Bareksa.com - Dana kelolaan industri reksadana Tanah Air per akhir Februari 2020 turun dibandingkan dengan sebulan sebelumnya, tertekan sentimen penyebaran virus corona covid-19. Menariknya, di jenis reksadana indeks saham justru terlihat pertumbuhan unit penyertaan.
Berdasarkan Laporan Bareksa: Mutual Fund Industry – Monthly Report February 2020, AUM industri reksadana mencapai Rp525,28 per akhir Februari 2020, turun 2 persen dibandingkan Rp537,28 triliun pada Januari 2020. Bila dilihat sejak awal tahun, terdapat penurunan AUM industri sebesar 3,12 persen hingga akhir Februari ini.
Penurunan AUM juga terjadi pada jenis reksadana indeks saham, yakni reksadana yang dikelola secara pasif dengan mengacu pada indeks saham tertentu seperti LQ45, IDX30 atau SRI-KEHATI.
Dana kelolaan reksadana indeks per akhir Februari 2020 mencapai Rp8,33 triliun, turun 6,67 persen dibandingkan dengan Rp8,93 triliun pada sebulan sebelumnya. Kalau dilihat secara year to date, AUM reksadana indeks ini turun 4,67 persen dibandingkan Rp8,7 triliun per akhir 2019.
Grafik Pergerakan Dana Kelolaan Reksadana Indeks
Sumber: Bareksa: Mutual Fund Industry – Monthly Report February 2020
Namun, bila dilihat jumlah unit penyertaannya, reksadana indeks saham ini justru meningkat menjadi 8,95 juta unit penyertaan per akhir Februari, naik 1 persen dibandingkan dengan angka di Januari. Bahkan, jumlah ini naik 8,94 persen secara year to date.
Grafik Pergerakan Jumlah Unit Penyertaan Reksadana Indeks
Sumber: Bareksa: Mutual Fund Industry – Monthly Report February 2020
Meski terjadi penurunan dana kelolaan, peningkatan pada unit penyertaan ini bisa menunjukkan adanya subscription atau penambahan unit reksadana. Artinya, justru banyak investor yang melakukan pembelian di saat nilai aktiva bersih (NAB) reksadana sedang turun, yang menjadikan NAB/UP atau harga reksadana sedang murah.
Sebagai informasi, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang menjadi acuan pasar modal turun 13,44 persen secara year to date hingga 28 Februari 2020. Dalam periode yang sama, Indeks LQ45, yang berisikan saham-saham berkapitalisasi besar dan likuid, juga turun 13,30 persen.
Chief Research and Business Development Officer Bareksa, Ni Putu Kurniasari menjelaskan, penurunan IHSG ini membuat valuasi saham menjadi murah. Sehingga, ini bisa menjadi kesempatan untuk masuk di investasi berbasis saham dengan harga yang murah.
"IHSG sudah murah sekali, ibarat toko sedang sale (diskon). Kapan lagi bisa membeli saham-saham bluechip dengan harga murah?" ujarnya.
Maka dari itu, reksadana indeks saham juga bisa jadi pilihan bagi investor agresif dan jangka panjang. Baca juga reksadana favorit pilihan tim analis Bareksa di sini.
Sebagian isi artikel ini merupakan cuplikan dari laporan bulanan Industri reksadana Bareksa: Mutual Fund Industry, Data Market – Monthly Report February 2020. Untuk berlangganan laporan ini silakan hubungi marketing@bareksa.com (cc: data@bareksa.com).
***
Ingin berinvestasi aman di reksadana yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Pilih reksadana, klik tautan ini
- Belajar reksadana, klik untuk gabung di Komunitas Bareksa Fund Academy. GRATIS
DISCLAIMER
Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksadana.