Bareksa.com - Baru memasuki pertengahan Maret 2020, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sudah terkapar hebat dengan penurunan tajam 25,54 persen year to date (YtD). Di tengah kondisi bursa saham yang terus mengalami tekanan hebat sepanjang tahun ini, investor tentu harus putar otak untuk memilih jenis investasi yang masih bisa memberikan keuntungan.
Beberapa waktu belakangan seperti saat ini, dinilai merupakan momen yang tepat bagi para investor yang ingin masuk ke instrumen reksadana pendapatan tetap.
Hal tersebut dikarenakan imbal hasil (yield) Surat Utang Negara (SUN) yang tengah berada dalam tren kenaikan seiring kemungkinan pemangkasan suku bunga oleh Bank Indonesia (BI) akan terjadi lebih dari dua kali pada tahun ini.
Terlebih sebelumnya, dini hari kemarin (Ahad malam waktu AS) Bank Sentral AS (Federal Reserve/The Fed) mengumumkan memangkas suku bunga acuanya (Federal Funds Rate/FFR) 100 basis poin (bps) menjadi 0-0,25 persen. Suku bunga tersebut menjadi yang terendah sejak tahun 2015.
Selain itu The Fed juga mengaktifkan kembali QE senilai US$700 miliar. Bank sentral paling powerful di dunia ini juga memangkas suku bunga pinjaman darurat untuk perbankan 125 bps menjadi 0,25 persen dan memperpanjang tenornya menjadi 90 hari.
Pemangkasan suku bunga agresif The Fed dilakukan demi melindungi perekonomian AS dari dampak negatif pandemi virus corona.
"Dampak dari penyebaran virus corona akan membebani aktivitas ekonomi dalam jangka pendek sehingga menimbulkan risiko terhadap prospek ke depan. Dengan perkembangan ini, Komite memutuskan untuk menurunkan target suku bunga. Komite akan mempertahankan target ini sampai ada keyakinan bahwa ekonomi sudah membaik, penciptaan lapangan kerja ke titik maksimum, dan stabilitas harga sesuai dengan target," sebut keterangan tertulis The Fed.
Banyak kalangan menilai keputusan The Fed tersebut membuka ruang bagi Bank Indonesia (BI) untuk ikut melakukan pemangkasan suku bunga. Saat ini, suku bunga acuan BI sendiri berada di level 4,75 persen.
Sebagai informasi, The Fed sudah turunkan 150 bps pada tahun ini, sementara BI baru 25 bps. Hal itu membuat peluang BI untuk memangkas suku bunga semakin besar.
Akankah Harga Obligasi Langsung Naik?
Secara teori, ketika suku bunga turun maka harga obligasi akan naik, begitupun sebaliknya. Dengan demikian akan menguntungkan bagi reksadana pendapatan tetap yang memang mayoritas menempatkan dana di instrumen tersebut.
Namun untuk saat ini, hal itu sepertinya tidak langsung terjadi mengingat sentimen negatif dari wabah corona yang sangat dominan mewarnai pasar keuangan global.
Fluktuasi jangka pendek tetap bisa terjadi meski pemangkasan suku bunga dilakukan. Karena pemangkasan tersebut dampak dari penyebaran wabah corona yang semakin meluas di luar China, termasuk Indonesia.
Namun, reksadana pendapatan tetap yang memiliki underlying SUN, merupakan instrumen yang cocok untuk dipilih. Karena dari sisi demand, juga selalu tinggi mengingat risikonya lebih rendah dibandingkan dengan obligasi korporasi.
Kemudian ketika pasar mulai pulih, reksadana pendapatan tetap juga akan segera ikut pulih. Terlebih lagi level yield di 7,2 persen sudah termasuk bagus dan atraktif untuk profil makro Indonesia saat ini.
Perlu diketahui, reksadana adalah wadah untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang telah terkumpul tersebut nantinya akan diinvestasikan oleh manajer investasi ke dalam beberapa instrumen investasi seperti saham, obligasi, atau deposito.
Reksadana juga diartikan sebagai salah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal, khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitung risiko atas investasi mereka.
Adapun reksadana pendapatan tetap wajib menempatkan minimal 80 persen portofolionya dalam efek surat utang atau obligasi. Maka dari itu, reksadana ini sangat terpengaruh dengan pasar obligasi.
(KA01/AM)
***
Ingin berinvestasi aman di reksadana yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Pilih reksadana, klik tautan ini
- Belajar reksadana, klik untuk gabung di Komunitas Bareksa Fund Academy. GRATIS
DISCLAIMER
Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksadana.