Apakah Sekarang Waktu Paling Tepat Beli Reksadana Pendapatan Tetap?

Bareksa • 17 Mar 2020

an image
Ilustrasi investasi reksadana pendapatan tetap fixed income fund obligasi korporasi surat utang negara surat berharga yang disimbolkan dengan keyboard dan kunci

Reksadana pendapatan cocok untuk investor bertipe konservatif (risk averse)

Bareksa.com - Sejumlah manajer investasi (MI) menilai saat ini merupakan waktu yang palong tepat bagi para investor untuk masuk ke reksadana pendapatan tetap. Alasannya, imbal hasil Surat Utang Negara (SUN) tengah berada dalam tren kenaikan seiring kemungkinan pemangkasan suku bunga oleh Bank Indonesia (BI) akan terjadi lebih dari dua kali pada tahun ini.

Para MI seperti dikutip Kontan menuturkan, saat ini tren yang terjadi adalah para investor tengah risk off seiring adanya pandemi corona. Sehingga dalam jangka pendek, harga akan turun karena investor keluar dari aset berisiko termasuk emerging markets bond dan equity.

Head of Investment Avrist Asset Management (Avrist AM), Farash Farich menyatakan ketika pandemi corona mereda, investor akan melihat valuasi pasar obligasi sangat menarik. Dia mencontohkan yield SUN 10 tahun saat ini spread-nya sudah 660 bps di atas yield US Treasury, padahal secara historis biasanya hanya sekitar 500 bps.

"Sehingga saat koreksi seperti ini terjadi, investor domestik memanfaatkannya untuk berinvestasi di ETF obligasi dan reksadana pendapatan tetap. Bisa dimulai dengan yang durasinya pendek terlebih dahulu," ujar Farash dikutip Kontan.

Hal yang sama juga disampaikan Fixed Income Portfolio Manager Sucorinvest Asset Management Adi Saputra. Masih mengutip sumber yang sama, menurutnya, obligasi yang memiliki durasi pendek, cenderung mengalami penurunan yang tidak terlalu dalam meskipun pasar tengah turun.

"Karena itu, ketika corona outbreak terjadi di Januari, kami mengantisipasinya dengan mengganti obligasi yang semula tenornya 7 tahun hingga 9 tahun menjadi 4 tahun hingga 6,5 tahun. Karena memiliki bantalan yang lebih tebal sehingga turunnya tidak terlalu dalam," jelasnya.

Ia menambahkan reksadana pendapatan tetap yang memiliki underlying SUN, merupakan instrumen yang cocok untuk dipilih. Dari demand, juga selalu tinggi dan ketika pasar mulai pulih, reksadana pendapatan tetap juga akan segera ikut pulih. Terlebih, level yield di 7,2 persen sudah termasuk bagus dan atraktif untuk profile makro Indonesia saat ini.

Direktur Panin Asset Management (Panin AM), Rudiyanto mengatakan opsi cut loss bisa dijadikan pilihan para investor. Dia mengatakan jika memang para investor sudah merasa tidak nyaman dengan kondisi yang ada saat ini opsi tersebut dapat digunakan.

"Tapi perlu diingat,berkaca dari pengalaman sebelumnya, IHSG dan obligasi selalu bisa bangkit dari krisis. Jadi sepanjang masih bisa menerima risiko, bisa melakukan pembelian secara bertahap di semua jenis kelas aset bisa menjadi pilihan," kata Rudiyanto.

Baik Avrist AM maupun Sucorinvest dan Panin AM, seperti dikutip Kontan, sama-sama memproyeksikan return reksadana pendapatan tetap pada tahun ini tidak akan mampu mengulang return double digit seperti tahun lalu. Diperkirakan return reksadana pendapatan tetap pada tahun ini berkisar pada 7 persen hingga 9 persen.

Pertumbuhan

Sementara itu mengutip laporan Laporan Bareksa: Mutual Fund Industry Data Market – Monthly Report Februari 2020, reksadana pendapatan tetap pada Februari 2020 dari sisi pertumbuhan dana kelolaan alias asset under management (AUM) masih mencatatkan pertumbuhan positif meski hanya 0,66 persen menjadi Rp122,86 triliun secara year to date (YTD).


Sumber : Bareksa Mutual Fund Industry Data Market – Monthly Report Februari 2020

Meskipun dari sisi dana kelolaan mencatatkan kenaikan, namun sebenarnya jumlah unit reksadana pendapatan tetap tertekan 1,26 persen pada Februari 2020 jadi 78 juta unit dibandingkan 79 juta unit pada Desember 2019. Artinya, sepanjang bulan lalu reksadana yang mayoritas isi portofolionya merupakan surat utang ini membukukan kenaikan harga nilai aktiva bersih.


Sumber : Bareksa Mutual Fund Industry Data Market – Monthly Report Februari 2020

Reksadana Pendapatan Tetap

Reksadana ialah wadah untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang telah terkumpul tersebut nantinya akan diinvestasikan oleh manajer investasi (MI) ke dalam beberapa instrumen investasi seperti saham, obligasi atau deposito.

Reksadana juga diartikan sebagai salah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal, khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitung risiko atas investasi mereka.

Sementara reksadana pendapatan tetap adalah jenis reksadana yang menginvestasikan sekurang-kurangnya 80 persen dari asetnya dalam bentuk efek utang atau obligasi. Obligasi atau surat utang ini bisa yang diterbitkan oleh perusahaan (korporasi) maupun obligasi pemerintah.

Tujuannya untuk menghasilkan tingkat pengembalian yang stabil. Risikonya relatif lebih besar daripada reksadana pasar uang tetapi lebih moderat dibandingkan saham sehingga cocok untuk jangka waktu 1 sampai 3 tahun.

Sesuai dengan karakternya, reksadana pendapatan tetap ini memiliki tingkat pengembalian hasil yang stabil karena memiliki aset surat utang atau obligasi yang memberikan keuntungan berupa kupon secara rutin.

Dalam jangka pendek dan menengah, nilai aktiva bersih (NAB) dari reksadana pendapatan tetap cenderung naik stabil dan tidak banyak berfluktuasi (naik-turun). Karena itu, reksadana ini cocok untuk investor bertipe konservatif (risk averse).

Sebagian isi artikel ini merupakan cuplikan dari laporan bulanan Industri reksadana Bareksa: Mutual Fund Industry, Data Market – Monthly Report February 2020. Untuk berlangganan laporan ini silakan hubungi marketing@bareksa.com (cc: data@bareksa.com).

(AM)

***

Ingin berinvestasi aman di reksadana yang diawasi OJK?

- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Pilih reksadana, klik tautan ini
- Belajar reksadana, klik untuk gabung di Komunitas Bareksa Fund Academy. GRATIS

DISCLAIMER

Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksadana.