dalam akibat dua sentimen global yakni pandemi virus corona covid-19 dan kejatuhan harga minyak. Para pemilik modal alias investor pun bingung bagaimana harus menentukan posisi, apakah ini saatnya beli atau justru menjauh dari pasar?

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), yang menjadi acuan pasar modal Tanah Air, sejak awal tahun hingga 17 Maret 2020 (year to date) sudah merosot hingga 29,25 persen. Indonesia tidak sendiri, S&P500 Index di Amerika Serikat juga sudah anjlok 21,72 persen, demikian juga index FTSE di Inggris turun 30,6 persen dan Strait Times Index di Singapura anjlok 24,5 persen.

Sebenarnya apa yang terjadi belakangan ini?

Pranay Gupta, seorang profesor di Nanyang Technological University, Singapura, menjelaskan bahwa memang ada panik akibat penyebaran virus corona. Akan tetapi, negara seperti Hong Kong, yang pernah menghadapi wabah SARS 2002-2004, mengalami panik yang tidak terlalu besar.

Demikian juga dengan Singapura yang awalnya sedikit apatis. Namun, mulai mengambil langkah siaga sesuai kebutuhan, sehingga panik bisa terhindarkan.

Berbeda dengan Eropa dan Amerika Serikat yang tidak siap. Meski sudah mendapat peringatan dua bulan sebelumnya, mereka masih santai hingga akhirnya ada juga yang terinfeksi.

Hasilnya, panik, tidak hanya di sektor kesehatan tetapi juga masyarakat umum, bisnis, perusahaan dan ekonomi. Dan itu belum seberapa, mungkin yang terburuk masih akan datang.

"Apa yang terjadi di pasar pekan ini hanya panik. Dan bila ini faktor tunggal, seharusnya ini adalah waktu terbaik untuk membeli aset berisiko, seperti kita pernah mengalami ketika SARS terjadi di Asia," ujar Gupta, seperti dikutip Strait Times (17/03/2020).

Dampak Corona

Gupta menjelaskan bahwa terlepas dari panik yang terjadi, penutupan bisnis akan memberi dampak besar terhadap kinerja perusahaan di kuartal pertama 2020, dan mungkin hingga kuartal kedua, terutama untuk perhotelan, penerbangan, dan perusahaan barang konsumen. Tetapi ini hanya goncangan dari sisi pasokan.

Sementara itu, sisi permintaan tidak hilang, hanya tertunda saja hingga virus bisa diatasi. Menurut sejarah, semua permintaan akan kembali datang ketika pemikiran rasional juga kembali.

Dalam jangka dekat, dampak virus corona ini akan dirasakan oleh perusahaan yang secara fundamental lemah, atau yang memiliki utang besar. Namun, perusahaan kuat dan blue chip tidak hanya akan bertahan, tetapi akan bangkit semakin kuat.

"Tetapi pasar acuh tak acuh dalam menyebabkan kondisi ini. Saham-saham blue chip jauh lebih murah dibandingkan dengan beberapa bulan lalu," kata Gupta.

Pemerintah di berbagai belahan negara sudah mengambil langkah untuk mendukung ekonomi, termasuk AS. Kebijakan yang diambil sebagian mirip dengan yang dilakukan ketika menghadapi krisis keuangan pada 2008, yakni kebijakan moneter dan fiskal.

Tentu saja setelah kebijakan itu diambil, ekonomi kembali pulih. Artinya, bila isu virus corona memburuk, pasar sudah memiliki dukungan kebijakan dan bila virus diatasi, tentunya pasar akan kembali sehat. "Alasan lain untuk beli."

Harga Minyak

Sementara itu, perang harga minyak antara Saudi dan Rusia telah membuat harga minyak anjlok 30 persen dalam sehari. Ini membuat harga saham perusahaan energi menjadi murah. Apakah ini bagus?

Tidak perlu khawatir karena tekanan ini pasti akan berakhir dan sangat positif untuk belanja konsumen serta ekonomi global. Ketika para produsen minyak menyelesaikan perselisihan dan mulai mengurangi produksi, harga minyak akan kembali naik.

Bilapun perselisihan ini berlanjut hingga beberapa pekan, produsen shale gas pasti akan mulai mengurangi produksi dan efeknya akan sama. "Sementara perselisihan belum selesai, masih menguntungkan, dengan atau tanpa virus corona."

Kebangkitan Ekonomi

Pada akhirnya, virus corona pasti akan mereda. Setelah panik bisa diatasi, ekonomi akan kembali tidak hanya mengikuti jejak jangka panjangnya, tetapi bisa lebih baik daripada sebelumnya karena sudah didukung kebijakan pemerintah dan bangkitnya permintaan.

Pasar pun akan mengikuti ekonomi, meski gampang goyah karena sentimen sesaat. "Meski lingkungan terlihat membingungkan, ini mungkin waktu terbaik untuk membeli aset berisiko," tambah Gupta.

Mesipun demikian, tidak ada yang tahu kapan pasar akan turun hingga menyentuh dasarnya (bottom) sebelum kembali naik. Namun, kita bisa mulai membuat daftar aset untuk dibeli.

"Buat investor saham, pilihlah saham blue chip, jangan saham spekulatif. Dan bila Anda investor reksadana jangka panjang, pastikan Anda berinvestasi dengan manajer investasi besar dengan berbagai jenis portofolio," pesan Gupta.

Menurutnya, manajer investasi besar yang memiliki sumber daya cukup bisa menyediakan produk reksadana tradisional yang dikelola aktif, tetapi juga yang pasif, kuantitatif dan strategi alternatif. Sehingga, manajer investasi semacam ini cocok untuk mengelola dana investor di tengah turbulensi ekonomi saat ini.

Reksadana adalah wadah untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang telah terkumpul tersebut nantinya akan diinvestasikan oleh manajer investasi ke dalam beberapa instrumen investasi seperti saham, obligasi, atau deposito.

Reksadana saham berisikan mayoritas saham yang memiliki risiko berfluktuasi tinggi dalam jangka pendek tetapi berpotensi memberi imbal hasil tinggi dalam jangka panjang. Karenanya, reksadana saham disarankan untuk investor agresif dengan profil risiko tinggi dan jangka waktu panjang.

***

Ingin berinvestasi aman di reksadana yang diawasi OJK?

- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Pilih reksadana, klik tautan ini
- Belajar reksadana, klik untuk gabung di Komunitas Bareksa Fund Academy. GRATIS

DISCLAIMER

Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksadana.

Tags: